8

466 34 1
                                    

Komen emoji terbaru yang kalian pakai ya

<>


Clara mengerucutkan bibir sambil mengaduk-aduk jus jeruknya. Perkataan menyakitkan dari Axel masih terngiang di dalam kepalanya.

Tapi, hingga detik ini, Clara sama sekali tak punya niatan untuk menyerah. Entah karena dia terlanjur cinta apa terlalu bodoh?

Tapi yang jelas, berhenti mengejar Axel berada di daftar terakhir dalam kamus hidupnya.

Suara gaduh dari arah pintu kantin membuat Clara mendongak. Matanya berbinar begitu saja saat melihat Axel di sana dengan teman-temannya.

Baru saja Clara hendak menghampiri Axel, dia mengurungkan niatnya saat seorang cewek lebih dulu mendatangi Axel.

Axel dan cewek itu terlihat akrab dan dekat. Clara menatap mereka dengan tatapan sayu.

Menyadari tatapan Clara, Axel dan cewek itu sontak menolehkan kepala. Pandangan mereka bertemu beberapa saat tapi Clara lebih dulu mengalihkan wajah dan beranjak dari kantin.

••

Clara memandangi ujung bibirnya yang berdarah lewat cermin di toilet. Cewek itu meringis pelan saat mengusap luka itu dengan tisu yang dia basahi dengan air.

Clara menyentuh ujung bibirnya lalu berpindah ke pipi. Dia mendengus kasar. Perih dan panas di pipinya masih terasa.

"Brengsek," umpatnya saat melihat warna merah berbentuk tangan itu berbekas di pipinya.

Selesai membersihkan darah di ujung bibirnya, Clara beranjak keluar dari toilet.

Saat di belokan koridor, Clara memekik kaget saat tubuhnya di peluk tiba-tiba oleh seseorang.

"Diem dulu." Suara berat itu terdengar lelah.

"Jangan gini. Gue ga suka." Clara melepaskan tangan cowok yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik, menatap cowok itu datar.

"Bibir lo kenapa?" tanya cowok itu cemas saat melihat luka di bibir Clara.

Clara menepis tangan kekar cowok itu. "Gak apa-apa. Gak usah peduliin gue lagi, bisa?"

"Clar—"

"Stop it, Angelo." Clara memotong cepat. Cewek itu mengangkat telapak tangannya, mengisyaratkan pada cowok bernama Angelo itu untuk berhenti bicara.

"Clara," panggil Angelo dengan nada yang lebih rendah. "Berhenti nyakitin diri lo sendiri."

Angelo tentu tahu kalau sahabatnya ini menyukai Axel setengah mati. Clara seakan terkena pelet. Tidak mau berhenti mengejar Axel seberapa keras pun Axel menolaknya.

"Jangan ikut campur."

"Udah berapa kali lo gini karena dia?" Angelo mengelus pipi Clara. "Jangan bikin gue cemas, Cla."

"Bukan urusan lo." Clara berkata tegas. "Lagian ... ini bukan dari Axel," lanjutnya.

"Tetep aja!" seru Angelo. "Lo gini karena dia!"

"Udahlah." Clara menghalau tangan Angelo. "Ga usah pikirin gue lagi."

"Cla—"

AXELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang