bab 15 Menang dan kalah

65 10 0
                                    

"SUDAH pergi lagi, Teman-teman," kata Pete dengan suara lemah.

Jupiter dan Bob menyelinap lewat semak belukar ke tempat Pete duduk berjongkok. Diterangi sinar bulan yang remang, wajahnya nampak sepucat mayat.

"Hati-hati," kata Jupiter mengingatkan. "Setan Menandak itu mungkin ada di mana saja."

Sambil membisu mata mereka bergerak-gerak mencari, berusaha menembus kegelapan malam, di luar rumah besar yang sunyi itu.

"Di mana dia tadi ketika kau terakhir kali melihatnya, Dua?" tanya Jupiter. "Tepat di sisi rumah. Lalu tahu-tahu seakan menghilang dengan begitu saja

- mungkin masuk ke ngarai, atau setidak-tidaknya ke sebelah sana rumah." "Munculnya dari mana, Pete?" tanya Bob ingin tahu.

"Aku... aku tidak tahu. Tiba-tiba saja muncul, langsung di sisi rumah, seolah-olah... yah..."

"Seolah-olah muncul ke luar dari tembok rumah? Menembus dinding?"

kata Bob. "Seperti... seperti hantu?"

"Kau yang bilang begitu," kata Pete. "Bukan aku!"

Bob memandang ke arah rumah yang gelap dan sunyi. "He, Jupe! Mungkinkah Jason Wilkes itu Setan Menandak?"

"Kemungkinan itu juga timbul dalam pikiranku, Bob," kata Jupiter mengakui.

"Tapi untuk apa, Satu?" tanya Pete dengan heran. "Maksudku, jika patung itu toh sudah ada di tangannya?"

"Barangkali justru karena itulah, Dua," kata Jupiter menarik kesimpulan. "Untuk menakut-nakuti orang lain, supaya tidak ada yang melacak jejak patung itu kemari. Ia kan pedagang benda-benda seni - jadi mestinya ia tahu apa sebenarnya patung itu, begitu pula tentang nilainya. Mungkin pencuri itu ketika kehilangan patung sedang dalam perjalanan untuk menyerahkannya pada Wilkes, dan sejak itu Wilkes berusaha menakut- nakuti kita agar kita tidak meneruskan pelacakan jejak."

Ketiga remaja itu menunggu lagi di tengah kegelapan malam. Tapi Setan Menandak tidak muncul lagi. Kemudian mereka mengelilingi rumah,

beramai-ramai dan dengan berhati-hati. Tapi tidak nampak sesuatu yang

bergerak, baik di dalam rumah maupun di luar.

Beberapa menit kemudian Jim Clay tiba. Ia memarkir mobilnya di jalan sebelum sampai di rumah, lalu berjalan menghampiri dengan lambat- lambat.

"Jupe! Pete! Bob!" serunya memanggil dengan suara lirih.

"Kami di sini," bisik Jupiter dari balik belukar di tepi jalan. Dengan segera diceritakannya pada Jim apa yang baru mereka alami, sambil mengetengahkan teori barunya, yaitu mungkin Jason Wilkes itulah Setan Menandak. Jim Clay mengamat-amati rumah yang gelap itu. Matanya nampak gelisah.

"Jika benar Wilkes itu Setan Menandak, dan kalian melihat makhluk itu tadi pergi, maka mestinya rumah itu sekarang kosong, Jupe," kata pemuda itu. "Kalian melihat orang di dalam, sejak setan itu muncul?"

"Tidak," jawab Pete, "tapi sebelumnya pun kami tidak melihat siapa-siapa di dalam. Bangunan itu kelihatannya kosong -juga ketika Setan Menandak gentayangan di sini."

"Nah, sekarang siapa yang merasa melihat hantu!" tukas Bob.

"Menurutku Setan Menandak kita itu benar-benar ada," kata Jupiter.

"Maksudku benar-benar hidup, dan sebenarnya manusia biasa. Aku bahkan yakin bahwa pendapatku itu benar."

"Aku ingin bisa sama yakinnya," kata Jim Clay, "padahal aku sendiri belum melihatnya! Tapi dari cerita kalian tentang penampilannya, wujudnya persis seperti patung itu, dan ayahku mengatakan bahwa menurut kepercayaan orang Mongol, segala sesuatu itu ada rohnya!"

(25) TRIO DETEKTIF: MISTERI SETAN MENANDAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang