SIJI

1.9K 170 71
                                    

Selamat membaca...

***


Hinata hyuga, si gadis cantik dari desa yang saat ini tengah merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Demi ingin mengubah kehidupannya, Hinata rela meninggalkan sang ibu sendiri berada di desa. Andai saja sang ayah masih hidup dan berada di tengah-tengah mereka. Hinata tidak mungkin bersusah payah pergi jauh dari keluarganya. Tapi keadaan memaksanya.

Hinata ingin membahagiakan sang ibu dengan jerih payahnya merantau ke kota. Dirinya ingin mengubah kehidupannya menjadi jauh lebih baik lagi.

"Ibuk, saestu mboten purun nderek Nata dateng kota?" Tanya Hinata meyakinkan. Hikari tersenyum seraya mengelus surai gelap milik sang putri.
(Ibu, bener tidak mau ikut nata ke kota?)

"Iyo nduk... ibu neng kene wae... Ibu dongak'ke wae mugo-mugo sampean oleh gawean seng sae ning kota." Hinata menunduk sedih. Berat rasanya meninggalkan sang ibu sendirian di desa. Apalagi sekarang kesehatan sang ibu sedikit kurang membaik.
( Iya nduk, ibu disini saja... ibu doakan saja semoga dapat kerjaan yang baik di kota)

Nduk adalah panggilan untuk anak perempuan bagi orang jawa.

"Lha, mengke sinten sing jogo ibuk teng griyo?"
(Lha, nanti siapa yang jaga ibu di rumah?)

"Kan isek ono Budhe mu ta nduk, Budhe mu gelem kok ngancani ibuk ning kene. Wes to tenang wae." Ucap Hikari meyakinkan sang putri. Hinata menghela nafas pelan. Sungguh dirinya benar-benar tak tega jika harus meninggalkan sang ibu dirumah. Tapi mau bagaimana lagi, sang ibu bersikeras tidak mau ikut bersamanya ke kota.
(Kan, masih ada Budhe mu to nak, budhemu mau kok nemenin ibu disini. Sudahlah, tenang saja.)

"Njih pun yen ngoten, jaga diri ibuk baik-baik njih. Mboten sah kesel-kesel buk'e, mboten pareng kekeselen pokok e buk. Nata ndak mau buk'e gerah." Pesan Hinata pada sang ibu.
(Ya sudah kalau begitu, jaga diri ibu baik-baik ya. Gak usah capek-capek, gak boleh kecapekan pokoknya. Nata gak mau ibu sakit.)

"Iyo nduk iyo, sampean yo kudu jaga diri ning kono, jogo kesehatan... Ojo lali terus ngewenehi ibuk kabar yo... Ben ibuk mu iki ndak khawatir." Hinata tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
(Iya nak iya, kamu juga ya, harus jaga diri disana, jaga kesehatan.. Jangan lupa kasih kabar ya. Biar ibu gak khawatir.)

"Injeh buk... pasti." Hinata pun berpamitan pada sang ibu. ( Iya bu, pasti)

Setelahnya, dirinya pun berangkat dengan mengendarai mobil travel yang sudah dipesan sebelumnya. Hinata tak berangkat sendiri, ada beberapa temannya yang juga akan merantau ke kota, mengadu nasib disana. Salah satunya Tenten.

Sang ibu menatap kepergian Hinata dengan tatapan sendu, berat rasanya berjauhan dengan sang putri semata wayangnya. Dirinya hanya bisa berdoa, semoga sang putri selalu di beri keselamatan & juga kesuksesan, agar apa yang di cita-citakan Hinata tercapai.

Seorang pemuda berambut pirang tengah sibuk berkutat dengan dokumen-dokumennya. Matanya yang sebiru lautan terus menatap layar monitor yang ada di depannya. Jari jemarinya begitu sangat lincah menari-nari di atas keyboard laptopnya. Hingga sampai dirinya tak menyadari kehadiran seseorang di ruangannya, karena saking fokusnya.

"Mau sampai kapan kau akan terus berkencan dengan dokumen-dokumenmu itu dobe?" Tentu saja naruto langsung terperanjat kaget karena tiba-tiba saja ada yang mengusik ketenangannya.

Jawa JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang