Bukankah dalam suatu pertandingan sudah pasti ada kekalahan dan kemenangan?
🎭🎭🎭
"Ya, Anak-Anak. Sekarang kalian pemanasan dulu secara berkelompok. Buat kelompoknya bebas, terserah kalian!" Semua siswa kelas XI MIPA 4 yang berada di lapangan langsung mengikuti perintah dari Pak Andre, salah satu guru olahraga di SMA Pelita Jaya dan kebetulan mendapatkan jatah mengajar di kelas XI MIPA 4.
Fernando lebih memilih untuk mengekor pada Hendra dan Tony. Meski sudah lumayan mengenal beberapa teman baru di kelasnya, tetapi sejauh ini hanya Tony dan Hendra yang paling akrab dengan pemuda tersebut.
Mereka pun melakukan kegiatan pembelajaran olahraga dengan santai tetapi tetap serius. Kebetulan materi olahraga yang tengah mereka pelajari adalah tentang permainan bola kecil. Pak Andre memilih bulu tangkis untuk pembelajaran hari ini.
Awalnya Fernando sempat merasa kesal karena ia sama sekali tak diberi tahu bahwa setiap siswa diharuskan membawa raket bulu tangkis dan kok. Namun, untunglah Pak Andre memaklumi hal tersebut dan sempat menegur teman-teman sekelas Fernando supaya saling mengingatkan. Apalagi Fernando adalah siswa baru di sekolah tersebut yang tentunya masih dalam masa adaptasi.
Karena tak membawa raket, alhasil Fernando terpaksa meminjam raket milik Hendra untuk melaksanakan praktek service bulu tangkis sekaligus mempraktekkan forehand grip dan backhand grip nantinya. Tentu saja praktek-praktek tersebut dilaksanakan secara bergiliran.
Fernando memang lemah di bidang akademik. Namun, jangan salah. Dirinya justru sangat mumpuni di bidang olahraga. Hal itu terbukti saat dirinya dipanggil untuk melaksanakan praktek. Permainan Fernando dalam bulu tangkis terbilang cukup baik. Bahkan Fernando sempat diajak battle oleh Pak Andre dan frekuensi pemuda tersebut membiarkan kok jatuh dalam areanya sangat jarang. Meski hanya menyenangi permainan basket, tetapi jika berhadapan dengan kegiatan olahraga lain—terutama permainan bola—pemuda itu sangat lumayan menguasainya.
"Astaga! Tuh anak baru kapan, sih, nggak buat anak orang terpesona?"
"Iya, astaga. Karismanya, loh, bukan main. Seneng, deh, ada yang bening-bening di sekolah kita."
"Udah gitu pinter olahraga lagi. Duh ... idaman!"
Ranita yang berada tak jauh dari siswi-siswi berceloteh perihal pesona Fernando sejak tadi hanya memutar bola mata. Ya, dia tau kalau teman sebangkunya itu sangatlah tampan. Bahkan dirinya sendiri juga terpesona. Namun, haruskah mereka bercerita tentang rasa sukanya dengan nada selebay itu?
Mungkin karena terlalu sering sendiri, alhasil Ranita bisa dan tampaknya terbiasa memendam sendiri rasa suka tanpa harus diumbar ke manapun dan merasa apa yang temannya lakukan itu terlalu berlebihan. Mau bagaimana lagi? Dirinya memang tak mempunyai teman akrab sejak awal masuk SMA. Hanya ada seseorang yang sangat bisa ia ajak mengobrol, itu pun mereka mengobrol jika berada di luar jam sekolah atau ketika tidak ada seorang pun dari warga sekolah tersebut yang mengetahuinya. Benar-benar tertutup.
Dari sisi lain, lebih tepatnya di balkon lantai dua, Reynard terus mengamati siswa-siswi yang melakukan kegiatan belajar mengajar olahraga di lapangan dengan tajam. Dalam sekejap, mendadak saja dia memiliki ide yang cemerlang.
🎭🎭🎭
"Ayo, dong. Kita kan udah lama nggak main basket bareng." Fernando masih saja bergeming. Tak memedulikan sang sepupu yang sejak tadi berusaha membujuknya untuk melakukan battle basket.
"Hei, Nando ... come on! Apa kamu sekarang udah nggak bisa main basket lagi? Eh, tapi kan waktu itu kamu ikut ekskul basket, ya. Harusnya kamu bisa, dong. Kak Edward aja bilang kamu keren banget main basketnya waktu latihan. Apalagi kalau tanding, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tabir Fakta
Mistério / SuspenseMystery at School Series #4 [Spin off from "Revenge After MOS"] 🎭🎭🎭 "Bagiku, hal yang paling menyulitkan bukan mencari pelaku kejahatan, tapi bagaimana mengungkapkan kejahatan si pelaku." ~~~ Serentetan kejadian aneh mulai menimpa Fernando ketika...
