TELU

817 145 158
                                    

Selamat membaca...

***


Tenten langsung menerjang Hinata, memeluknya erat dan menggumamkan kata-kata penenang. Begitu juga dengan Ino yang tengah mengusap lengan Hinata memberi kekuatan pada Hinata untuk bersabar.

Hinata yang merasa aneh dengan sikap Ino & Tenten, mengerutkan alisnya heran.

"Kalian kenapa to?" Tanya Hinata heran.

"Nat yang sabar ya... kita tahu kamu pasti sangat terpukul sekali." Ucap Ino prihatin.

"Iyo Nat, aku ndak nyangka jika semua ini akan terjadi padamu, baru juga kamu menginjakkan kaki di jakarta tapi kamu sudah mendapat perlakuan tidak senonoh seperti ini." Sambung Tenten

Hinata hanya diam, dirinya masih tidak mengerti dengan apa yang ucapkan oleh Tenten dan Ino.

"Kalian itu ngomong opo to yo? Aku ndak ngerti'e?" Ucap Hinata dengan polosnya.

"Harusnya, kamu gak perlu sampai melakukan itu Nat. Masih banyak pekerjaan lain." Ino menepuk pundak Hinata.

"Sek... sek... sek... Maksud e opo yo? Emang aku ki nyapo Ten?" Tanya Hinata semakin aneh dengan tingkah dua orang dihadapannya ini.
(Bentar... bentar... bentar... Maksudnya apa ya? Memang aku kenapa Ten)

Tenten melepas pelukkannya, mengusap pelan air mata dipipinya. "Sampean karo Presdir... Anu to..hem... Bercinta." Hinata melotot. Tak percaya dengan apa yang Tenten katakan.

"Sopo seng ngomong nek aku ena-ena karo pak Direktur? Kon rene, njaluk di Hihhh opo piye...!!" Hinata berkacak pinggang, emosi merajai dirinya.
(Siapa yang bilang kalau aku ena-ena dengan pak Direktur? Suruh sini, minta di Hihh ya)

Tenten dan Ino saling berpandangan. Berarti Hinata tak melakukan hal keji itu. Tenten memeluk Hinata lagi, kali ini dengan mengajak Hinata melompat-lompat.

Tak tau malu, dasar ndeso.

***

Tak terasa sudah satu bulan Hinata dan Tenten mengabdi pada Perusahaan Namiuzu Corp. Walau mereka berdua beda divisi, saat jam makan siang tiba maka mereka akan berkumpul.

"Hah, kepalaku rasanya mau pecah." Temari mengeluh. Bagaimana tidak? Sekolah sang putra memberi pekerjaan rumah yang sangat susah. Bagi Temari.

"Kamu kenapa Temari? Cerita lah." Sahut ino, bibir sexynya itu dengan pelan menghisap Thai tea dihadapannya.

"Walah, mba Ino. Mba Temari ini pusing, bukan galau. Ya to mba Temari?" Sahut Hinata percaya diri.

"Aku beliin obat dulu yo?" Hinata berdiri dari duduknya. Temari buru-buru mencekal pergelangan tangan Hinata.

"Tidak usah Hinata, aku hanya pusing karena tugas sekolah anakku." Ujar Temari.

"Woalah, mba Tem beneran galau to heheh." Hinata nyengir memperlihatkan gigi putihnya. "Tugas apa? Siapa tau aku bisa bantu?" Hinata menawarkan diri.

"Kalian tau tidak? Lagu anak-anak tapi mengandung unsur teka-teki." Ujar Temari, dia sebenarnya susah untuk menjabarkan maksudnya. Ketiga orang yang bersamanya mengeryit bingung. "Gini maksudnya, aku kasih contoh ya. Aku bersinar terang, aku muncul pada malam hari, jika dilihat dari bumi aku sangat keci. Juga aku terlihaf sangat gemerlap. Siapakah aku?" Temari menirukan contoh yang dia peroleh dari Grup Whatsap sekolah Shikadai.

Jawa JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang