Part 36

3.7K 1K 472
                                    

Jeongwoo tak punya kegiatan apapun usai pulang dari rumah Hyunsuk. Ingin tidur, tapi tak bisa. Pikiran dan perasaannya kacau, entah kenapa.

Jeongwoo merasa akan ada hal buruk yang terjadi, tapi tak tahu apa itu. Yang ia tahu, perasaannya aneh, ia khawatir dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

"Eh, itu siapa?"

Jeongwoo menajamkan penglihatan ketika melihat seseorang berjalan sendirian di tengah gelapnya malam, dan ia mengenali orang itu.

"Mau ke mana jam segini?" gumam Jeongwoo pelan, nampak penasaran sekaligus curiga.

Entah kenapa, ia merasa ada yang tak beres.

Jeongwoo lantas meninggalkan balkon dan masuk dalam kamar, mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas dan pergi untuk menyusul sang teman yang menunjukkan gelagat mencurigakan.

Semoga saja, Jeongwoo aman dan berhasil menemukan sebuah petunjuk, jika memang temannya itu adalah sang pelaku.

"Kayaknya gue harus kasih kabar ke Haruto dulu, biar kalo gue mati, dia tau nyari mayat gue di mana."

Jeongwoo mencari kontak Haruto dan memberi kabar terkininya, namun sayang tak langsung mendapat balasan.

Jeongwoo tak mempermasalahkan, karna mungkin Haruto telah tidur atau sedang asyik bermain game. Yang terpenting Jeongwoo sudah memberi kabar dan akan terus memberi kabar mengenai kondisinya nanti pada Haruto.

Semoga saja Jeongwoo diberi kemudahan oleh Tuhan untuk memberi kabar pada sang teman.

••••

Suara ketukan pintu membuat Asahi terhenti di bawah tangga, tubuhnya mendadak tegang, takut seseorang yang datang di malam hari seperti ini adalah seorang penjahat.

"Bang Asahi, ini gue."

Asahi dapat mengenali suara itu tanpa perlu melihat sosoknya, karna sudah dua tahun berteman, jelas ia tahu sekali jika itu adalah suara salah satu sahabatnya.

"Bang, buka pintunya."

Suara itu kembali terdengar, bersamaan dengan suara pintu kayu yang kembali diketuk dari luar.

Asahi berdebat dengan isi pikirannya selama beberapa saat, lalu menghela napas dan melangkah menuju pintu utama.

"Hai," sapa sesosok lelaki yang berdiri tegak di depan pintu rumah Asahi dengan senyum ramah.

Bang Yedam.

"Kenapa?" Asahi nampak tak terlihat ramah, berbanding terbalik dengan Yedam.

"Gue boleh masuk?"

Asahi mengernyit. "Mau ngapain?"

"Ada yang pengen gue omongin."

"Tentang?"

"Ada deh, penting."

"Di sini aja."

"Di dalem aja, biar lebih enak. Gue capek berdiri."

Asahi menatap Yedam dengan tatapan yang tak dapat dimengerti, membuat Yedam sedikit bingung.

"Lo pengen masuk buat ngobrol atau buat ngebunuh gue?"

"Hah? Maksudnya?" Yedam nampak tak mengerti, lalu tertawa pelan. "Ngaco banget lo, orang gue beneran pengen masuk buat ngobrol."

"Kalo mau masuk, pisaunya jangan dibawa."

Secret | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang