• DWI - Terpesona •

110 22 16
                                        

Tak dapat dipungkiri, pesona murid baru itu sangat luar biasa.

🎭🎭🎭

"Ranita, kamu telat lagi?" Sentakan dari Pak Gunawan sontak memutus lamunan seorang gadis yang tengah berdiri di ambang pintu kelas. Sejak tadi, gadis yang dipanggil 'Ranita' itu agak bengong karena terpana dengan wajah rupawan Fernando. Sedangkan lelaki berhidung mancung dan bermata tajam bak elang itu hanya terdiam, dan lagi-lagi berusaha cuek dengan tatapan Ranita serta beberapa temannya—terutama para siswi—yang masih sempat-sempatnya mencuri pandang pada lelaki tersebut.

"I—iya, Pak. Maaf," ujar Ranita sembari menunduk.

"Kamu ini saya perhatikan sering banget terlambat datang ke sekolah. Sudah lebih dari tiga kali ini, kebiasaan! Masih nggak kapok sering dihukum?" Ranita pun semakin menunduk dalam saat Pak Gunawan mulai melampiaskan amarahnya. Terlebih lagi, gadis itu merasa malu karena teman baru yang ada di samping Pak Gunawan saat ini—menurut perkiraan Ranita—jadi memiliki first impression yang sangat buruk pada gadis tersebut. Mungkin saja seperti itu.

"Sudah, kamu cepat duduk. Suratnya taruh di meja sana," titah Pak Gunawan dengan jari telunjuk mengarah pada sebuah meja tepat di depan papan tulis yang menghadap ke arah bangku-bangku siswa di kelas XI MIPA 4. Ranita mau tak mau pun menurut, lalu meletakkan surat tanda dirinya terlambat yang berada di genggamannya ke atas meja guru tersebut.

Selepas itu, dia berjalan menuju bangkunya dengan posisi kepala agak menunduk. Jujur, gadis itu masih merasa malu. Padahal biasanya jika ia terlambat, dirinya tak pernah merasa semalu ini. Mungkin karena ada siswa baru di kelasnya dan berharap siswa tersebut memiliki kesan yang baik padanya, tetapi pupus begitu saja karena habit-nya yang sangat buruk dan mungkin telah terpelihara cukup lama. Terlambat datang ke sekolah meski tidak sampai setiap hari.

"Kebiasaan, deh, dia. Masa hampir setiap berangkat sekolah telat mulu? Nggak salah kalau si Anak Baru itu kelihatannya antipati sama dia." Secara tiba-tiba, suara bisik bernada sumbang merasuk begitu saja ke dalam indra rungu Ranita.

Gadis tersebut menarik napas berat, lalu mengembuskannya melalui mulut secara perlahan. Ucapan yang berlebihan seperti itu memang sudah biasa ia terima. Meskipun Ranita dicap sebagai siswi yang sering terlambat, bukan berarti setiap hari ia tidak datang tepat waktu ke sekolah. Pem-bully-an secara tersirat—yang sebenarnya ada tersuratnya juga—melalui nyinyiran bernada sumbang nan tak sedap yang sangat jelas ditujukan padanya tadi, seolah telah menjadi santapan makan sehari-hari bagi Ranita.

Namun, Ranita bukanlah orang yang menganggap hal tersebut adalah masalah besar sampai harus menyimpan dendam pada teman-temannya yang melakukan bullying secara psikis padanya. Sebab jika ia terlalu memikirkan hal tersebut, tentu saja akan berdampak buruk pada psikologisnya. Oleh karena itu, dia berusaha tak acuh dengan segala nyinyiran yang terlontar padanya dan membiarkan segala ucapan bernada sumbang tersebut menguap tak bertuan. Toh, mereka akan capek sendiri karena terus mencerca Ranita.

"Baik, maaf kalau tadi terinterupsi sebentar. Silakan perkenalkan dirimu dulu, Nak." Pak Gunawan mulai menormalkan kembali rautnya dan langsung melanjutkan ucapan yang sempat tertunda tadi. Fernando pun mengangguk lalu menatap sembari meneliti beberapa teman-teman barunya, sebelum akhirnya ia mulai mengangkat suara bariton yang membuat beberapa siswi meremat dengan erat rok abu-abunya. Entahlah mengapa mereka melakukan hal tersebut, mungkinkah telah jatuh hati dengan Fernando pada pandangan pertama?

"Perkenalkan, saya Fernando Putra. Bisa dipanggil Nando." Selepas mengenalkan nama, sontak suasana menjadi hening yang membuat Pak Gunawan mengerutkan dahi dengan heran. Terlebih lagi saat melihat Fernando yang masih mempertahankan ekspresi datarnya. Sedangkan yang lain mulai asyik berbisik, terutama para siswi yang mulai senyum-senyum sendiri sembari sedikit melirik wajah tampan Fernando.

Tabir FaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang