Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: SalamJangan lupa vote sebelum membaca
Sertakan komen juga ya ;)— S E C O N D C H A N G E—
•
•
•"An, hari ini mau Mom masakan apa?"
"Bagaimana dengan pasta keju? Kak Nial juga pasti suka!"
"Oh ya? Sejak kapan Nial menyukai keju?"
"Sejak Mommy bilang kepada An bahwa Mommy sangat suka keju. Ah itu Kak Nial. Kakak!!"
Seorang bocah laki-laki bersurai pirang dengan obsidian langit tersenyum ria kala mendapati dua wanita terindah dalam hidupnya. Pakaiannya penuh lumpur sembari menenteng bola di sisi tubuh.
"Mommy, sudah pulang? Maaf Nial kotor."
Padahal ia sudap siap dengan konsekuensi apabila sang Ibu melayangkan tangan dan menampar pipi dengan keras. Justru tidak. Sang Ibu mengambil sapu tangan dari saku celana lalu mengelap wajah anaknya dengan lembut. Senyum malaikat tertera pada wajah berumur yang masih cantik. Nial tersipu kala itu. Ia benar-benar jatuh cinta dan menyayangi Ibunya. Nial berjanji jauh di lubuk hati bahwa ia akan melindung Ibu dan adik tersayang.
"Hati-hati, dear. Mommy tidak bisa selalu mengawasimu setiap saat. Jadi, tolong Mom untuk menjaga An suatu hari nanti ya."
Hanya dengan anggukan semangat dan senyuman lebar yang bocah itu lakukan dapat membuat hati sang wanita terenyuh. Ia meneteskan air mata bahagia.
Nial mengerut bingung. Jemari mungilnya menangkup wajah sang Ibu lalu menghapus air mata yang turun dari kedua obsidian yang sama seperti dirinya. "Mom? Are you okay? There will be fine, i swear."
"No, darling. I'm totally fine. Kemarilah An, Nial." Sang Ibu merentangkan tangan. Dengan senang kedua buah hatinya memeluk erat dirinya. "Mommy sayang kalian berdua. Sangat sayang bahkan rasanya dapat melimpah hingga tidak bisa terbendung."
"Jika rasanya tidak dapat terbendung. Maka jadikan An sebagai wadah dari kasih sayang Mom saja. Kak Nial juga dengan senang hati mau menampungnya."
"Jika wadah dari Nial dan An juga sudah tidak muat, ya biarkan saja. Nial lebih suka kasih sayang Mommy yang tiada batas."
Keadaan yang semula mengharu berubah menjadi wanita bersurai pirang itu tengah terduduk dekat pintu kamar sembari menggenggam foto. Semestanya banjir dengan air bah. Annariel yang tidak mengerti apa yang terjadi dengan Ibunya hanya memandang bingung.
Ia menumpukan wajah di pundak sang Ibu. "Mommy? Why are you crying? Are you sick? Perlu An panggilkan Dad?"
Wanita itu menghapus sisa air mata yang mulai mengering. Dalam keadaan seperti ini, sosoknya tetap saja tersenyum lembut. "Oh dear An. Sedang apa di sini, Nak? Kak Nial di mana?"
"Kak Nial pamit untuk bermain bola bersama temannya. An habis bermain boneka lalu An haus, dan An melihat Mommy menangis. Mommy sakit?" Pertanyaan lugu dari seorang bocah perempuan bernama Annariel. Kedua mata biru bulat yang melingkar apik membuat Ibunya tersenyum. Begitu indah laksana birunya lautan.
Ia menggeleng. "Mommy tidak apa-apa sayang. Mommy tidak sakit juga. Jangan bilang apa-apa pada Dad, oke!"
"Owthe, i swear!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
FanfictionAnnariel dan Claire adalah dua bersaudari bangsa elf yang tak terpisahkan. Mereka adalah serpian jiwa Valar yang terpecah menjadi dua bagian. Namun perjanjian kuno antara penguasa pertama Lothlorien dan penguasa kegelapan Mordor membuat nyawa mereka...