Selamat Membaca...
.
.
.Hari ini Hinata kembali dari kota ke Jogja. Sang Ibu sedang sakit, mengharuskan Hinata untuk pulang dan mengambil cuti. Naruto tentu saja sangat mengerti posisi Hinata. Pria yang resmi menjadi kekasih Hinata itu memberi izin Hinata untuk menemui sang Ibu di desa.
Hinata menatap nanar sang Ibu yang terbaring di brangkar rumah sakit. Kemarin sore Ibunya ditemukan tidak sadarkan diri oleh Budhe Sri. Orang yang dianggap kakak oleh Ibunya.
"Bu, Hinata mantuk."
(Bu, Hinata pulang.)Berkata lirih didekat sang Ibu, berharap jika sang Ibu bisa mendengarnya dan tersadar. Karena sedari kemarin Ibu Hinata belum sadarkan diri.
Namun, sepertinya Hinata harus lebih bersabar lagi karena belum ada tanda-tanda Ibunya akan sadar. Beberapa hari yang lalu Hinata mendapat kabar dari Bibinya jika sang Ibu sakit akibat terpeleset di area sawah yang berlumpur. Tentu saja licin Medan seperti itu bukan?
Menggenggam tangan sang Ibu erat... Hinata sangat takut kehilangan sang Ibu, dimana hanya Beliau seorang yang Ia miliki di dunia ini. Ponselnya berdering, tertera nama Calon imam dengan segera Hinata meraih ponselnya, Ia lupa sejak tiba disini dirinya belum sama sekali memberi kabar pada kekasihnya itu.
"Halo, calon imam..." Guyon Hinata saat mengangkat telepon dari Naruto. Terdengar suara kekehan yang renyah dari seberang sana.
"Kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Naruto dengan lembut.
"Hehehe, aku lupa. Maaf ya, calon imam. Kata pak Ustad, calon imam enggak boleh marah sama calon istri nanti jadi enggak jodoh,"
"Hilih." Hinata terkikis geli mendengar jawaban Naruto, "Lalu bagiamana keadaan Ibu?"
"Waduh, aku baper loh calon imam... Padahal calon imam cuma tanya kabar calon mertua loh,"
"Aku serius sayang,"
"Aaaaaa, baper berat..." Diseberang sana Naruto memutar bola matanya malas. Ternyata Hinata tetaplah Hinata.
"Hinata, kau baper?"
"Siapa itu?" Tanya Hinata pada Naruto, sepertinya ia hafal suara itu. Kedua bola mata Hinata mendelik, "Naru, kau selingkuh dengan mbak Ino?"
"Sembarangan kau Hinata...!" Sahut Ino kencang, ketika mendengar ocehan Hinata.
Naruto menaikkan tombol hijau di ponselnya meminta beralih panggilan video. Kini terlihat lah suasana sesungguhnya, ternyata Naruto sedang berada di bilik milik Ino, Tenten, dan Temari.
"Ternyata kau bisa baper ya, Hinata?" Tanya Ino dengan menaikkan kedua alisnya.
"Hinata kita sudah besar man teman," timpal Temari sembari bertepuk tangan seorang diri karena nyatanya tidak ada yang mengikuti jejaknya bertepuk tangan.
"Baper itu kesukaan Tente, biasanya Tenten beli rasa coklat,"
"Itu wafer, Hinata," sahut Tenten. Firasat warasnya mengatakan jika Hinata akan mulai kumat. Entah mengapa, Tenten menantikan lelucon Hinata yang terasa hilang saat gadis itu kembali ke alam nya.
"Wafer itu yang jaga gawang," balas Hinata.
"Itu KIPER...! KAU MAU BALAS APALAGI HAH?!" jawab Temari yang sudah geregetan sendiri dengan Hinata.
"Wooosh, santai mbak Tem... Hahahaha," dengan tanpa dosa Hinata tertawa gembira karena mampu membuat darah Temari menjadi tinggi.
"Sudah kalian diam." Naruto mengambil alih ponselnya yang berada ditangan Temari, "Kiper itu kue tradisional yang isinya abon atau ayam cincang," imbuh Naruto.
"LEMPEER....!" Sahut Ino, Tenten, dan Temari bersamaan. Naruto pura-pura terkejut.
"Apa sudah ganti nama?" Naruto sok berlagak polos. Hinata yang melihat kelakuan calon suaminya itu pun tertawa, dan berkata dalam hatinya. Apa Naruto sudah tertular virus absurd nya?
"Untung Bos," ujar mereka lagi bersamaan.
.
.
.Haiii
Masih ada yang simpan story' ini? Malam ini aku kembali menyapa dengan Jawa Jepang... Walau ini sangat sedikit sekali wkwkwkwk
Bagi kalian yang ada di area sekitar Trenggalek, Pacitan, Tulungagung, dan sekitarnya semoga selalu dalam lindungan Allah SWT ya... Jangan putus-putus berdoa ya gaes...
.
.
.
Bersambung...
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawa Jepang
HumorHay guyss... Cerita ini sekarang pindah akun yak heheh, sekarang diakun saya pubhlishnya... Karena ada sesuatu hal hehehe Okey... cerita ini saya up santai ya.. karena saya juga ada stroy on going... *** Hinata, gadis desa yang mencoba merantau ke...