Selamat membaca....***
Naruto baru saja pulang kantor, ia tampak terlihat begitu kelelahan hari ini. Dirinya terlihat sangat lesu tanpa gairah. Namikaze Kushina selaku ibu kandung dari Naruto tampak cemas juga khawatir terhadap sang putra."Aku pulang Bu."
"Kau sudah pulang sayang?" Tanya Kushina yang hanya di jawab anggukan oleh Naruto.
"Mau Ibu buatkan teh?" Tawar Kushina kemudian.
"Boleh Bu." Kushina langsung buru-buru menuju dapur membuatkan teh untuk sang putra. Tak butuh waktu lama, Kushina kembali menghampiri sang putra dengan secangkir teh di tangannya yang kemudian di serahkan pada putranya.
"Kau tampak lelah sekali, apa pekerjaan di kantor begitu banyak?" Tanya Kushina.
"Ya, begitulah Bu". Jawab Naruto tanpa minat. Menyesap teh buatan sang Ibu, nikmat, saat air teh hangat itu mengalir ditenggorokan.
"Bukannya Ayah sudah memperingatkanmu, untuk mencari sekertaris? Biar bebanmu sedikit lebih ringan, kau sih keras kepala." Sahut seorang pria paruh baya, yang memiliki surai yang sama seperti Naruto. Dialah Namikaze Minato ayah dari Naruto.
"Apa yang dikatakan oleh ayahmu benar Naru... carilah sekertaris, agar pekerjaanmu lebih ringan." Ujar sang Ibu membenarkan serta mendukung perkataan sang suami.
"Hn. Akan Naru usahakan." Jawabnya lalu bangkit berdiri dari duduknya.
"Juga carilah istri segera, biar ada yang mengurusmu Naru."
"Ibu, sudah tidak mau mengurusku?"
Khusina mendengus, ucapan anaknya itu sangat lancang. "Dasar bocah nakal. Bukan begitu maksud Ibu. Hanya saja Ibu ingin ada yang menyambutmu pulang, apalagi jika ada anak-anak." Khusina tersenyum saat mengatakan itu. "Pasti lelahmu akan hilang ketika melihat mereka." Ujar Khusina masih dengan senyum yang lebar. Naruto terdiam, enggan menanggapi celotehan Sang Ibu. Dan langsung menuju lantai atas dimana kamarnya berada.
Kushina memandang sang anak dengan sendu, lalu menghela nafas pelan. Minato yang mengerti arti tatapan sang istri pada anaknya hanya ikut menghela nafas. Dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi sikap sang putra. Naruto benar-benar telah banyak berubah.
☘
Keesokan paginya, sesuai dengan yang sudah di sepakati. Hinata dan juga Tenten menunggu Ino untuk berangkat bersama ke sebuah perusahaan dimana mereka akan melamar kerja. Perusahaan itu cukup dekat dengan tempat tinggal mereka, jadi mereka tak perlu susah-susah mencari taksi atau kendaraan lain untuk berangkat ke kantor.
"Maaf ya, jika kalian menunggu lama." Ucap Ino menghampiri Hinata dan Tenten.
"Ndak apa-apa mbak, kita juga baru saja keluar kok " sahut Tenten.
"Mau berangkat sekarang?"
" Iyo mbak, lebih cepat lebih baik to." Hinata bersemangat.
"Sepertinya kalian tidak sabaran sekali." Ino terkikik melihat tingkah teman barunya.
"Hehehe .. kan kesempatan ndak boleh dilewatkan mbak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawa Jepang
HumorHay guyss... Cerita ini sekarang pindah akun yak heheh, sekarang diakun saya pubhlishnya... Karena ada sesuatu hal hehehe Okey... cerita ini saya up santai ya.. karena saya juga ada stroy on going... *** Hinata, gadis desa yang mencoba merantau ke...