chapter 9

901 15 0
                                    

#Fiksi_penari_telanjang
#chapter_9

Akhirnya lebaran kedua aku menuju tempat pak haji dimana Yusuf tinggal.

Aku pake baju Koko putih dan celana hitam.

Sampai disana dan setelah mengucapkan salam aku diterima pak haji dan keluarga.

Pak haji, Bu haji, Frans, neng kaget melihat penampilan diriku, ya aku turun 10 kg, muka ku pucat dan mata ku sembab karena sering menangis.

Ya aku memang jadi sering menangis dirumah, terutama dimalam hari.

Dalam sholat malam dan pas mengaji aku juga menangis, ntah Mengapa semakin dekat lebaran semakin sedih hatiku, disatu sisi ingat dosa, disisi lain aku merasa semakin dekat aku akan berpisah sama Yusuf/ Frans.

Aku menyadari jikalau Frans sudah menikah aku harus menjauh dan pergi dari kehidupan Frans.

Aku gak mau menjadi benalu di hubungan mereka.

Dion kok jadi kurus begini kata pak haji, mana matanya sembab sampai ada kantung mata. Sering menangis ya kenapa tanya pak haji.

Mendengar pertanyaanya aku jadi salah tingkah, terus ku jawab ia mungkin karena kurang tidur sama inget dosa, ini air mata suka mengalir aja jika zikir kataku.

Mendengar jawaban ku, Yusuf terdiam. Adapun pak haji mengucapkan Masya Allah, hebat kawan Yusuf, hatinya lemah lembut, berzikirpun meneteskan air mata.

Mendengar itu aku jadi salah tingkah.

Lalu kita makan ketupat dan opor ayam, dan es kolang Kaling.

Selesai makan aku pamit sama pak haji dan Bu haji rencana mau bareng Yusuf dan neng ke rumah orang tua Yusuf.

Pak haji dan Bu haji senang sekali mendengar nya, harus itu walaupun Yusuf sudah beda agama, kewajiban berbakti sama orang tua wajib, ingat Redho orang tua adalah Redho Allah. Demikian kata pak haji.

Dijawab senyum oleh Frans, akhirya kita pamitan.

Menuju mobil Yusuf bicara sama ku, Dion apa gak
apa apa kamu antar kita. Kulihat kamu gak vit.

Aku sama neng naik taksi aja deh. Kata Yusuf.

Aku lihat wajah Yusuf yg ganteng nampak khawatir.

aku bergumam dalam hatiku, oh tuhan kenapa Yusuf ganteng dan maskulin. Seandainya wajah Yusuf jelek, pasti aku gak sesakit ini ya tuhan.

aku tau dan sadar diri aku tidak akan bisa memilikinya, dihatinya hanya ada neng.

Namun ntah Mengapa kenapa hatiku masih sakit melihat mereka bahagia.

Tolong sembuhkan aku tuhan, tolong aku untuk melupakan Yusuf, hilang kan rasa cintaku kepada nya. Aku berdoa dalam hati.

Tanpa disadari air mataku mengalir lagi.

Yusuf dan neng terdiam dan salah tingkah melihat ku menangis.

Lalu aku seka air mataku, kubilang aku kan sudah berjanji akan menemani kalian, dan mengantar kalian ke rumah orang tua Yusuf. Dan janji adalah hutang kataku.

Lagipula saat lebaran gini taxi agak sulit dan kalau ada pasti mahal. Aku gak apa apa kok, kataku meyakinkan Yusuf dan neng.

Akhirnya kami naik mobil ku, aku dan Yusuf didepan neng duduk dibelakang.

Di perjalanan Kulihat wajah Yusuf gelisah dan tidak nyaman. Aku maklum Yusuf bisa jadi masih ada trauma sama keluarga nya.

Aku bilang, walau bagaimanapun orang tua tetap orang tua, tidak ada yg namanya mantan ibu, mantan anak, mantan nenek ataupun mantan kakek.

penari telanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang