R O L A S

640 120 72
                                    


Selamat Membaca...
.
.
.

Hinata menekuk wajahnya, dia masih dendam dengan Garaa. Hari ini, Naruto kembali mengajak Hinata meeting di Sabaaku corp. Bukan salah Naruto juga, karena memang para kliennya yang menyetujui rapat di Sabaaku corp yang mempunyai lokasi lebih strategis dari arah manapun.

"Sudah, nanti jika dirimu diganggu Garaa aku akan membelamu." Masih mengerucutkan bibirnya lucu. Jika seperti itu pipi Hinata terlihat menggembung layaknya ikan buntal.

"Lihat, pipimu Hinata. Seperti ikan buntal." Ejek Naruto yang sebenarnya ingin mencairkan suasana dalam mobil yang terasa sepi. Biasanya, gadisnya itu akan mengoceh hal-hal yang unfaedah. Jika Hinata diam rasanya menjadi aneh.

"Jangan diam. Kau aneh jika diam Hinata. Mobil ini serasa di kuburan."

"Darimana kau tau kalau kuburan sepi?"

"Memang sepi kan?"

"Hilih, sok tau. Kuburan itu rame." Remeh Hinata.

Alis Naruto memincing. "Ya, rame saat ada yang dimakamkan."

"Salah. Kuburan itu rame setiap saat."

"Masa?" Tanya Naruto dengan nada sedikit mengejek.

"Iya. Kuburan selalu ramai Naru. Kita saja yang tidak melihat mereka yang kasat mata."

"Benarkah? Apa buktinya?"

"Coba kau ke kuburan saat malam hari pasti seluruh bulu kudukmu merinding."

"Itu wajar."

"Tentu. Karena mereka semua sedang beraktifitas layaknya kita." Hinata mengatakan itu dengan nada berbisik yang horor. Naruto membenahi posisi duduknya, jangan sampai Hinata tau jika ia takut pada hantu.

"Jangan jauh-jauh dariku saat sudah di Sabaaku corp nanti." Alis Hinata terangkat satu, tak lama kemudian ide jahil nangkring diotaknya.

Memeluk sebelah lengan Naruto. "Baiklah bos. Sesuai perintah." Hinata mengerling nakal pada Naruto, mengedipkan matanya pada Naruto. Pria bersurai kuning itu terkekeh pelan. Dirinya sudah terbiasa dengan kelakuan Hinata.

.
.
.

Garaa memandang lekat pada Hinata. Rasa kesal masih juga bercokol dihatinya.

"Kenapa kau datang bersama dia lagi?" Garaa menunjuk Hinata.

"Dia sekertarisku Garaa." Jawab Naruto santai. Mata jadenya menatap Hinata sinis, dan tak lama mata itu membola saat Hinata menjulurkan lidah kearahnya. Bibir Garaa berkedut, mimpi apa dia semalam sampai-sampai bertemu dengan Hinata lagi. Sudah dipastikan, harinya akan apes.

"Dasar wanita gila." Garaa mendengus. Hinata hanya diam saja bergelayut dilengan Naruto. Dan Naruto bersyukur untuk itu. Dirinya merasa baterai Hinata terisi penuh hari ini.

Meeting berlangsung dengan sangat membosankan. Sedari tadi Hinata menghela nafas bosan. Memainkan ujung bolpoinnya sesekali.

Mata bulannya tak sengaja bertatapan dengan mata jade Garaa. Muka Hinata berubah judes, bibirnya diangkat sebelah. Melihat itu semua membuat Garaa semakin kesal dengan gadis sahabatnya itu.

Akhirnya meeting selesai. Mereka semua keluar secara bergantian. Naruto menunggui Hinata yang sedang merapikan map berisi berkas penting itu.

"Tinggalkan saja wanita itu." Ujar Garaa.

"Dia masih gadis." Balas Naruto dengan dingin.

"Sabodo. Sudah, ayo, tinggalkan saja."

"Tidak. Dia kekasihku. Kau duluan saja."

Jawa JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang