[Mikasa]
Hi, semuaaaa <3
Kangen kalian!
Ayo tebak, aku bawa apaa!
[Historia]
Hai, Mikaaa
Kangen kamu jugaaa
[Annie]
Aww, yang ketemuan sama mertua
Lupa sama temen jadinya
[Sasha]
Lama nggak ngasih kabar
Kirain kamu dibawa kabur
[Petra]
Bawa kabar apa? Tunangan?
[Mikasa]
Bukan. Masih kepagian itu
Akhir pekan kalian ke sini ya
Undangan pesta buat kalian nih
Sekalian bawa pacar/tunangan/temen/siapa aja ...
[Historia]
Pesta apa? Ya ampuuun. Udah tunangan aja??
[Petra]
Serius? Tunangan, Mik??
[Sasha]
Asiikk, pasti banyak makan-makan.
Ayolah, gaasss ...!
[Mikasa]
Hus! Bukan tunangan, duh ... belum
Pokoknya kalian ke sini aja
Kita seneng-seneng bareng
*
Langit diwarnai biru cerah dengan arakan awan bagai kapas putih ketika rombongan gadis-gadis sahabat Mikasa tiba di Wisma Akcerman.
Mikasa menyambut mereka dan membawa mereka keliling wisma yang mencakup bangunan rumah dan kebun-kebun. Mereka berkenalan dengan Mama Kuchel juga. Setelah diarahkan menuju kamar tamu tempat mereka menginap. Masing-masing membuat persiapan untuk pesta yang akan diselenggarakan selepas pukul tujuh malam nanti.
Pesta diadakan di aula Wisma. Tampak meriah dengan sentuhan warna emas dan cokelat━bak pesta bangsawan. Semua jenis minuman diedarkan, dari teh, kopi, hingga anggur dan sampanye━seolah Levi sengaja mengeluarkan sesisi gudang, membebaskan pilihan pada tamu-tamunya. Mungkin, implementasi bebas seperti yang dia ambisikan.
Mulanya Mikasa bergabung bersama teman-temannya. Ia juga menemui Eren━yang sengaja diajak Historia. Mendapat kesempatan berbincang dengan saudara angkatnya adalah kesempatan berharga. Ia sudah lama tidak pulang ke rumah Papa Yeager dan masing-masing sibuk dengan studi. Lagipula Eren juga sudah mendengar tentang Mikasa dan Levi dari mulut Historia. Tak disangka Eren memberi ucapan selamat dan mengatakan bahwa ia akan membunuh Levi jika pemuda itu membuat Mikasa menangis. Mikasa menyukai kepedulian Eren padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORIST | RivaMika
Fiksi PenggemarMikasa bertemu seorang barista di sebuah kafe random. Terpikat oleh barista itu, namun terhalang oleh penyangkalan atas perasaannya sendiri. Teman-temannya mengetahui hal itu dan mereka berusaha membuatnya mengaku. [Kisah-kisah Mikasa dan Levi, dari...