-_Ini kisahku_-
Tertanda Tiranisya:)
***
"Kamu itu harusnya bersyukur masih bisa tinggal disini." Terdengar dentingan kaca pecah di suatu ruangan.
Isak tangis yang sedari tadi keluar dari mulut gadis itu tidak membuat seorang perempuan paruh baya berhenti mencacinya.
"Saya ngga mau tau ya, cepat atau lambatnya kamu bakal angkat kaki dari rumah ini," ucapnya lagi lalu dia berbalik mengambil tasnya dan pergi meninggalkan gadis itu.
***
Seorang gadis sedang melamun dibalkon kamarnya. Duduk di kursi rotan sambil menatap indahnya bintang malam dengan sebuah diary pink kecil dipangkuannya.
Piyama hello kitty pink dengan kepala yang dibaluti hijab bergo kejora itu membuat kecantikannya terpancar lebih terang.
Dia tersenyum pedih meratapi nasibnya yang terus menerus dirundung rasa bersalah. Akhir-akhir ini dia selalu diteror bahwa dia adalah anak pungut yang hanya dijadikan pelengkap ketika dibutuhkan.
Dia selalu berpikir positif bahwa itu semua bukanlah faktanya.
"Tuhan itu adil," ucapnya tersenyum dengan tatapan mata masih mengarah ke langit malam. "Hanya caranya saja yang ditujukan kepada kita berbeda-beda."
Ketika sedang melamun tiba-tiba ketukan pintu terdengar. Dia langsung berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Ceppy"
"Kakak belum tidur?" tanya Ceppy.
"Belum," balasnya sambil tersenyum dan mendorong kursi roda Ceppy menuju kedalam kamarnya yang didominasi nuansa hello kitty pink.
"Ceppy kenapa kesini?" tanyanya dengan nada khawatir. "Ceppy tau kan kalau Ceppy harus jaga kesehatan dan ngga boleh bergadang."
"Iya Kak, Ceppy tau kok," balas Ceppy sambil tersenyum. "Ceppy cuma mau kesini aja."
Tanpa mengucapkan sepatah dua patah lagi mereka berdua langsung berpelukan erat.
Selang beberapa menit, Ceppy ijin pamit untuk menuju kamarnya.
Tiranisya. Ya gadis cantik nan tangguh ini harus memiliki ujian hidup yang sangat berat.
Sebenarnya sejak kecil dia selalu hidup bahagia namun 9 tahun terakhir ini ketika Tantenya datang dan menetap di Indonesia membuat kehidupannya suram. Tantenya selalu meneror bahwa dia bukanlah anak yang diinginkan kedua orang tuanya.
Awalnya kehidupan mereka berjalan dengan baik namun sekarang tidak apalagi ditambah sang Tante yang selalu ikut campur kedalam masalah keluarganya ini. Seakan-akan dialah pakar penyelesaiannya walaupun faktanya, masalah itu bukannya selesai malah makin menjadi ruyam.
Tirani kembali berjalan kearah balkon. Ketika sampai dibalkon Tira mengambil diarynya dan menulis sesuatu kata-kata disana.
Kata-kata yang dia tulis seindah mungkin namun bisa mewakilkan perasaannya.
Terkadang kita harus berbohong pada dunia.
Ntah itu soal hati atau tidak.
Namun aku rasa itu semua percuma kita lakukan.
Karena pada kenyataannya, dunia terlihat sombong untuk memedulikan orang :)Tirani yang egois :)
Tira menutup diarynya dan berjalan masuk ke kamarnya.Memejamkan matanya sejenak dan menarik napas sedalam-dalamnya lalu dihembuskan secara kasar.
"Tidur dan sambut esok pagi dengan senyuman," ucapnya dengan memasang senyum palsu.
Terkadang kita semua lupa akan caranya bersyukur dan selalu bersikap serba kekurangan. Tanpa kita sadari diluar sana lebih banyak orang yang mengalami kekurangan.
Begitu pula dengan Tira. Gadis seumuran Tira diluar sana pasti sedang merasakan hal-hal yang sangat membahagiakan. Hidup dengan belaian dan kasih sayang orang tua. Tapi Tira selalu bersyukur masih bisa hidup bersama kedua orang tuanya walau pada kenyataannya kasih sayang yang diberikan seperti berat sebelah kepada adiknya, Ceppy.
"Ma Pa, Tira kangen."
🍒🍒🍒
Masih pemanasan hhe:)
I lope you segudang buat kalian yang udah mau baca cerita saya❤
Jangan lupa vote dan komen yah:)24 Juli 2020
@desy_jambi08
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI [t a m a t]
Teen FictionTiranisya. Kebahagiaan itu sungguh sulit ia dapatkan. Ntah sudah berapa banyak luka yang tergores apik di hatinya. Dia tetap tangguh. Kesalahpahaman yang terjadi berdampak besar untuk hidupnya. Ini semua bukan salah dia. Melainkan salah seseorang y...