Clara benar-benar cari sakit saat membiarkan tungkai jenjangnya menata langkah menuju Axel yang tengah bersama Regina.
Di pojok kantin yang dihuni oleh para cowok, teman-teman Axel yang menjadi saksi perjuangan Clara hanya bisa menahan napas saat Clara menghampiri Axel.
"Tu cewek bener-bener .... " William menggeram tertahan.
Ikut kasihan sebenarnya melihat Clara. Tapi mau bagaimana lagi? Clara yang memilih sakit itu di saat dia bisa bahagia dengan laki-laki selain Axel.
Axel memasang wajah datar saat Clara berdiri di sebelahnya. Tatapan cewek itu tertuju pada Regina yang langsung beringsut mendekati Axel, ketakutan.
"Axel .... " lirih Regina mencengkeram seragam Axel membuat cowok itu merangkul Regina, memberitahu kalau Regina aman dengannya.
"Ngapain?" Axel bertanya dingin pada Clara yang mengukir senyum manis.
"Mau kasih selamat sama Regina," ucap Clara membuat Regina dan Axel memasang wajah bingung.
"Buat apa?"
"Selamat karena udah bisa luluhin hati cowok yang selama ini gue kejar," ujar Clara tenang lalu mengulurkan tangannya, mengajak Regina bersalaman.
Regina menatap Axel dengan raut ketakutan. Cewek itu menggeleng, tanda tak mau membalas jabatan tangan dari Clara.
Axel mengelus bahu Regina lalu menatap Clara dingin. "Makasih, tapi Regina ga butuh ucapan dari lo," ujar Axel dingin. "Lebih baik lo pergi dari sini," usirnya saat merasakan tubuh Regina mulai bergetar.
Clara masih menyunggingkan senyum manis. Cewek itu beralih menatap Regina yang menunduk.
"Gue ga ngapain-ngapain loh ya. Ga usah takut gitu kali, Re," kata Clara sinis.
Dalam hati mengumpat kasar melihat akting Regina yang benar-benar menipu. Cewek itu bertingkah seolah-olah Clara adalah seorang penindas yang membuatnya ketakutan.
"Kalau lo udah selesai, lo bisa pergi."
Axel tidak tahan melihat Clara yang semakin membuat Regina ketakutan. Senyum manis cewek itu berbahaya, menyiratkan sebuah ancaman yang tidak main-main.
Selama 1 tahun terakhir, Axel mengetahui sedikit-banyak bagaimana sikap Clara.
Cewek keras dan penuh ambisi yang berusaha menaklukkan hatinya yang akan melakukan apapun untuk menyingkirkan penghalang jalannya.
"Santai kali, Xel. Takut banget kalau Reginanya kenapa-napa," kekeh Clara mengerling jahil. "Ya udah kalau gitu aku balik ya. Jangan kangen," pamit Clara lalu tanpa diduga, cewek itu mencium pipi Axel di depan banyak orang.
Pupil semua orang yang melihat aksi Clara melebar, tak percaya cewek itu punya nyali besar.
Siapa lagi yang berani mencium seorang cowok di depan pacarnya sendiri?
Hanya Clara.
"Ups, sori, Re. Pacar lo bikin jatuh cinta sih," ujar Clara sok menyesal pada Regina.
"Aku pergi dulu. Kalau kamu kangen tinggal chat aku aja. Masih inget nomorku, kan?" oceh Clara mengelus pipi Axel lalu pergi begitu saja.
Axel masih terlihat kaget. Cowok itu membeku beberapa saat sebelum akhirnya Regina memanggil namanya lirih.
"Dia cium kamu, Xel?" tanyanya dengan raut sedih.
Axel mengerjap. Cowok itu mengusap pipinya yang agak basah lalu memejamkan mata sejenak.
"Maaf, gue ga sempet ngehindar," sesalnya mengusap puncak kepala Regina.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXEL
Teen FictionClara itu egois. Dia menyukai Axel dan melakukan apa saja agar Axel melihatnya. Dari sekian banyak cowok yang bertekuk lutut di bawahnya, yang Clara mau cuma Axel. Hanya Axel seorang. Axel adalah pangeran. Cowok dengan rahang tegas dan tubuh tinggi...