bab 13 si gentut yg tamak

71 13 0
                                    

TERDENGAR langkah orang berlari di atas geladak. Lalu perahu agak terayun-ayun, ketika orang itu meloncat dari situ ke dermaga. Setelah itu perahu ditelan kesunyian. Anak-anak hanya bisa membisu dengan perasaan kecut di dalam kabin yang terkunci.

"Yah," kata Andy sambil mengangkat bahu, "kita tertipu mentah-mentah." "Rupanya ia tadi bersembunyi dalam bilik kemudi," kata Bob dengan murung. "Dalam lemari, atau begitu. Kita benar-benar ditipu olehnya." "Atau memang dari semula ia sudah berniat menjebak," ujar Jupiter. "Walau tubuhnya kecil, kurasa hampir tidak mungkin ia bisa menyembunyikan diri dengan begitu baik, apabila ia tidak sebelumnya sudah tahu di mana harus bersembunyi. Menurutku, aksinya ini sudah direncanakan lebih dulu!"

"Yah, setidak-tidaknya kita dikurungnya dalam tempat yang nyaman," kata

Andy sambil memandang ke sekeliling kabin mewah itu dengan sikap senang. Tempat itu merupakan kombinasi antara ruang duduk dan kamar tidur, sedang letaknya di bagian buritan. Pada kedua sisinya terdapat bangku-bangku berbantal, di bawah jendela-jendela bulat. Bangku-bangku itu kelihatannya dimaksudkan sebagai tempat duduk pada siang hari, dan pada malam hari dijadikan tempat tidur. Di tengah-tengah ruangan ada meja yang kaki-kakinya disekrupkan ke lantai. Meja itu dikelilingi kursi- kursi yang nyaman diduduki. Seluruh permukaan kabin dilapisi kayu jati yang kemilau lembut karena sering digosok dengan minyak.

"He, coba lihat itu!" kata Andy. Ia menuding ke sebuah gang yang menghubungkan kabin buritan dengan ruang tidur di haluan. Pada kedua sisinya terdapat sebuah pintu yang sempit dengan tulisan yang rapi.

Tulisan pada pintu yang satu berbunyi, 'Dapur', sedang yang satunya lagi ditulisi, 'Kamar Mandi'. "Kamar mandi dan dapur. Aku berani bertaruh, di dalamnya ada persediaan makanan. Semua keperluan kita tersedia lengkap!" Sambil tersenyum, pemuda berjenggot itu menaruh gitar yang selama itu masih tersandang di punggung. Ia duduk dengan nyaman pada

sebuah bangku, lalu mulai memainkan lagu kuno yang dulu biasa

dinyanyikan para pelaut pada saat sedang minum-minum.

"Bagaimana kau ini, Andy? Tenang-tenang saja, sambil main gitar!" tukas Pete dengan sengit. "Kita terkurung di sini, dan kita harus berusaha keluar!"

"Keluar sih boleh-boleh saja, tapi dengan cara bagaimana? Tubuh kita terlalu besar, jadi tidak mungkin bisa merangkak lewat lubang jendela. Tapi jangan khawatir, kapan-kapan pemilik kapal ini, atau orang lain, pasti akan muncul juga nanti. Tahu tidak, Pete," kata Andy dengan ramah, "menurutku, kau ini jenis orang yang mati tiga kali."

"Apa?!" seru Pete dengan kaget.

"Maksudku, kau sudah gelisah memikirkan hal-hal yang akan terjadi, lalu saat kejadiannya berlangsung kau menderita, lalu kemudian setelah peristiwa itu berlalu kau masih terus sibuk memikirkannya. Kalau aku, aku ini menerima kenyataan seperti adanya. Kita terkurung di sini? Ya sudah, kita nikmati saja keadaan ini."

"Sudah, berhenti ngoceh!" tukas Jupiter, yang dengan tiba-tiba saja merasa kesal melihat teman mereka yang selalu bersikap santai itu. "Sementara kita hanya omong kosong saja di sini, si pencuri bisa terus mengejar patung itu.

Bahkan mungkin barang itu kini sudah berhasil jatuh ke tangannya. Kita

harus mencari jalan keluar dari sini - dan dengan segera!"

"Terserah, kau kan bos kami!" kata Andy dengan santai. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Bob, kaulihat ke luar lewat jendela-jendela, barangkali saja ada orang di luar, pada jarak yang cukup dekat untuk dipanggil. Pete, kau memeriksa ke depan, kalau-kalau ada lubang palka yang tidak terkunci. Andy, kau memeriksa kabin ini. Kadang-kadang ada yang dilengkapi dengan lubang khusus untuk saluran pelayanan. Aku sendiri akan memeriksa bilik kemudi. Mungkin saja pintunya bisa didobrak!"

(25) TRIO DETEKTIF: MISTERI SETAN MENANDAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang