Koushi memerhatikannya. Belakangan Koutarou sering kali kehilangan fokus atau bekerja melebihi jam seharusnya. Pria itu seperti tengah menyibukan diri untuk menghindari sesuatu.Acap kali ia dapatkan wajah sahabat kecilnya yang terlihat cemas dengan alis mengerut. Jika ini tentang Keiji, Koushi tak perlu menunggu lama untuk mendengar curhatan Koutarou. Namun hingga hari ke tujuh surai kelabu itu tetap bungkam.
"Ugh!"
Koushi cepat bereaksi kala alpha jangkung itu menunjukan tanda tak baik. Apa Koutarou sakit? "Koutarou?! Perlu ku hubungi dokter? Atau katakan apapun yang kau butuhkan."
Koutarou menggeleng lemas dengan wajah pucat. "Aku akan pulang lebih awal, tolong urusi sisanya Koushi."
Koutarou menghempaskan tubuh jangkungnya. Memejamkan matanya yang lelah serta pening di kepala yang mulai menyerang. Beberapa hari belakangan kesehatannya menurun dan begitu juga dengan gangguan tidurnya yang kembali.
Semua tepat setelah Keiji meninggalkannya.
Sulit rasanya untuk bercerita dengan Koushi perihal masalahnya. Koutarou pikir ini hanya tentang ia dan Keiji juga hubungan mereka melibatkan orang lain hanya akan membuat suasana menjadi tak nyaman.
Kunci pintu utama unitnya berbunyi. Koutarou membuka mata dengan cepat terlonjak menyambut sosok yang sejak lama ia rindu. Mungkinkah itu Keiji? Koutarou harap demikian.
"Ichika-nee san, Maki-nee san?"
"Kou-chan? Oh maafkan aku mengganggu tidurmu. Koushi mengubungiku tadi, ia berkata jika kondisimu tak baik jadi aku dan Maki datang."
Gadis surai permen kapas itu mendekat ke arah si bungsu. Menyentuh dahi Koutarou yang sedikit hangat.
"Tumben sekali bisa sakit begini. Kau yang paling kuat diantara kita bertiga Koutarou." Maki berujar sembari membereskan buah dan persediaan makanan lain.
Koutarou terkekeh. Kakak perempuan keduanya memang benar jika ia memiliki fisik lebih kuat meski ketiganya alpha. Namun tetap saja, wanita dan pria tak dapat disetarakan soal fisik.
"Kalian berdua sampai repot mendatangiku, aku jadi terharu."
Maki mendecih sementara Ichika terkekeh. Meski tak dipungkiri pekerjaan mereka sama sibuknya namun kala mendengar Koushi mengenai adiknya yang sedang tak baik beberapa hari belakangan membuat Ichika cemas.
"Hanya demam ringan. Seharusnya kalian tak perlu cemas, Koushi hanya membesar-besarkannya."
Maki memandang adik lelakinya. Kulit Koutarou memang awalnya sudah pucat namun kali ini rasanya berbeda. Si bungsu nampak lelah dengan kantung mata tebal dan bibir kering.
"Jam tidurmu berantakan? Kantung matamu terlihat lebih tebal Kou." Tebak Maki tepat sasaran.
Ichika beralih menatap adik bungsunya. Koutarou terlihat kepayahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated Mate ; BokuAka
FanfictionAkaashi Keiji seorang yang mati-matian berdalih dari ikatan takdir abadi yang ditetapkan sang Dewi Bulan. Sementara Bokuto Koutarou justru berpegang teguh atasNya. Bagaimana jika takdir yang dibenci Keiji mengikatnya pada sosok Koutarou yang begit...