Part 03

6.5K 1.5K 245
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan malam, namun keadaan rumah Asahi masih ramai karna kehadiran tiga orang temannya; Jaehyuk, Yedam, dan Doyoung.

Jaehyuk datang untuk mengerjakan tugas kelompok bersama Asahi, Yedam datang karna ingin meminjam printer, dan Doyoung datang karna butuh bantuan menyelesaikan tugas puisi.

Entah bagaimana bisa mereka semua datang bersamaan untuk menyusahkan Asahi malam ini.

Doyoung tahu, Asahi mahir dalam menyusun kalimat-kalimat puitis meski dia bukan anak sastra. Jadi untuk tugasnya kali ini, Asahi adalah orang yang tepat untuk dimintai bantuan. Dan beruntung pemuda itu mau membantu.

"Akhirnya selesai." Doyoung meregangkan otot-otot tangannya yang pegal, tugas puisinya telah jadi berkat bantuan Asahi. "Makasih, Bang."

"Iya," jawab Asahi singkat dengan mata yang fokus menatap layar laptop, sibuk mengerjakan tugas.

"Gue pulang dulu, ya."

Asahi berhenti dari aktivitasnya, lalu menoleh ke arah Doyoung. "Cepet amat, nggak mau nunggu Jaehyuk sama Yedam selesai dulu? Biar bisa bareng."

"Nggak deh, kayaknya mereka masih lama. Gue capek, Bang. Mau istirahat."

"Ok," balas Asahi singkat, lalu kembali fokus pada layar laptop.

Doyoung lantas membereskan barangnya, lalu berpamitan pada Asahi selaku satu-satunya orang di sana.

Yedam tak bersama mereka karna sedang sibuk dengan printer di kamar Asahi sejak tadi. Sedangkan Jaehyuk pergi ke minimarket sejak beberapa menit lalu, untuk membeli beberapa cemilan dan minuman sebagai peneman mengerjakan tugas.

Doyoung bergegas turun dari lantai atas tempat mereka mengerjakan tugas, lalu keluar dari rumah Asahi untuk pulang. Namun ketika pintu terbuka, sosok Jaehyuk muncul dengan sebuah kantong plastik putih berisi beberapa cemilan serta kaleng soda, dan sepertinya juga ada sebotol susu pisang di dalam sana, minuman kesukaan Jaehyuk.

"Mau ke mana?" satu alis Jaehyuk terangkat, menatap Doyoung penuh tanya.

"Pulang, Bang," jawab Doyoung seadanya.

"Udah selesai tugas lo?"

"Udah."

"Ya udah, hati-hati," ucap Jaehyuk. "Jalannya yang cepet. Kalo ada yang mencurigakan, jangan lupa lari atau teriak."

Doyoung mengernyit. "Lo kenapa bilang gitu ke gue?"

"Buat jaga-jaga, biar lo sampe di rumah dengan selamat."

"Rumah gue masih di perumahan ini, Bang. Gue nggak mungkin dibegal kali." Doyoung terkekeh pelan. "Jangan berlebihan."

"Lo lupa Mashiho dibunuh di mana?" tanya Jaehyuk, membuat raut Doyoung seketika berubah tegang. "Dan lo lupa pelakunya ada di mana?"

Doyoung terdiam, tak dapat menjawab lagi.

"Gue cuma ngingetin biar lo sampe di rumah dengan selamat, pembunuh itu ada di sekitaran kita." Jaehyuk kembali mengingatkan, lalu menepuk pelan pundak Doyoung. "Hati-hati, awas dibunuh."

"Lo ngingetin atau ngasih gue peringatan, Bang?"

Jaehyuk mengurungkan niat untuk pergi, ia kembali berdiri di posisi semula dan memandang Doyoung penuh tanya.

"Maksud lo apa?" Jaehyuk nampak kebingungan.

"Lo ngingetin gue, atau ngasih peringatan kalo gue yang bakal lo bunuh selanjutnya?"

"Lo nuduh gue?" Jaehyuk memandang Doyoung tajam, pertanyaan yang lelaki itu ajukan terdengar seperti sebuah tuduhan.

"Gue curiga sama lo, Bang."

Secret | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang