Rahasia 4

875 132 4
                                    


ᕼᗩᑭᑭY ᖇEᗩᗪIᑎG 📖

"Jaemin, kamu ada tamu!"

"Sebentar ya nak ya," ujar mamanya Jaemin seraya mempersilahkan Mark dan Renjun masuk ke dalam.

Mama menyuruh mereka untuk duduk terlebih dahulu di sofa ruang tamu, "tunggu disini ya, saya buatkan minum dulu,"

"Eh gausah repot-repot bu, kita kesini cuma mau ngajakin Jaemin kok,"

Sontak mata wanita yang masih muda itu melebar mendengar perkataan dari Renjun.

"Ajak dia kemana?!"

"M-maksudnya ajak keluar buat diskusi masalah Osis sama sekalian main," Mark agak gugup menatap ekspresi marah wanita di depannya.

"Gak dia ga bo-

"Ma!" ucapan si mama terpotong kala Jaemin sudah berada di depan mereka.

Renjun dan Mark dapat melihat hawa tidak mengenakkan terjadi di antara ibu dan anak ini.

Masih dengan pelototan, mama berkata, "Kamu harus belajar Jaemin, besok kamu ada lomba, lupa kamu?"

"Huft, liat nanti mah, aku juga gak tau mereka mau ajak aku kemana"

Wanita itu pun memilih untuk mengabaikan perkataan putranya dan berlalu ke dapur begitu saja.

Jaemin berusaha maklum, ia menghampiri temannya dan ikut duduk di sofa samping Mark.

"Ada apa? Tumben datang ke rumah,"

Melihat Mark yang terdiam, Renjun pun akhirnya pasrah berbicara.

"Lu tau kan kemarin kita belom sempet ngomongin tentang detail buat acara akhir semester nanti? Nah sekarang mau diomongin di rumahnya Haechan,"

"Lu, kita telponin dari kemarin malam kagak di jawab, akhirnya kita berdua nyamper kesini," ujar Mark menimpali.

Si ketua sudah gondok akan sifat seenaknya Jaemin. Anak itu dari kemarin pulang sekolah tak ada kabar. Sudah berpuluh kali dia dan anggota Osis lainnya berusaha meminta kabar. Namun, anak itu bagai tertelan bumi.

"Oh maaf, ponsel saya disita dari kemarin. Jadi gak tau kalo ada yang nelfon," ucap Jaemin dengan ekspresi datar.

"Yaudah, jadi gimana? Ikut kan? Lu wakil gua, jadi harus ikut,"

"Kayaknya gak bisa, saya mau belajar buat besok,"

"Lu dah pinter anjir, mau belajar kaya gimana? Lagian sebentaran doang, paling sore pulang," bujuk Renjun.

"Hm, saya juga sebenarnya mau ikut, tapi yah gak bisa, maaf," cicit Jaemin.

Raut datar di wajah tampannya berubah takut ketika si ibu datang membawa minuman di nampan.

"Maaf gak bisa!" ucap Jaemin kembali dengan lantang.

Ia melakukan itu semata-mata untuk memberitahu sang mama bahwa ia enggan untuk ikut bermain.

Mama tersenyum tipis kemudian meletakkan gelas-gelas di hadapan Renjun dan Mark.

"Lu itu wakil Jaem! Setidaknya ikut walau seben- Akhh

Belum selesai omongan Mark, pahanya dicubit kuat oleh Renjun diam-diam. Ia lantas menoleh ke arah temannya yang mungil ini. Renjun menatapnya dengan melotot seakan memberikan sinyal.

Memang dasarnya si ketua tidak peka, ia kembali melanjutkan omongannya.

"Apaan sih Jun. Jaemin, lu kalo masih mau jadi wakil gua di periode ini, lu harus ikut semua kegiatan kita,"

CoincéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang