0.16 - warn 🔞 !

5.7K 310 137
                                    

Seseorang yang disebut mae oleh Krist, berjalan mendekat kearah anak itu. Memandangi wajah Krist yang masih nampak sedikit terkejut sekaligus canggung.

"Aku tidak pernah melihat khun Singto akrab dengan siapapun, sebelumnya" Mae bergumam.

Krist hanya bisa memamerkan senyum kecil sebagai jawaban, sembari melepaskan jas Singto yang sebelumnya masih melekat pada tubuh Krist.

Krist menggengam jas itu dengan kuat, dirinya ingin menangis saat itu juga, hanya saja Krist masih berusaha untuk menahan air mata nya itu. Bersamaan dengan rasa malu sekaligus terkejut yang masih menyelimuti diri Krist.

"Hey, apa kau baik baik saja tuan muda? Kau terkejut dengan kedatangan Khun Singto bukan? sama, aku juga, tidak biasanya Khun Singto pulang kerumah ini"

Mendengar hal itu, Krist memberanikan diri untuk mengangkat kembali kepalanya.

"Memang jika tidak pulang dia pergi kemana, mae?" Krist mengajukan pertayaan.

"Ohh, dia biasa akan bermalam di kantor atau pergi ke apartemen nya"
"Jadi orang orang dirumah ini, otomatis tidak melakukan banyak hal untuk dia?"

Mae terlihat berfikir sebentar, kemudian menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Hm, begitulah. Aku saja bahkan tidak tau apa sebenarnya pekerjaan ku dirumah ini, yang kutau hanya lah Khun Singto selalu membayar ku tepat pada waktunya"

☘︎ ☘︎ ☘︎

Krist menutup buku tugas miliknya, kemudian secara spontan melihat kearah jam dinding yang terletak tak jauh dari dirinya.

"Sudah hampir tengah malam" monolog Krist pada dirinya sendiri.

Krist berjalan pergi menuju kamar pribadi milik Singto, sembari membawa jas sialan yang sukses membuat Krist kembali tersipu jika mengingat kejadian tadi siang.

' tok . . tok . . tok '

"Phi Singto khap!" Krist memanggil, tak lama setelahnya Singto sudah terlihat membuka pintu kamar nya itu, sembari berdiri tepat di depan pintu kamar tersebut.

Tanpa mengenakan atasan apapun, hanya dengan celana training panjang berwarna hitam. Hal ini sukses membuat Krist refleks meneguk air ludah nya, secara berulang kali.

"Masuk"
"Ha? ti , tidak usah , aku ingin langsung beristirahat"
"Beristirahat lah dikamar ku"
"Ha?"

Singto menarik pergelangan tangan Krist untuk masuk keruangan pribadi milik nya, kemudian mengunci pintu ruangan tersebut dari dalam.

Membuat Krist kembali merasa merinding, untuk kesekian kalinya, saat sedang bersama dengan Singto.

"Letakkan jas itu disana" Krist menoleh, melihat kearah tangan Singto menunjuk, kemudian menurut.

"S , sudah. Bisakah aku kembali sekarang?"
"Mai chai"
"Jadi , ja , jadi aku harus apa sekarang?"
"Menemani ku"

Singto bergerak mendekat kearah Krist, menggenggam pergelangan tangan anak itu dengan lembut, kemudian menarik nya untuk pergi duduk ke pinggiran kasur milik Singto.

Kalian salah jika berfikir Singto akan membiarkan anak itu untuk duduk ditepian ranjang, seperti dirinya.

Karna pada kenyataannya, Singto malah menarik kembali lengan Krist untuk duduk tepat diatas pangkuan nya. Membuat Krist semakin merasa gelisah dengan perlakuan manis Singto, saat ini.

Krist bersumpah, melihat Singto mengoceh bahkan memarahinya lebih menyenangkan, ketimbang harus bersikap dingin namun perlakuan nya seintim ini pada Krist.

Singtuannghh 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang