Part 38

3.8K 1K 308
                                    

Sebuah motor berhenti di depan pagar rumah Hyunsuk, lalu sang pengemudi bergegas melepas helm dan turun dari atas kendaraan.

Pengemudi itu, Watanabe Haruto. Dan kini ia melangkah memasuki rumah Hyunsuk yang pintunya terbuka lebar.

"Jeongwoo!" Haruto memanggil nama sang sahabat yang mengirim pesan jika ia berada di sini. Tapi tak ada jawaban apapun yang terdengar.

Haruto menoleh ke sekeliling, lalu mendekat ke bawah tangga ketika menemukan sesuatu.

Sebuah batu besar dan pecahan vas bunga berhamburan di atas lantai, dan Haruto dapat melihat sedikit bercak darah pada permukaan benda-benda itu. Bahkan, terdapat juga bercak darah di permukaan lantai.

"Ternyata mereka udah mulai."

Haruto bergegas menuju motornya, kemudian pergi tanpa peduli dengan pintu rumah Hyunsuk yang terbuka lebar.

Tempat yang Haruto tuju saat ini adalah rumah Asahi, namun ketika sampai di sana, ia mendapati pintu rumah Asahi terbuka lebar. Persis seperti yang terjadi pada rumah Hyunsuk.

"Bang Asahi!" Haruto memanggil Asahi dengan suara keras karna tak mendapati sosoknya ketika masuk dalam rumah.

Namun tak ada jawaban apapun yang Haruto dapatkan.

Haruto bergegas naik ke lantai atas. Dan ruangan yang langsung ia tuju adalah kamar Asahi, karna ia yakin lelaki itu ada di sana.

"Shit." Haruto mengibaskan tangan di depan hidung ketika indra mencium aroma anyir saat mendekati pintu kamar Asahi. "Bau apaan nih?"

Haruto mempercepat langkah, dan ketika tubuh jangkungnya telah berdiri di depan pintu kamar Asahi yang terbuka, jantungnya nyaris merosot ke bawah kala melihat apa yang ada di dalam.














































Yedam tergeletak dengan banyak darah yang mengalir dari leher, perut, dan mulut.






























































Sedangkan Asahi terbaring kaku di dekat tubuh Yedam, dengan banyak darah mengalir dari pergelangan tangannya yang nyaris putus.











































Dengan melihat kondisinya saja, Haruto dapat menebak, Asahi dan Yedam tak lagi bernyawa. Keduanya telah tiada.

"Setelah bunuh temen sendiri, lo bunuh diri, ya?" tanya Haruto pada sosok Asahi yang sudah tak mungkin menjawab. "Nggak kreatif, Bang."

Haruto bergegas pergi, meninggalkan kedua mayat sahabatnya begitu saja. Bukan tak peduli, tapi ada hal penting yang harus Haruto urus, lebih penting dari mengurus dua raga yang tak lagi bernyawa.

Semoga gue nggak terlambat.

••••

"LEPASIN GUE, ANJING!"

Jeongwoo meronta selama hampir sepuluh menit di kursinya, berusaha melepas ikatan pada kaki dan tangan yang mengunci pergerakan. Namun yang ia dapat hanya rasa lelah dan tenggorokan yang terasa sakit karna terus berteriak untuk mengeluarkan sumpah serapah pada dua sahabatnya.

Secret | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang