"BUAHAHAHA," Seketika tawa mereka berempat menggema di kamar tersebut. Membuat Teru kembali meringkuk kedalam selimutnya.
"Hei kalian lihat ekspresi Teru tadi? hahahah," Seru Leo sambil tertawa terbahak-bahak.
"Iya ekspresinya seperti bertemu malaikat maut hahah," Ucap Dustin sambil ikut tertawa.
"Hentikan!" Teriak Teru yang tengah meringkuk di balik selimutnya.
"Ya Tuhan aku ingin menghilang saja kalau begini," Gumam Teru seraya menutupi wajahnya.
Martha POV
Aku terbangun saat mendengar suara familiar membangunkan ku.
"Martha, bangun tha!" Ucap Emma seraya menepuk-nepuk lengan ku.
"Hm," Gumamku sambil bangun dari tidurku. Samar-samar terlihat wajah yang familiar bagiku. Seorang gadis dengan rambut blonde dan mata biru yang begitu melekat di kepalaku.
"EMMA?!" Seru ku sambil beranjak dari tempat tidurku dan memeluk nya.
"Hei kau darimana saja aku khawatir tau," Ucapku sambil tetap merangkul kan tanganku di leher Emma.
"Ak-aku tidak bis- nafa-" Raung Emma sambil terbata-bata.
Dengan gerakan refleks aku langsung melepaskan rangkulan ku lalu meminta maaf padanya, "Maaf kak aku terlalu bersemangat melihat kakak,"
"Kakak tidak apa apa? Tidak ada yang luka kan? Yang lain dimana? Kenapa cuma ada kakak disini?" Tanyaku membabi-buta pada kak Emma.
"Yahh seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja, yang lain masih di ruang Profesor untuk melapor," Jelas Emma sambil menuju ke ranjangnya yang berada tepat di samping kanan ranjangku.
"Sepertinya kamu punya pengagum rahasia tuh," Goda kak Emma sembari menunjuk ke meja yang berada di samping kasurku. Terlihat sebuah buket bunga yang indah menghiasi mejaku. Dengan gerakan spontan aku beranjak dari tempatku dan mengambil bunga itu. Tanganku merogoh surat yang terselip di antara bunga mawar yang berada dalam buket bunga itu. Karena penasaran aku langsung membuka surat itu dan mulai membacanya.
"Untuk Martha adikku,
Aku kembali ke markas sore ini, aku harap kita bisa bertemu dan berbincang tentang kejadian satu tahun yang lalu. Aku tahu ini terlalu tiba-tiba tapi kurasa aku belum minta maaf padamu dengan benar. Temui aku di taman pukul 20.00, aku ingin memberitahumu sesuatu.
-Leo "
"Hah?" Gumamku sambil melemparkan pandangan ke kak Emma.
"Kak ini dari si brengsek itu," Ucapku sambil menghancurkan surat yang sedari tadi kugenggam.
"Benarkah?" Balas Kak Emma sambil tergagap.
"Aku akan mengembalikan ini," Ucapku seraya meninggalkan kamarku.
"jangan memukulinya ya!" Teriak Emma.
Aku berjalan menyusuri koridor menuju kamar lelaki. Namun tepat saat aku membuka pintu kayu itu, Sontak tatapan ketakutan menyambutku bahkan sebelum aku melakukan sesuatu.
"Kalian tau, aku melihat Martha dimana-mana, saat aku menutup mata, saat aku latihan, bahkan petarung hologram itu!" Ucap Teru dengan sedikit teriak.
"Hei hentik-" Perintah Dustin yang dipotong oleh Teru.
"Aku tidak bisa berhenti! Dan aku tidak mau berhenti mencintainya! Aku sangat sangat sangat mencin-" Belum selesai Teru berbicara aku yang jengah pada situasi itu langsung melemparkan buket bunga mawar beserta surat itu kepada Leo dan berkata, "Aku disini untuk mengembalikan ini," Kataku lalu menutup pintu kamar dengan perlahan. Terdengar suara tawa yang menggelegar dari sana. Tanpa kusadari sudut bibirku naik dan aku ikut tertawa. Entah mengapa amarahku mereda. Sebenarnya tadi aku berencana untuk memukul Leo. Tapi si bodoh itu malah meredakan amarahku. Sejujurnya aku tidak begitu membencinya. Namun akhir-akhir ini dia bertingkah seperti si brengsek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR
Приключения[ on going✔] [Hiatus] [Revisi] [Rate: 15+ ] Namaku Martha, berusia 16 tahun. Aku siswa kelas 11 biasa seperti kalian yang berangkat sekolah pagi dan pulang sore hari. Aku memiliki teman teman yang baik juga ibu yang sangat menyayangiku. Kehidupanku...