-_Kenyataan itu sudah ada sejak dulu, hanya saja kesadaran yang tak pernah mau timbul_-
***
Hasil itu ada. Hasil itu nyata.
Benar kata Tuan Heksen. Tak terbantahkan.
Semuanya melihat dan merasakan. Sebuah bukti yang tidak akan mampu di bantah. Semuanya pun seharusnya menyadari.Tapi ...
"Ngga!!" Dara berteriak, memecah keheningan. "Kak, Kakak ngga boleh langsung percaya gitu aja. Bisa jadi tes DNA ini sudah di manipulasi, Kak. Bisa saja dia berbuat licik. Cuma Ceppy anak kandung, Kakak!"
Tuan Heksen tersenyum miring menyaksikan pembantahan yang dilakukan oleh Dara. Dia sudah menduga jika hal ini akan terjadi.
"Tenang saja, Dara, bukti selanjutnya akan segera datang."
Dara menoleh. Ia menatap bengis seorang pria itu. "Jaga sikap Anda. Anda bukan siapa-siapa. Anda tidak tahu bagaimana kehidupan keluarga kami. Anda jangan ikut campur!"
"Ikut campur?" ulang Tuan Heksen. "Tentu saja aku harus turun tangan dalam mengatasi masalah yang tidak selesai-selesai ini. Anakku menderita karena kalian. Anakmu pun seperti itu, Doni. Anak kita sama-sama menderita karena hal konyol ini. Tidak akan mungkin jika aku terus membiarkan semuanya. Ku ulangi sekali lagi, aku bukan orang tua seperti kalian." Tuan Heksen tak memberikan lawannya celah. Ia menyapu segalanya dalam sekejap.
"Aku hanya menunggu waktu yang pas ... dan itu sekarang."
"Cukup!!"
Meysha yang sejak tadi terdiam kini mengumandangkan suaranya. Dalam kondisi terisak, ia mencoba untuk menatap Tuan Heksen. Sedangkan Tuan Heksen dengan mudahnya tersenyum melihat keadaan ini.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Meysha? Aku persilakan."
Tatapan matanya kesana kemari, tak tentu arah. Kuku-kuku jarinya sudah memutih menggenggam tangannya sendiri. Meysha mencoba mengatur deru napasnya sebelum berbicara. "Apa saja yang kau ketahui, Tuan Heksen? Katakan semuanya ... tanpa ada satu pun yang kau sembunyikan."
Sebuah anggukan Tuan Heksen lakukan setelah mendengar permintaan Meysha.
"Tentu. Tentu saja aku akan mengatakan semuanya. Tanpa kau minta pun."
Tirani. Gadis itu senantiasa mendengar satu demi satu fakta yang terungkap.
Kenyataan jika Ceppy bukanlah anak kandung dari Doni dan Meysha terungkap. Ada sedikit rasa senang pada dirinya. Tapi, apakah benar jika dirinya lah yang menjadi anak kandung Doni dan Meysha? Jika iya, apakah Doni akan menerima dirinya?
Tirani takut untuk mengatakannya. Tetapi dia benar-benar tidak yakin jika Doni akan menerimanya dengan lapang dada.
"Kenyataan sudah ada didepan kalian. Ceppy adalah anak kandungku," ucap Tuan Heksen. "Ah, malangnya anakku yang harus menjalani penderitaan karena hidup bersama kalian," desah Tuan Heksen. "Tapi aku beruntung karena kalian salah menyayangi anak kandung kalian sendiri. Kalian menyayangi anakku, bukan anak kalian."
Doni hanya terpaku. Ia tidak bisa berkomentar sedikit pun setelah Dokter menjelaskan semua bukti-bukti itu secara detail. Tak terbantah.
"Kedua," sambung Tuan Heksen yang kembali menarik atensi mereka semua, "apakah kalian tidak ingin tahu siapa-siapa saja dalang dibalik ini semua?"
Dalang? Jadi maksudnya, kejadian ini terjadi secara terencana, bukan karena ketidaksengajaan?
"Apa maksudmu?" tanya Doni.
"Tanyakan pada adikmu."
Tiga kata yang terucap tapi mampu membuat mereka terkejut. Semua mata beralih pada seorang Dara.
Kini, Dara hanya membeku. Ia mencoba memahami kata-kata itu. "M-maksud, Tuan? S-saya tidak mungkin terlibat dalam kejadian ini."
"Aku tidak mengatakan jika kau terlibat, Dara."
Ah, Dara terjebak oleh ucapannya sendiri! Ia merutuki lidahnya yang terlalu terburu-buru berucap.
Doni menatapnya tajam. Tatapan itu menuntut penjelasan lebih. "Dara, apa yang sebenarnya terjadi?"
Mendongak pelan. Dara tak bisa ubah. Ia mati rasa ditatap seperti ini. Tatapan dari Doni saja mampu membuatnya tak berkutik. Sedangkan saat ini, ia mendapat seluruh tatapan mata dari mereka yang ada didalam ruangan itu.
"A-aku tidak mengerti maksud dan ucapan dari ..."
"Cukup, Dara!! Katakan saja apa yang kau ketahui," tekan Doni.
Tiba-tiba Dara menangis. Ia berlutut tepat dihadapan Doni. Tindakan bodoh itu mampu mengundang kemuakan dari mereka semua. Bahkan Tuan Heksen berdecih. Tak sudi rasanya menyaksikan drama pediu yang diciptakan oleh Dara, sang penjahatnya sendiri.
"A-aku benar-benar tidak tau apa yang terjadi, Kak. Selama ini aku selalu bersamamu. Kau selalu tau apa yang aku lakukan diluar sana. Kak, mohon percayalah padaku." Dara melirih dengan tangis yang sangat mendramatis.
Doni menatap iba pada adiknya. Baru kali ini Dara meraung tak jelas seperti ini. "Lihatlah, Tuan Heksen, tidak mungkin adikku melakukan hal-hal bodoh."
"Dan kau hanya dibodohi oleh ular penjahat," jawab Tuan Heksen cepat.
"Cukup!!"
"Ada apa ini?"
"Santya?"
"D-Davit!!"
🍒🍒🍒
Holla, im coming
Jangan lupa vote dan komen yah:)Part ini coba sedikit dulu. Siapa tau part selanjutnya panjang😁
Ikutin terus keseruan-keseruan TIRANI yawwwww19 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI [t a m a t]
Teen FictionTiranisya. Kebahagiaan itu sungguh sulit ia dapatkan. Ntah sudah berapa banyak luka yang tergores apik di hatinya. Dia tetap tangguh. Kesalahpahaman yang terjadi berdampak besar untuk hidupnya. Ini semua bukan salah dia. Melainkan salah seseorang y...