Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: SalamJangan lupa vote sebelum membaca
— S E C O N D C H A N G E—
•
•
•Annariel dengan sigap melempar benda di sekitarnya hingga membentur baju zirah belakang milik Tharanduil sebelum pria itu menghilang.
"KEMARI KAU RUNCING!! KUSUMPAHI KAU AKAN MENYESAL!!" Teriakan amarah itu sempat membuat Tharanduil berhenti sesaat dengan guratan ekspresi gelap sebelum kembali melanjutkan langkahnya. Sedangkan beberapa pasang mata elf serta Gandalf yang melihatnya tertegun melihat keberanian Annariel.
Kini wanita itu berbalik menghadap satu penjaga elf berdiri di belakangnya. Dengan wajah garang, Annariel menunjuk tepat ke wajah ellon tersebut.
"Heh, kuperingatkan kau, jangan berani-beraninya menyentuhku!" Sengit Annariel sebelum keluar dari tenda.
Feren, ellon yang diperintahkan mengawal Annariel mengekori sang gadis. Walau ia diumpati sekalipun, perintah Tharanduil tak bisa ia abaikan. Kemanapun sang gadis itu pergi, ia harus mengawalnya dengan mempertaruhkan hidupnya. Sebelum pergi, ia sempat menunduk hormat ke arah Gandalf. Sang mithrandir menyipitkan matanya, tersenyum penuh makna. "Dia sangat berbeda dengan Claire. Andaikan anak itu ada di sini."
Gandalf keluar tenda, pergi mencari Tharanduil untuk melanjutkan perbincangannya yang sempat tertunda.
•••
Di sisi lain, Claire masih mengendarai Archaius di udara. Tujuannya adalah pergi ke tempat kerajaan Erebor. Archaius memekik sebelum menukik turun dan mendarat di depan pintu gerbang kerajaan Erebor yang tertutup. Para dwarft serta Thorin yang melihat Claire datang, memiliki berbagai ekspresi di wajah mereka. Claire segera turun dan mendekati pintu gerbang.
"Thorin! Aku datang untuk berbicara."
Thorin menatap dengan berbagai emosi di matanya, berjalan mondar-mandir namun tak pernah melepaskan tatapan matanya dari Claire.
"Bicara? Tentang apa? Kalian datang dengan ribuan pasukan elf ingin menyerang kerajaanku, bukan?"
Claire menghela napas. "Ya... raja elf gila itu memang akan menyerang jika kau tidak mengembalikan kalungnya."
Thorin mendecih mendengarnya. Lalu melirik ke arah Dale yang dipenuhi sekumpulan elf di seberang dengan tatapan penuh kebencian.
"Bard bersama mereka. Dia datang menagih janjimu. Kau harus menepatinya, janji adalah janji Thorin."
Thorin dengan marah menunjuk ke arah pasukan Elf dari Mirkwood dengan amarah membara. "Dia meminta bantuan pada telinga runcing! Kenapa aku harus mendengarkan mereka?! Dan kau... seorang elf membantu manusia? Menjijikkan!"
"Thorin..!"
Dwarf lainnya menatap Thorin dengan berbagai perasaan.
"Kenapa aku harus membagikan hak milikku pada mereka? Harta di kerajaan Erebor hanyalah milik para dwarf dan raja! King is me!" Thorin menunjuk dirinya. Para dwarf lainnya menunduk merasa malu dengan sikap Thorin.
Claire mengepalkan tangannya. Menahan amarah.
"Salah satu rekanmu ada seorang elves dan Manusia. Elves adalah aku dan manusia adalah Annariel. Kau lupa dengannya? Kau lupa pada Annariel yang menolongmu di penjara elves Mirkwood?! Dia lebih memilih membantu kalian, mementingkan kalian ketimbang dirinya sendiri! Kau lupa Bard dan para penduduk Laketown juga pernah membantumu!" Claire menyerukan amarahnya yang ia tahan. Jika saja... jika saja orang yang di depannya bukanlah teman dwarfnya, mungkin sudah ia panah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
FanfictionAnnariel dan Claire adalah dua bersaudari bangsa elf yang tak terpisahkan. Mereka adalah serpian jiwa Valar yang terpecah menjadi dua bagian. Namun perjanjian kuno antara penguasa pertama Lothlorien dan penguasa kegelapan Mordor membuat nyawa mereka...