Rahasia 28

680 115 5
                                    

ᕼᗩᑭᑭY ᖇEᗩᗪIᑎG 📖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᕼᗩᑭᑭY ᖇEᗩᗪIᑎG 📖



Nafasnya kian sesak dengan kedua tangan yang terikat dengan kencang. Jaemin berupaya sadar sepenuhnya dan mencoba memberontak.

Ia melihat sekelilingnya, hanya ada dirinya yang duduk di kursi dengan keadaan terikat. Ruangan itu remang-remang, hanya ada satu buah lampu yang menemani.

Dimana dia?

Samar-samar ia mendengar suara orang tertawa dan mengobrol dari balik pintu. Jaemin semakin berusaha melepaskan ikatan di tangannya.

Kali ini apa lagi? Kesalahan apa lagi yang ia perbuat? Apa keluarganya sudah tahu kejadian sebenarnya?

Berbagai pertanyaan memenuhi isi kepala Jaemin dan itu membuatnya sangat pusing dan panik.

Ia ingat-ingat sebelum dirinya tertangkap seperti ini, ia mendengar sebuah suara tadi. Suara yang sangat familiar memanggil dirinya. Namun sebelum ia melihat si pemanggil, kepalanya sudah lebih dulu ditutup.

Brak!

Suara bantingan pintu membuatnya terlonjak, derap langkah kaki beberapa orang menyapa ruang rungunya.

"Jaemin."

Pemuda itu lantas mendongak tatkala seorang pria yang lebih tua darinya berdiri tepat di hadapannya.

"Sudah lama kita tidak bertemu."

Jaemin masih membisu, tidak ingin menjawab basa-basi dari orang di hadapannya ini.

"Oke," sambil mengambil sebuah kursi yang disodorkan oleh bawahannya, ia pun duduk disitu sambil terus menatap si keponakan.

"Kamu makin besar makin menyusahkan ya? Paman ingat sekali dulu gimana kerasnya papamu itu untuk mendisiplinkan kamu, Jaemin."

Sementara yang diajak bicara hanya diam. Ia merasa dongkol.

"Benar-benar sudah bisa melawan kamu? Sudah lama tidak bertemu, paman kira kamu membaik Jaemin. Tapi nyatanya kamu masih menjadi sampah."

"Paman mau apa?"

Si pria tua itu melebarkan senyumannya, dirinya tidak menyangka keponakan penurutnya ini menjadi seperti ini.

Selama ini Goongmin dan Tiffany mengajarkan apa saja kepada anak ini?

"Kamu kan yang membunuh kakek?" tanyanya langsung.

Jaemin sedikit melebarkan matanya, namun ia masih bisa mengontrol mimik wajah.

"Paman akan biarkan perbuatanmu itu, asal kamu mengakui kepada media kalau semua bukti-bukti yang ada di pengadilan itu ulahmu sendiri."

Jaemin mengangkat sebelah alisnya, tanda ia sedikit bingung akan permintaan dari pamannya itu.

"Mengakulah kepada media kalau kamu memanipulasi semua bukti untuk meruntuhkan perusahaan keluargamu, Jaemin."

CoincéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang