Malam Itu

1.1K 166 13
                                    

Hari anniversary pernikahan selalu menjadi hal yang menyenangkan dari setiap pasangan yang sudah menikah. Apalagi kalau ternyata pasangan kalian masih sangat menyayangi kalian sendiri.

Tapi sayangnya sudah lama sejak Hikari merasakan hal itu. Tidak ada kue, bunga, coklat atau ucapan romantis dari sang suami. Suaminya itu seolah seperti sudah tidak menganggap kehadirannya sebagai istri.

Oh tentu saja, bagaimana dia bisa lupa kalau suaminya itu sudah memiliki istri lain? Sudah tentu kalau Hiashi lebih memilih bersama dengan istri 'tercinta' daripada dia yang dicap sebagai istri durhaka yang tega mengkhianati cinta suaminya.

Hari ini adalah hari anniversary mereka yang ke 21 tahun, sekaligus yang ke 11 tahun bersama Kaguya. Hiashi memang brengsek, karena pria itu dengan lancangnya menikahi wanita lain di tanggal yang sama dari pernikahan sebelumnya.

"Malam ini malam yang menyenangkan 'kan, Hiashi-kun?"tanya Kaguya sambil tersenyum manis. Saking manisnya sampai membuat Hikari ingin muntah.

"Hm."

"Omong-omong, aku sangat menyukai hadiahmu sayang. Lihatlah, kalungnya sudah kupakai!"

Hiashi tersenyum menatap Kaguya yang menunjukkan kalung berlian di lehernya. "Cantik sekali."

Dalam hati Hikari mendecih, 'Lihatlah, bahkan aku yang istri pertamanya saja tidak diberi apapun.'

"Mou, kau membuatku malu!" Kaguya memukul lengan Hiashi pelan. Menunjukkan hubungan mereka yang mesra di mata dunia.

"Ehem."

Tawa wanita itu langsung berhenti dan keduanya menatap Hikari aneh. "Oh astaga, aku sampai lupa kalau ada kau di sinu, Hikari."

Hikari yang mendengarnya hanya tersenyum biasa, hatinya tak merasa sakit. Hal ini sudah menjadi makanan setiap harinya.

"Aku juga punya sesuatu untukmu di hari indah ini, suamiku."

Hikari mengambil map coklat yang sedari tadi ia letakkan di pahanya dan berjalan mendekati Hiashi.

Ia elus perlahan bahu suaminya itu dan memeluknya, bibirnya berbisik tepat di telinga pria itu, "Kau pasti menyukainya, sayang."

Setelah itu Hikari langsung mencium pipi sang suami dan duduk di kursinya kembali dengan anggun. Senyumnya yang misterius itu semakin mengembang seiring dengan Hiashi yang membuka map itu.

"Surat cerai?"

Kaguya yang mendengar itu langsung terkejut dan menutup mulutnya, "Cerai?!"

Hikari mengangguk, "Ya. Cerai."

"Apa maksud dari semua ini, Hikari?" tanya Hiashi dengan ekspresi dingin nan menusuk. Diremasnya surat cerai itu sampai tak berbentuk lagi.

"Aku ingin cerai, kau tidak mengerti? Aku muak berada di rumah ini, semuanya menjijikkan. Aku akan pergi dari sini dan membawa anak-anakku," balas Hikari dengan nada yang tak kalah dingin.

"Kau tahu, sudah cukup lama aku bertahan di sini karena kupikir kau akan berubah, Hiashi-kun. Tapi sayangnya, harapanku sama sekali tak terkabul. Bahkan hingga detik ini pun, kau masih sama brengseknya. Jadi kurasa, aku harus mengakhiri hubungan ini.

Lagipula, untuk apa kau menahanku di sini? Itu sia-sia, sayang. Aku tidak mempunyai apapun untuk bisa kau peras, begitu pula dengan anakku. Aku dan anakku hanya beban di keluarga ini, begitu kan yang kau pikirkan?"

[4] Hinata The Troublemaker (discontinued) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang