Rahasia 9

782 122 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








ᕼᗩᑭᑭY ᖇEᗩᗪIᑎG 📖





Nilai hanyalah sebuah nilai.

Dan itu pemikiran bagi orang-orang yang berotak dangkal. Mereka hanya tidak ingin berusaha lebih keras lagi hanya karena meraih sebuah nilai.

Setidaknya itu yang selalu ditanamkan di pikiran Jaemin. Anak itu sudah terbiasa diberi nasihat seperti tadi.

Bagi keluarga mereka, sebuah nilai patutlah diraih, digapai dan diagungkan.

Entah apa yang mereka pikirkan sampai-sampai mengagungkan sebuah nilai dan skor.

Jika nilai yang di dapatkan Jaemin berkurang sedikit saja, dirinya akan mendapat konsekuensi.

Dan sekarang telah terjadi kepada dirinya.

Setelah ia dijemput sepulang sekolahnya, Jaemin langsung ditarik masuk ke dalam gudang dan dikunci disana hampir semalaman.

Jangan kalian kira hukuman yang di dapatkan pemuda itu hanya sehari. Hitungan panjang lamanya ia mendapat konsekuensinya itu adalah angka seberapa jauh skor milik dirinya tertinggal.

Jika skor nilainya berkurang 10 angka dari skor milik lawan, ia akan dikurung dalam gudang selama 10 malam.

Jaemin baru dapat keluar hanya ia bersekolah, sisanya waktu yang ia punya hanya berada di dalam gudang. Itu pun ia harus belajar disana.

Jadi, sungguh tak mungkin jika anak itu masih bisa bertahan sampai sekarang. Mulai perlahan jiwa Jaemin semakin terkikis habis oleh ketentuan yang dibuat keluarganya sendiri.

Namun, ia harus berusaha waras jika tak ingin mendapat hukuman yang lebih pedih. Setidaknya ia harus berguna sebelum kewarasannya hilang.

Cklek

Pintu gudang yang sebelumnya terkunci itu, terbuka lebar. Jaemin memicingkan matanya karena cahaya yang begitu terang di luar sana.

Gudang yang semula remang karena ada satu cahaya redup pun dengan cepat berganti menjadi terang benderang.

"Oi! Kakek lagi pergi, emak lu lagi kerja, malam ini lu harus ikut gua,"

Dapat Jaemin lihat, seorang Eric berdiri di hadapannya.

Jaemin pun bangkit dari duduknya dengan sedikit menahan ringisan.

Badannya masih terlalu sakit setelah dipukuli dengan balok kayu oleh sang kakek siang tadi.

"Payah amat lo! Cepetan ayo, kalo gak mau ketawan,"

"Kayaknya gua gak dulu Ric, badan masih pada sakit,"

Eric mendecih, "Kemana Jaemin yang ngerokok pas sekolah tadi? Kemakan angin? Napa lu jadi cupu begini?"

"Hari ini lawan siapa emang? Harus banget gua ikut?" tanya Jaemin memandang Eric yang bersidekap.

CoincéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang