Loc : Hall Hotel
Pada akhirnya moment dimana yang sangat ditunggu-tunggu oleh kerabat dekat kedua mempelai pun terjadi saat ini.
Kenapa moment ini sangat ditunggu oleh orang lain? Kenapa bukan kedua mempelai?
Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu, bahkan Singto mau pun Krist tidak tau apa yang mereka rasakan saat ini. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Di dua ruangan yang berbeda mereka tengah mempersiapkan diri untuk berjalan di altar dan mengucapkan janji suci pernikahan nanti.
"Krist? Kamu baik-baik aja?" tanya Earth kepada adiknya itu.
"I'm fine.. cuman aku bingung dengan perasaanku sendiri Phi. Di satu sisi aku bahagia bisa menjalankan permintaan terakhir Bunda tapi di sisi lain aku sedih Bunda tidak berada di sini."
Mendengar perkataan Krist membuat Earth memeluknya erat. Ia percaya adiknya bisa melewati semuanya. Ia percaya Krist tidak selemah itu. Ia juga percaya bahwa Krist akan mendapatkan kebahagiaannya setelah ini.
"Sudah jangan menangis.. nanti riasan mu luntur."
Krist mencoba menghentikan isakannya seraya melepaskan diri dari pelukan Earth. "Aku butuh tissue, Phi."
"Ini." Earth mengambil beberapa lembar tissue dari meja rias itu lalu memberikannya kepada Krist.
"Terima kasih Phi.."
"Sama-sama, apa kamu sudah siap Krist? Acara akan dimulai 5 menit lagi." ucap Earth setelah ia melihat ke arah jam tangan yang melingkar ditangan kanannya.
Krist menarik nafas lalu menghembuskannya dengan tenang. Hal itu membantunya untuk lebih relax.
"Siap Phi!"
Sementara di ruangan lain Singto tengah berlatih mengucapkan janjinya agar saat nanti ia tidak lupa. Dirinya berjalan mengitari ruangan tersebut seraya berkali-kali mengucapkan janji yang akan ia ucapkan, apa yang dilakukannya tak luput dari pandangan Off, Tay, dan Arm yang berada di ruangan itu.
"Yaelah To! Pidato sampe 2 lembar hvs Lo lancar hafalinnya, masa kata-kata gak sampai setengah lembar hvs gak bisa.." sahut Tay.
"Tau Lo.. santai aja dong." ucap Arm
"Mending biar relax Lo pikirin aja gimana nanti malam pertama kalian!" perkataan Off sangat disetujui oleh Tay, sementara Arm menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua temannya.
Singto menghela nafasnya kasar lalu menatap ke tiga temannya itu. "Masalahnya ini janji yang harus gue tepati seumur hidup dan ini juga ini pernikahan pertama dan terakhir gue.. gimana gue gak panik?"
"Okey okey.. sekarang buat diri Lo relax karena acara dimulai 5 menit lagi." ucap Arm.
Singto mengangguk paham dan segera mengatur nafasnya seraya menatap cermin yang berada dimeja rias tersebut. Ia akui bahwa hari ini dirinya sangat tampan, jas yang ia kenakan adalah jas permintaan Krist. Walaupun sempat menolak untuk memakai jas ini tapi setelah ia lihat-lihat dirinya sangat cocok dengan jas berwarna putih ini. Pilihan Krist memang tidak salah.
Tok tok tok
Setelah terdengar suara ketukan pada pintu ruangan itu, muncullah Neen dengan gaun berwarna silver yang melekat ditubuhnya, sangat cantik.
"Singto? Yuk keluar.. acara sudah mau dimulai, nak."
"Baik Ma.."
Neen memandang haru ke arah anak semata wayangnya itu. Bocah laki-laki yang dulu sangat manja kepadanya, tidak ingin ditinggal sedetikpun olehnya, selalu merengek meminta mainan setiap menemaninya berbelanja, hobi menjahilinya ketika ia sedang memasak, dan yang bercita-cita ingin menjadi arsitek agar bisa membuatkan tempat tinggal impiannya itu, kini sudah tumbuh dewasa.
Bocah laki-laki itu kini akan menjadi seorang kepala keluarga untuk keluarga kecilnya kelak. Sebagai seorang ibu yang melahirkan dan merawatnya tentu moment ini adalah moment yang sangat haru, ia harus melepaskan anaknya untuk melanjutkan hidup bersama pasangan yang ia harap bisa membawa anaknya untuk tetap berada dijalan yang benar.
Ia mempercayakan Krist. Ia yakin Krist bisa merawat anaknya dengan baik, ia yakin Krist bisa membuat Singto menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.
"Mama jangan nangis dong.. nanti kalau riasannya luntur marah-marah." ledek Singto untuk mencairkan suasana haru itu, walau dirinya saat ini ingin sekali menangis di pelukan sang Mama.
"Ishh! Ngerusak suasana aja kamu.. sini Mama mau peluk!"
Singto segera berhambur kedalam pelukan Neen. Ia berkali-kali mengucapkan kata terima kasih untuk Neen yang sudah bertaruh nyawa melahirkannya.
Tay, Arm, dan Off pun juga ikut merasakan suasana haru anak dan ibu itu. Mereka bertiga saling memeluk satu sama lain dengan sangat erat sampai-sampai Arm yang berada ditengah-tengah antara Tay dan Off pun merasakan sesak.
"Sudah sudah.. yuk kita keluar!" ucap Neen seraya melepaskan pelukannya.
Singto mengangguk seraya terus melihat ke atas agar air matanya tidak jatuh lagi.
"Anjir Off! Kok si Arm mukanya pucet gitu?" ucap Tay.
"Woy Arm! Lo gapapa?"
Arm hanya bisa menggelengkan kepalanya lemah ia masih terhimpit oleh Tay dan Off.
"ASTAGA ARM! HEY TAY! OFF! LEPASKAN PELUKAN KALIAN! ITU TEMAN KALIAN TIDAK BISA BERNAFAS!" teriakan Neen menyadarkan mereka berdua.
"Ya ampun! Maaf Arm gue gak sadar hehe.."
"Sorry sorry.."
Arm menghirup udara sebanyak-banyaknya setelah kedua temannya itu melepaskan pelukannya.
"Gila Lo ya berdua! Masa gue nikah, Arm malah mati!" ucap Singto.
"Kita kan ikut terharu To.. ya gak Peng?"
"Betul tuh! Kita sedih juga kalau temen kita sekarang udah mau jadi bapak rumah tangga."
Singto menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan kedua temannya itu. Hingga seorang staf memasuki ruangan tersebut lalu meminta mereka untuk segera beranjak menuju tempat acara.
————————————————————–
Asikkk nikahh juga akhirnya 😌
Btw aku sudah up lagi chapter yang udah aku revisi dan kalian gak harus baca ulang kok karna sama sekali gak aku ganti alurnya.
Kaya yang aku bilang sebelumnya, aku cuman revisi kata 'Phi' dan di chap Earth ke rumah Krist itu aku ubah sedikit tentang Earth siapa, tinggal dimana, kenapa Earth tetap dipanggil Phi sama Krist, dll ada di chap itu
See you nanti yaa💚
Aku up double.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketosku Suamiku
RomanceON GOING! {Mpreg} . . . Dapat kabar bahwa keadaan sang Ibunda memburuk akibat kanker darah yang dideritanya membuat Krist sangat terpuruk. Sebab hanya Bunda nya yang ia miliki di dunia ini setelah 10 tahun yang lalu sang Ayah telah pergi meninggalka...