• PANCA DASA - Difficult Choice •

40 9 5
                                        

PANCA DASA - LIMA BELAS
« Difficult Choice »

~~~

Selamat Membaca!!!

🎭🎭🎭

"Loh, Mas Reynard? Mau ngapain ke sini, Mas?" Seorang gadis yang sedang mengobrol dengan temannya di ambang pintu kelas XI MIPA 4 terkejut saat mendapati seseorang paling terkenal di SMA Pelita Jaya terlihat melongok ke dalam kelas, seperti sedang mencari seseorang.

"Oh, ini. Boleh minta tolong panggilin Nando?"

"Nando? Maksudnya si Fernando itu?" tanya gadis itu lagi sembari menunjuk Fernando yang tengah berbincang dengan Ranita. Sepertinya membahas soal matematika bersama lagi. Melihat hal tersebut, Reynard langsung memberikan senyum lebar sembari mengangguk, meski ada rasa aneh yang menyelinap ke dirinya saat melihat keakraban dua insan beda gender tersebut.

"Oh, oke. Aku panggilin bentar, ya, Mas."

Lagi-lagi Reynard mengangguk. Gadis yang ternyata Arista itu langsung mendekati Nando dan menepuk pundak pemuda tersebut.

"Nando." Fernando sontak menoleh saat namanya dipanggil.

"Kamu dicariin sama Mas Reynard."

"Hah? Ngapain?" Tak hanya Nando, Ranita yang ikut mendengarnya pun terperangah. Lalu, netra gadis itu langsung mengarah ke pintu kelas, yang di mana Reynard berdiri di sana. Dapat ia lihat, kakak kelasnya itu memberikan sedikit senyuman saat mereka berdua saling bertatapan. Ranita spontan berpaling.

"Nggak tau. Kamu ke sana aja sendiri," ujar Arista dan langsung meninggalkan mereka berdua. Awalnya Fernando mendengus kesal, tetapi ia akhirnya terpaksa menemui Reynard untuk mengetahui apa yang diinginkan sang sepupu. Bayangan Reynard saat malam itu sama sekali tak bisa lepas dari ingatan Fernando, itulah mengapa ia bertambah kesal pada sepupunya sekarang.

"Ran, lanjut nanti, ya. Aku keluar sebentar." Ranita pun mengangguk, lalu membiarkan Fernando berjalan menuju keluar kelas dan menghampiri seseorang yang menunggu di sana. Meski, perasaan gadis itu agak bergemuruh saat mengetahui siapa yang memanggil teman sebangkunya.

"Ada apa?" Tanpa basa-basi, Fernando bertanya pada Reynard saat dirinya telah sampai di ambang pintu kelas.

"Nggak di sini ngomongnya. Ayo ikut aku." Reynard pun berbalik dan mulai beranjak dari posisinya. Meski heran serta memiliki firasat tak enak, Fernando akhirnya memilih ikut saja. Dia sama sekali tak trauma saat mengingat pemuda yang berjalan di depan ini pernah memukul dirinya.

Mereka terus saja melangkah, tetapi tak beriringan. Reynard di depan dan Fernando ada di belakangnya. Melihat ada dua lelaki tampan yang berjalan bersama, mendadak saja mata beberapa para gadis seperti singa kelaparan yang baru saja menemukan sasaran mangsa.

Agak berlebihan, sih. Hanya saja tatapan mereka kurang lebih seperti itu.

Setelah perjalanan yang menghabiskan waktu beberapa menit, mereka berdua sampai ke tempat agak sepi. Fernando terperangah saat menatap tempat tersebut, yakni taman belakang sekolah yang di mana juga dekat dengan gudang belakang sekolah-salah satu gudang yang agak tak terurus di sekolahnya.

Secara tiba-tiba, Reynard berhenti melangkah, lalu berbalik dan langsung menarik tangan sang sepupu dengan cepat menuju tempat yang lebih sepi dan tampaknya tak akan dilewati banyak orang.

"Apaan, sih? Mau ngomong apa, kok, pake ngajak aku di tempat sepi gini? Takut kedokmu kebongkar?" tanya Fernando dengan senyum sinis. Mendengar pertanyaan sang adik sepupu, Reynard langsung memberikan tatapan tajam pada pemuda yang ada di sampingnya. Tanpa basa-basi, ia langsung mendorong pundak Fernando hingga menatap dinding dan menahannya. Alhasil, posisi mereka berdua kini saling berhadapan.

Tabir FaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang