Komen dong kalian baca ini pas baterai kalian berapa persen?
<>
Clara menuruni tangga dengan buru-buru. Sesampainya di meja makan, pemandangan yang dilihatnya justru membuat Clara tersenyum kecut.
"Clara." Chitaru memanggil Clara yang hendak ke dapur. "Sarapan dulu."
Clara mendengus pelan. Dia jalan ke meja makan dan duduk di samping Johnny, papanya.
Chitaru menyodorkan segelas susu cokelat hangat. Clara menerimanya tanpa ucapan terima kasih dan meminumnya pelan.
"Wlehhh .... " Clara melepehkan susu itu kemudian mengipasi lidahnya.
"Apaan? Tante mau bikir lidah aku kebakar? Iya?" tanyanya marah.
Chitaru menggeleng panik. Wanita itu berdiri buru-buru membuka kulkas dan mengambil susu kotak dingin. Menuangkan susu itu ke gelas kosong dan diberikan ke Clara.
"Tante gak tahu kalau susunya sepanas itu."
"Aish."
Clara berdiri sambil menepis tangan Chitaru hingga susu yang dipegangnya tumpah ke lantai dan gelasnya pecah.
"Clara! Yang sopan kamu!"
Seruan marah dari papanya tak Clara pedulikan. Anak itu malah melangkah keluar rumah tanpa pamit.
"Clara!" Thalia berseru marah. Dia ikut keluar menyusul Clara dan memegang lengan cewek itu kuat. "Lo apa-apaan?!"
"Jangan pegang-pegang!" pekik Clara menghempaskan tangan Thalia.
"Enggak bisa apa lo bersikap baik sama ma—"
"Mama lo!?" potong Clara cepat. "Dia bukan mama gue!"
"Tapi seenggaknya lo bersikap baik. Hormati dia—"
"Lo siapa ngatur-ngatur?" Nada suara Clara meninggi. Ditatapnya Thalia penuh marah, "Dia bukan mama gue! Dan gak akan pernah ada yang bisa gantiin posisi mama sekali pun itu mama lo!"
"Dia berusaha anggep lo kayak anaknya sendiri. Pernah dia berlaku buruk sama lo?" tanya Thalia ikut marah.
"Lo bacot banget, ya." Clara maju, mempertipis jaraknya dengan Thalia.
Wajah Clara sudah merah padam. Tanda kalau dia benar-benar marah sekarang. "Enggak usah atur hidup gue! Gak usah sok baik depan gue!" Clara mendorong bahu Thalia sampai cewek itu termundur.
"Lo sama mama lo .... " Tatapan Clara makin tajam dan menghunus. "Sama-sama gak dibutuhkan di sini!"
"CLARA!" jerit Thalia tak tahan lagi dengan kalimat jahat yang saudari tirinya lontarkan.
Mendengar teriakan itu, Johnny dan Chitaru bergegas menuju halaman.
"Clara! Thalia!" seru Chitaru. "Kalian kenapa lagi?"
Clara menoleh. Menatap Chitaru dengan sorot tajam. "Gak usah sok baik depan aku!" hardiknya kemudian masuk ke mobilnya.
Seruan dari Johnny tidak dipedulikan. Clara menghidupkan mesin dan langsung tancap gas keluar dari area rumah.
••
Wajah Clara yang semulanya cemberut langsung berubah riang saat netranya tak sengaja melihat Axel dan teman-temannya nongkrong di parkiran.
Clara melepas sabuk pengamannya lalu meraih tasnya dan keluar dari mobil.
"Axel!" seru Clara berlari kecil ke arah Axel. "Pagi," sapa cewek itu riang sambil duduk di belakang motor Axel.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXEL
Teen FictionClara itu egois. Dia menyukai Axel dan melakukan apa saja agar Axel melihatnya. Dari sekian banyak cowok yang bertekuk lutut di bawahnya, yang Clara mau cuma Axel. Hanya Axel seorang. Axel adalah pangeran. Cowok dengan rahang tegas dan tubuh tinggi...