3 bulan kemudian..
Di bawah langit yang cerah dan lambaian angin yang menerpa pepohonan di sekitar, menambah kesan sejuk bagi kedua insan yang tengah terduduk di sebuah bangku kecil panjang itu sembari menaburkan bunga pada gundukan tanah didepan mereka.
Setelah apa yang sudah mereka lewati akhir-akhir ini, cukup membuat keduanya merasa tersakiti begitu dalam.
Sampai-sampai Singto harus dihadapkan oleh kenyataan sulit saat Krist dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan.
"Kemungkinan janin didalam kandungan Krist tidak terselamatkan. Tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien dan janinnya."
Singto yang baru saja sampai di Indonesia setelah memakan waktu perjalanan kurang lebih 21 jam itu pun tersentak.
Begitu menyakitkan saat dokter kandungan Krist mengatakan sang calon anaknya berkemungkinan besar tak terselamatkan.
Singto menangis dalam pelukan Neen didepan pintu ruang ICU tempat dimana Krist tengah berbaring lemah disana.
Off, Gun, dan New yang juga berada di rumah sakit pun sama-sama merasakan bagaimana sedihnya teman mereka menghadapi kenyataan pahit ini.
Ketiganya hanya bisa memberikan kata-kata penenang untuk Singto agar dirinya tidak begitu hanyut dalam kesedihan.
Hampir seminggu sudah Krist di dalam ruang ICU dan untung saja kondisinya berangsur membaik seiring berjalannya waktu dan janin dalam perutnya juga masih bisa tertolong walaupun begitu lemah, menyebabkan Krist harus bedrest selama 3 Minggu lamanya setelah dirinya diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Sampai pada akhirnya kini dirinya dan Singto tengah berkunjung ke tempat dimana sang ibunda disemayamkan.
"Hallo Bun! Aku sama mantu Bunda dateng nih.." ucap Krist seraya mencabut tumbuhan kecil yang menganggu makam Bundanya.
"Hai Bunda.. ini saya Singto ganteng, suami Krist sekaligus calon ayah dari cucu Bunda.."
"Apaan sih! Narsis banget."
"Loh? Fakta sayang.. iya gak Bun?"
Krist memutar bola matanya malas lalu setelah itu ia menaburkan bunga-bunga yang sudah ia beli pada makam sang Ibunda dan diikuti oleh Singto yang ikut menyiram air mawar pada makam Bunda Krist.
"Maaf ya Bun.. Kit baru bisa kesini sekarang, Bunda pasti sedih ya? atau lagi asik ketemu sama Ayah disana? Hmm.. pasti kalian lagi asik-asik pacaran yaa.." Krist terkekeh saat membayangkan wajah Ayah dan Bundanya yang sedang asik tertawa dan saling menggoda satu sama lain seperti yang mereka lakukan dulu.
Namun mengingat kenangan itu juga membuat hatinya bersedih kembali.
Ia merindukan kehangatan keluarganya saat masih bersama dulu. Mengunjungi rumah neneknya yang berada di Surabaya, bermain di taman hiburan dari pagi sampai sore, membuat istana pasir saat liburan ke pantai, dan banyak hal lainnya yang sangat Krist rindukan.
"Bunda kit kan—kangenn.."
Isak tangis Krist pun pecah didalam pelukan sang suami. Tangan Singto pun juga ikut mengusap bahu Krist pelan tuk menyalurkan rasa tenang.
Tak lama Krist pun melepaskan pelukan itu lalu menghapus jejak air mata yang berada di wajahnya seraya menghembuskan nafasnya kasar.
"Bunda gak lama lagi bunda akan punya cucu.. semoga proses lahirnya dimudahkan ya Bun.. semoga aku dan anakku nanti sehat dan kuat!"
"Aminn... Tolong percayakan saya untuk bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk anak dan cucu Bunda yaa.. saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat mereka selalu bahagia dan saya akan bertanggung jawab atas tugas serta kewajiban saya sebagai suami dan ayah untuk kedua malaikat hati saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketosku Suamiku
RomanceON GOING! {Mpreg} . . . Dapat kabar bahwa keadaan sang Ibunda memburuk akibat kanker darah yang dideritanya membuat Krist sangat terpuruk. Sebab hanya Bunda nya yang ia miliki di dunia ini setelah 10 tahun yang lalu sang Ayah telah pergi meninggalka...