WOLU

774 137 118
                                    

Selamat Membaca....
.
.
.
.
***

Naruto menyadari jika dirinya kembali jatuh cinta. Dan parahnya, cintanya jatuh pada gadis desa ceroboh, aneh tapi cantik.

Sial! Bagaimana bisa gadis cebol itu menyelinap masuk kedalam hatinya. Bertahta disana, disinggasana hati tertinggi yang dimiliki oleh Namikaze Naruto.

Hyuga Hinata. Gadis bersurai indigo panjang, bermata bulan yang cantik, hidung mancung, bibir yang tidak tipis juga tidak tebal, dagu yang sedikit tumpul dan berkulit putih

"Hinata..." Panggil Naruto, mereka sedang berada dilift menuju lantai dasar.

"Ya, Bos..." Jawab Hinata memandang pada Naruto.

"Kamu...sudah memiliki kekasih?"

"Hem... Belum Bos..."

Naruto terdiam, maniknya masih mengamati Hinata. "Kenapa Bos? Bos mau jadi kekasih Saya?" Celetuk Hinata. Naruto mengubah wajah dengan cepat menjadi datar. Melihat itu, Hinata hanya nyengir.

Guncangan membuat tubuh Hinata hilang kendali. Naruto dengan sigap menangkap Hinata yang hampir terjatuh. Menarik pinggang sekertarisnya itu kearahnya.

Suara dentuman keras itu membuat Hinata reflek memeluk erat tubuh Naruto. Lift berhenti, diakhiri dengan guncangan keras dan lampu padam.

Hinata gemetar. "Tenanglah... Ada saya disini." Naruto mengelus lembut punggung Hinata. Lampu kembali menyala, membuat Hinata bisa bernafas. Karena jika kita berada diruang sempit dan gelap, maka udara terasa menghilang.

Naruto menuntun Hinata untuk duduk. Untung Hinata memakai setelan celana kain hari ini. Hinata manut saja, ia masih takut.

"Hinata..."

"Hm..."

"Sepertinya kita terjebak dilift. Ponsel saya tidak saya bawa. Kamu bawa ponsel?"

Hinata hanya menggeleng pelan. Ia masih di pelukkan Naruto, malah kini Hinata mencari posisi nyaman. Naruto hanya tersenyum, tangannya membelai rambut Hinata.

"Hinata... Apa kau selalu bahagia?"

"Tidak juga Bos" jawab Hinata menggesekkan kepalanya pada dada bidang Naruto. Kesempatan gaes...

"Tapi kau terlihat sangat bahagia setiap saat."

Hinata terdiam. Sebenarnya Hinata memendam luka atas kehilangan sang Ayah. Setelah Ayahnya berpulang, Hinata dan Ibunya seperti kehilangan cahaya mereka.

"Hinata, boleh saya bertanya lagi?" Tanya Naruto lagi, karena pertanyaannya yang tadi tidak dijawab oleh Hinata. Masih tak ada respon dari Hinata tapi Naruto tau, Hinata mendengarkannya.

"Saya merasa kamu bukan asli Indo. Benar?" Tanyanya.

"Ya. Saya blasteran JAWA JEPANG Bos. Ayah dan Ibu saya sebenarnya adalah orang Jepang." Jawab Hinata.

"Lalu, kamu dapat darah Indo dari siapa?"

Hinata menegakkan badannya. Menatap Naruto. "Tidak ada." Jawab Hinata dengan cengiran bodohnya.

Naruto memejamkan matanya untuk meredam kekesalannya. Trus, dari mana blasterannya? Naruto menghela nafas kasar. Hinata yang mengerti itu terkikik.

"Hey...Bos, saya kan lahir dan besar di Indonesia jadi masih bisa dikatakan blasteran kan?" Ujar Hinata, jemari lentiknya menepuk paha Naruto.

Naruto memutar bola matanya jengah. Blasteran apanya? Blasteran itu seperti dirinya. Jepang dan Eropa.

"Yo. Sakarepmu." Balas Naruto. Membuat Hinata tercenung. Naruto yang melihat ekspresi menggelikan Hinata, mendorong kepala Hinata pelan.

Jawa JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang