bab 19 Wajah Dibalik Jendela

64 9 3
                                    

Serem juga ni judul.huhu

-------

HANYA asap mengambang saja yang masih nampak di atas tebing. "Le - lenyap!" kata Pete tergagap.

"Tinggal asap," kata Bob. Mulutnya ternganga bingung.

"Omong kosong!" ujar H. P. Clay dengan tegas. "Itu cuma tipuan mata belaka!"

Chiang Pi-Peng tegak seperti terpaku di tempatnya, sementara matanya menatap asap yang masih mengambang di atas tebing. Ketika akhirnya ia membuka mulut, suaranya terdengar lirih dan aneh. "Mungkinkah roh-roh sebenarnya ada?" katanya. Mr. Clay mendengus.
(kalian ada yang percaya hal-hal seperti itu?)

"Cuma tipuan belaka! Semacam gambar yang diproyeksikan ke atas tebing, ditambah dengan suara yang berkumandang lewat alat pengeras suara.

Lalu roket-roket dan bom asap. Semua hanya tipuan belaka. Mungkin semuanya hasil kerja Wilkes itu!"

Dengan galak Mr. Clay menatap Jason Wilkes yang langsung mengkerut ketakutan.

"Mengaku sajalah, Wilkes! Mana anakku, serta patung Setan Menandak?" "Teman-teman! Mr. Clay!" Pete berseru sambil berdiri dekat abu sisa karung yang terbakar tadi.

"Jika semuanya tadi tipuan belaka, mudah-mudahan ini juga hanya ada dalam khayalanku belaka," katanya. Ia mengais kain karung yang hangus,

untuk memperlihatkan sebuah benda kecil tapi berat yang terdapat di

dalamnya.

Semua menunduk, memandang seonggok logam yang tidak keruan bentuknya.

"Patung Setan Menandak!" seru Bob. "Bekasnya," kata Pete membetulkan. "Musnah!" seru Mr. Clay. Wajahnya pucat.

"Lumer!" kata Mr. Chiang dengan kecut. "Musnah untuk selama-lamanya!" Jupiter berlutut, lalu menyingkirkan sisa-sisa kain hangus yang masih menyelubungi. Dirabanya logam yang lumer itu.

"Cuma hangat saja," katanya. Suaranya bernada heran. "Karung yang terbakar tadi tidak cukup panas untuk melumerkan perunggu." "Lumernya karena sebab lain," kata Pete.

Semua berpandang-pandangan dengan kelu. Akhirnya Chiang Pi-Peng membuka mulut.

"Roh... hantu... makhluk tadi," katanya dengan nada gelisah. "Tadi ia berkata, patung harus dimusnahkan, demi Batu, cucu Jenghis, dan Khan dari Gerombolan Kencana!" Setelah itu kebisuan kembali mencengkam.

"Kau yakin yang lumer itu patung Setan Menandak, Jupiter?" tanya Mr.

Clay beberapa saat kemudian, dengan suara seperti tercekik. Jupiter mengangguk.

"Ini, masih kelihatan satu tanduk, serta sisa tungkai yang menempel pada alasnya. Sebagian dari pinggang tidak lumer, dan saya bisa melihat sepotong jagung di pending yang -" Ia berhenti bicara. Matanya terkejap, lalu mendekatkan kepalanya ke potongan logam yang lumer dan mengamat-amatinya dengan cermat.

"Kalau begitu benar-benar musnah! Lenyap!" keluh Jason Wilkes tiba-tiba. "Barang yang begitu berharga, dan sudah ada di tanganku! Aku kehilangan harta karun!"

"Sesudah lebih dari tujuh abad - kini musnah," kata Mr. Chiang, lalu berpaling.

"Sudahlah, kalau memang benar-benar musnah," ujar Mr. Clay dengan suara seperti biasa lagi. "Kita takkan bisa memulihkannya seperti semula lagi. Tapi anakku masih tetap lenyap! Wilkes - !"

"Ia tidak apa-apa," kata Jason Wilkes dengan cepat, tapi bernada sebal. "Masa bodohlah sekarang, kuantar kalian ke tempatnya. Tapi ingat, ia memasuki rumahku tanpa izin! Jadi aku berhak menahannya."

(25) TRIO DETEKTIF: MISTERI SETAN MENANDAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang