Day 7(B)

236 88 2
                                    


Nb: ada sedikit kata-kata kasar di part ini.

Seharian Deiji berjalan tanpa arah. Mengabaikan orang-orang yang memandangnya aneh karena masih menggunakan seragam sekolah berbalut hoodie tapi dengan kondisi yang tidak baik-baik saja. Ia juga mengabaikan getaran ponsel yang ada di sakunya.

Kini jam menunjukkan sudah hampir pukul 10 malam. Deiji berhenti di depan sebuah tempat yang biasa ia singgahi untuk menghilangkan stress nya, club malam.

Entah bagaimana cara gadis itu masuk kesana, yang pasti sekarang ia sudah berada di dalam tempat itu.

Deiji mengedarkan pandangannya ke sekitar. Orang-orang sedang asik menari diiringi dentuman musik yang memekakkan telinga. Bau alkohol pun tak absen masuk ke indra penciumannya. Hingga netranya menangkap sesuatu yang meremukkan hatinya yang sudah hancur.

Nicholas sedang bermesraan dengan perempuan yang tempo hari lalu ia perkenalkan sebagai sahabatnya, Jina.

Dengan amarah yang menggebu-gebu, Deiji berjalan mendekati dua orang itu dan langsung menampar sang lelaki.

Plakkk,,

"APA-APAAN LO?!!"

"Lo yang apa-apaan. Tega Lo ya, main di belakang gue." kata Deiji dengan air mata yang mulai menetes.

"Emang kenapa kalau gue main di belakang? Terserah gue dong. Gue udah capek ladenin cewek kurang perhatian kayak Lo! Kerjaannya cuma ngeluh kayak orang paling menderita di dunia aja." ujar Nicholas santai sambil meneguk wine -nya.

Deiji beralih menatap Jina, "Lo tau kan kalau gue pacaran sama Nicholas? Tapi Lo malah mau jadi selingkuhannya dia. Murahan banget sih jadi cewe."

"Diem Lo! Lo nggak berhak ngatain Jina karena yang jadi selingkuhan itu Lo, bukan Jina." kata Nicholas ketus menatap tajam Deiji.

"KITA PUTUS!!" final Deiji.

"OKE! Lagian siapa lagi yang mau bertahan sama Lo."

"DASAR COWO BRENGSEK!!"

"Apa Lo bilang?" amarah Nicholas membuncah.

Lelaki itu akan melayangkan tamparannya ke pipi Deiji, namun sebuah tangan berhasil menahannya.

"Yeonjun?" ucap Deiji terkejut.

Ya, tangan yang menahan tamparan Nicholas adalah tangan Yeonjun.

"BERANI-BERANINYA LO MAIN TANGAN SAMA CEWEK?!!" Bentak Yeonjun sambil memelintir tangan Nicholas.

Jujur, ini pertama kalinya Deiji melihat Yeonjun semarah itu. Terlihat sangat menyeramkan.

Nicholas mengeluarkan smirk -nya, "Emang kenapa kalau gue main tangan sama dia? Lo yang rugi? Nggak kan,"

"Ooh gue tau. Lo suka ya sama tuh cewek? Yaudah ambil aja sana. Tuh cewek nggak ada gunanya sama sekali buat gue." sambungnya.

Bugh!!

Nicholas mendapat bogeman dari lengan kokoh Yeonjun hingga tersungkur. Bibirnya terasa sangat nyeri sekarang hingga keluar darah. Baru saja lelaki itu ingin membalas, namun kakinya sudah di injak terlebih dahulu oleh Yeonjun hingga tak bisa apa-apa.

Melihat orang-orang yang mulai mengerumuni mereka, Yeonjun segera menarik Deiji keluar dari tempat hiburan malam tersebut.

"Lepasin tangan gue!" Deiji menyentak tangannya agar terlepas dari genggaman Yeonjun.

Lelaki itu hanya menatapnya seolah bertanya 'kenapa?'

"Kenapa nyari gue? Kok Lo bisa tau gue ada di sini?"

"Sudah kubilang beberapa kali, kamu itu tanggung jawabku. Jadi apapun yang menjadi masalah mu, itu juga masalah ku. Dan kenapa aku tau kamu bisa ada di sini, nggak usah pikirin itu. Semua bisa ku lakukan untuk seseorang yang sedang aku jaga."

"Kenapa sih Lo selalu gunain alasan itu buat ngekang gue? Please, Yeonjun.. gue sekarang mau sendiri dulu."

"Apa dengan menyendiri tanpa memperhatikan kondisimu kamu menyelesaikan masalah? Tidak, kan?"

"Masalah gue emang nggak pernah selesai, tapi setidaknya gue bisa tenang. Dan Lo, nggak perlu ikut campur masalah gue." kata Deiji sambil berjalan menjauhi Yeonjun.

"Itu bukan ketenangan, tapi pengalihan rasa yang bersifat sementara."

Kata-kata Yeonjun tak berdampak sama sekali pada Deiji. Gadis itu terus melangkah menjauhinya.

"Yasudah terserah kamu. Tapi ingat, saat kamu lelah nanti aku masih ada di sini. Datanglah padaku walau hanya sekedar untuk menemanimu menangis." ujar Yeonjun setengah berteriak.

Perlahan Deiji mulai menghilang dari pandangan Yeonjun. Lelaki itu juga segera pergi dari sana karena ada sesuatu yang harus ia selesaikan.

Namun bukan Yeonjun namanya jika lalai dalam menjaga tanggung jawabnya. Ia masih memantau kemana perginya Deiji untuk menjaganya.















***


















Deiji kembali berjalan tanpa arah di tengah malam. Hingga akhirnya ia berhenti di tepi sungai yang airnya sangat tenang. Tak peduli dengan angin malam yang benar-benar menusuk tulang, gadis itu hanya terdiam sembari memejamkan matanya.

Berharap ketenangan datang, namun hanya ada kata-kata Yeonjun yang berputar di kepalanya.

"Itu bukan ketenangan, tapi pengalihan rasa yang bersifat sementara."

Ia tak tahu pasti apa maksud Yeonjun. Tapi sungguh, pikirannya semakin mengarah untuk membenarkan kata-kata itu.

Berjam-jam gadis itu terduduk disana sampai rintik hujan membasahi tubuh lemasnya. Begitu juga dengan air mata yang ikut turun dan menyatu dengan air hujan. Walau tidak deras, tapi dinginnya air sangat menyakitkan.

Lamunannya buyar ketika sebuah jaket tebal menyelimutinya.

"Sudah tenang?" tanya si pemilik jaket.

"Yeonjun? Lo disini?" ucap gadis itu dengan bibir kakunya.

"Kamu belum jawab pertanyaanku. Apa kamu sudah tenang setelah menyendiri?"

Deiji terdiam sebentar sebelum menggelengkan kepalanya.

"Maksud kata-kata Lo tadi apa?" tanya gadis itu.

Yeonjun tersenyum simpul, "Saat kamu ingin sendiri dan mendapat sesuatu yang kamu anggap ketenangan, itu salah. Sebenarnya itu hanyalah pikiranmu yang berusaha mengalihkan rasa sakit menjadi rasa tenang, tapi hatimu menolaknya."

"Hatimu masih merasakan sakit. Itu tidak akan mudah hilang begitu saja. Kamu juga harus membagi rasa sakit hati mu pada orang lain yang kamu anggap bisa membantumu. Bukan dengan balas dendam, melainkan menceritakannya untuk memperoleh ketenangan yang sesungguhnya."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara keduanya. Hingga Yeonjun merasakan pundaknya berat. Deiji tertidur di sana. Gadis itu benar-benar lelah karena semua yang terjadi pada hari ini.






~•~

Sebelumnya aku minta maaf kalau kurang ngefeel.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan 🙏

Jangan lupa untuk follow, vote, komen,  dan share ke media sosial yang kalian punya biar lebih banyak yang tahu cerita ini..

Sampai jumpa di part selanjutnya..

Thank u^^


Please, Don't Go [Choi Yeonjun]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang