Day 3

305 102 14
                                    


Seperti hari sebelumnya, pagi - pagi sekali Yeonjun sudah ada di depan pintu kamar Deiji untuk membangunkan gadis itu. Namun ia mengurungkan niatnya karena tiba-tiba Deiji keluar dari kamar. Gadis itu sedikit terkejut melihat Yeonjun tepat di depan pintu.

"Selamat pagi Yeonjun!" sapa Deiji dengan senyum yang merekah.

"Pagi, Deiji." balas Yeonjun dengan tanda tanya dihatinya.

Bagaimana tidak. Kemarin Deiji langsung marah-marah ketika dibangunkan, tapi pagi ini gadis itu sudah bangun lebih awal dan menyapanya dengan senyuman. Apakah ini benar Deiji yang marah kepadanya semalam karena ia paksa belajar?

"Lo mau berdiri di situ terus?" tanya Deiji sontak membuyarkan lamunan Yeonjun.

"Ah, maaf." ucap lelaki itu seraya menggeser tubuhnya dari depan pintu.

"No problem." ujar Deiji singkat sebelum berlalu dari sana sambil bersenandung kecil.

Entah apa yang membuat gadis itu terlihat bahagia. Yeonjun hanya mengulas senyum tipis dan segera mengikuti langkah Deiji yang mengarah ke ruang makan.

Yeonjun dan Deiji memakan sarapannya dengan tenang tanpa obrolan apapun. Keduanya sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Yeonjun diminta Tuan Hwang untuk selalu melaporkan apapun kegiatan Deiji. Jadi, sekarang ia sedang memberi tahu Tuan Hwang tentang perubahan suasana hati Deiji dari semalam hingga pagi ini. Memang bukan hal yang besar, tapi menurut Yeonjun perintah itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan teliti.

Lain halnya dengan Deiji. Gadis itu sedari tadi memandangi layar ponselnya sembari tersenyum. Sesekali juga tertawa kecil. Yeonjun yang melihatnya hanya mengedikkan bahu tidak peduli. Lebih baik Deiji tersenyum seperti ini daripada marah-marah tidak jelas sampai membuat telinganya sakit mendengar omelan gadis itu.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah selesai dengan sarapannya. Deiji segera bangkit lalu mengambil piring kotor miliknya, juga milik Yeonjun.

"Deiji, biar aku saja." kata Yeonjun ingin mengambil kedua piring itu dari tangan Deiji.

"Nggak usah. Hari ini biar gue aja yang nyuci." tolak Deiji masih mempertahankan senyumnya.

Lagi-lagi Yeonjun dibuat bingung dengan perubahan sikap gadis itu. Gadis yang aneh, pikirnya.

Akhirnya Yeonjun memilih pergi dari sana untuk mengambil tasnya dikamar.

"Deiji, ayo!" ajak Yeonjun kepada seorang gadis yang sedang memainkan ponselnya di ruang tamu.

"Lo duluan aja. Gue udah ada janji."

"Sama?"

"Pacar gue lah."

"Nggak boleh. Kamu harus berangkat bareng aku."

"Idih siapa Lo ngatur-ngatur gue? Terserah gue dong mau berangkat bareng siapa. Please ya, Yeonjun.. hari ini gue lagi bahagia. Jadi jangan ganggu gue dulu."

"Tapi kamu tetap harus berangkat bareng aku. Kamu lupa ya, apa pesan Tuan Hwang?"

"Kemarin seharian gue udah turutin Lo, kan? Sekarang gue cuma mau berangkat bareng pacar gue, juga Lo larang?"

Baru saja Yeonjun menjawab, suara deringan ponsel milik Deiji menghentikannya.

"Halo, sayang."

"Halo," sahut seseorang di seberang sana.

"Kenapa kamu telepon aku? Jadi jemput, kan?"

"Hmm gini, kayaknya hari ini aku nggak jadi jemput kamu deh."

Please, Don't Go [Choi Yeonjun]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang