• ASTHA - Suicide? •

36 11 6
                                    

Bunuh diri yang terjadi secara beruntun itu sangat mencurigakan.

🎭🎭🎭

"Tolong, siapapun tolong! Ada yang jatuh dari lantai atas!"

Tangan Fernando yang terulur ke atas untuk melempar bola sontak berhenti bergerak. Alhasil, tangannya pun mengambang di udara dengan bola karet oranye tersebut yang masih melekat dalam genggaman Fernando.

Jatuh dari lantai atas? Kok bisa?

Fernando tercengang saat melihat seorang siswi berlarian ke arah lapangan dengan peluh bercucuran diiringi raut yang kian memucat. Meski berlari, tetapi Fernando dapat melihat tangan gadis itu bergetar hebat. Tampak sekali jika gadis tersebut sangat ketakutan dan bingung.

Semua siswa yang berada di sekitar lapangan pun mulai membubarkan diri. Berkeliaran meninggalkan lapangan seperti kerumunan semut yang terkena tetesan air. Masing-masing dari mereka lantas mengikuti langkah gadis yang berteriak tadi. Penasaran dengan siapa yang baru saja terjatuh.

Fernando juga memilih untuk ikut berlari mengikuti gadis tadi, mengabaikan battle basket dengan Reynard yang masih belum usai. Ia langsung melempar bola karet berwarna oranye itu ke sembarang arah. Baru beberapa hari Fernando sekolah di sini, tiba-tiba saja dirinya dihadapkan sebuah kejadian mengejutkan sekaligus mengerikan. Bagaimana mungkin ia tidak terkejut?

Pertanyaan lain yang timbul dalam benaknya adalah ... bagaimana bisa seorang siswa jatuh dari lantai atas? Ada yang sengaja mendorongnya kah? Tidak sengaja terdorong oleh temannya? Terpleset karena kecerobohan siswa itu sendiri? Atau ... bunuh diri?

Ketika mencapai tempat yang dimaksud siswi tadi, benar saja. Seorang siswa tampak tergeletak lemah dengan posisi tengkurap di atas permukaan semen. Namun, kepalanya menghadap ke samping kanan yang membuat Fernando dapat melihat dengan jelas rupa siswa yang terjatuh itu. Bulu kuduknya mulai meremang kala melihat darah mengalir deras melalui area kepala siswa tersebut.

Beberapa siswi yang berkerumun di sekitarnya pun mulai berteriak histeris. Ada yang menutup mata rapat-rapat karena ketakutan. Bahkan ada pula yang merasa mual karena tak tahan melihat pemandangan mengerikan tersebut.

"Hei, minggir-minggir. Jangan ada yang mendekat! Jangan ada yang nyentuh! Ayo kalian balik dulu ke kelas masing-masing. Jangan berkerumun di sini." Seorang pria dengan pakaian batik biru dan kumis melintang langsung membubarkan kerumunan siswa-siswi yang ada di sana.

Namun, hanya sebagian saja yang menuruti titah guru tersebut. Sisanya masih tetap diam di sana, termasuk Fernando. Jujur, ini memang bukan pertama kalinya pemuda tersebut melihat rupa seseorang yang tampak mengenaskan karena kecelakaan di sekolah. Sebab di sekolahnya yang dulu, pernah ditemukan pula seorang mayat dan Fernando melihatnya dengan jelas.

Akan tetapi, entah mengapa ia tak bisa menahan rasa gemetar dalam dirinya. Kaki pemuda tersebut seolah terpancang kuat pada permukaan semen.

"Iya, tadi aku lihat dari jauh kalau Adrian itu sudah ancang-ancang mau lompat. Aku nggak tau temen-temennya pada tau apa nggak. Aku sudah teriak jangan lompat." Sayup-sayup, Fernando dapat mendengar beberapa siswi yang masih bertahan di sana sedang asyik berbincang. Tiba-tiba saja telinganya mulai siaga mendengar apa yang akan siswi-siswi itu bicarakan.

"Sumpah? Dia lompat dari mana?"

"Lantai tiga, Feb. Eh, iya. Kan lantai tiga lagi kosong, ya, kalau nggak salah. Denger-denger, kelas sepuluh lagi ada seminar di aula. Ruangan yang di lantai tiga itu cuma ruang kelas sepuluh aja, kan?"

Setelah mendengar pernyataan siswi tersebut, Fernando langsung menatap lantai tiga yang dimaksud siswi tersebut. Rupanya bangunan tingkat tiga di hadapannya ini cukup tinggi. Nando jadi agak ragu saat menatap siswa yang terjatuh itu. Apakah dia bisa selamat sedangkan ambulan masih belum datang?

Tabir FaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang