Part 28

4K 1K 40
                                    

Jihoon dan Yedam datang untuk memeriksa keadaan Hyunsuk pagi ini. Kondisi Hyunsuk sudah cukup membaik, bahkan sudah sangat baik hingga ia merasa dirinya tak perlu dijenguk lagi.

"Nggak usah, gue bukan anak kecil," tolak Hyunsuk untuk yang kesekian kali, tak setuju dengan apa yang disarankan oleh Jihoon dan Yedam padanya.

Kedatangan Jihoon dan Yedam ke rumah Hyunsuk bukan hanya untuk memeriksa keadaannya, namun juga untuk membahas mengenai pelaku yang telah mencelakainya. Mereka memang belum menemukan titik terang mengenai sang pelaku, tapi setelah berdiskusi semalam, mereka curiga jika pelaku akan mengincar Hyunsuk sebagai target selanjutnya.

Jadi, mereka bilang Hyunsuk harus ditemani selama beberapa waktu, untuk menghindari terjadinya bahaya. Mereka bahkan menyuruh Hyunsuk memilih sendiri siapa orang yang ia mau untuk menemani, tapi Hyunsuk tak mau ditemani siapapun.

Selain karna tak mau merepotkan, Hyunsuk juga merasa ia bukan anak kecil sampai harus diawasi oleh teman-temannya yang lebih muda.

"Tapi ini demi kebaikan lo." Jihoon terus berusaha untuk membujuk. "Ayolah, sekali ini aja jangan ngeyel. Kalo lo kenapa-napa, gimana?"

"Kalo gue beneran diincer, buat apa gue ditemenin sama yang lain?"

"Biar pelakunya nggak berani ngebunuh lo, bego." Jihoon nampak kesal karna Hyunsuk tak menangkap tujuan dari sarannya dan Yedam. "Dia nggak mungkin berani ngebunuh lo kalo lo lagi sama orang lain."

"Lo yakin dia nggak berani?" Hyunsuk nampak ragu. "Gimana kalo rencana lo ini malah bikin korbannya jadi dua?"

"Jangan ngomong gitu dong, Bang," protes Yedam. "Kok lo nethink sih?"

"Gue udah capek, Dam."

"Lo nyerah?"

"Gue pasrah." Hyunsuk menghela napas berat. "Dari kematian Mashiho sampai Junghwan, pelakunya masih belum ketauan walau kita udah diskusi terus-terusan. Gue jadi ngerasa yang kita lakuin selama ini percuma, karna satu-satunya akhir dari semua ini, cuma mati."

"Jadi sekarang lo mau mati gitu aja? Tanpa ngelakuin apapun buat bertahan hidup?" Jihoon tersenyum remeh. "Sejak kapan yang tertua di antara kita jadi selemah ini?"

"Tanpa ngelakuin apapun, lo bilang? Terus selama ini gue ngapain?" Hyunsuk tak terima dengan ucapan Jihoon. "Asal lo tau, gue udah hampir gila karna masalah ini. Dan ketika gue mulai sedikit pasrah sama keadaan, lo langsung bilang gue lemah? Lo tau apa?"

"Yang ada dalam lingkar masalah ini bukan lo doang, tapi kita semua, Bang. Jadi apa yang lo rasain, juga dirasain sama kita." Jihoon mengingatkan, bahwa yang nyawanya sedang dalam bahaya bukan hanya Hyunsuk saja. "Tapi apa ada kita sampe bilang kayak lo tadi?"

Hyunsuk terdiam, perkataan Jihoon menyadarkannya, jika semua temannya juga berada dalam posisi yang sama.

"Lo liat Haruto sama Jeongwoo, mereka yang termuda dan masih sekolah, tapi mereka nggak selemah ini sampe bilang mau pasrah aja sama keadaan." Jihoon kembali menyudutkan Hyunsuk. "Lo nggak malu sama dua bocah itu? Mereka aja masih bisa main dan berantem di saat kayak gini, padahal batin mereka mungkin lebih tertekan karna mereka masih dalam fase menuju dewasa."

Kalimat itu menampar Hyunsuk, membuatnya sadar jika dirinya terlalu lemah, bahkan ia kalah kuat dengan Haruto dan Jeongwoo yang usianya jauh lebih muda.

"Sekarang terserah lo deh, kalo mau pasrah, ya udah. Lo diem aja di sini sampe nunggu giliran mati."

Jihoon lantas pergi, meninggalkan Hyunsuk dan Yedam berdua tanpa mengatakan apapun lagi.

Hyunsuk mengusap wajahnya kasar, frustasi dengan apa yang terjadi. Ia lelah, tapi setelah mendengar kalimat Jihoon, Hyunsuk merasa ia tak boleh menyerah.

Secret | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang