15. Keberangkatan (1)

149 5 0
                                    

-_Hal yang paling membosankan
Melamun_-

***

"Dimakan sayang." Meysha menuangkan semur ayam yang dia buat kedalam piring Tirani.

Sarapan pagi ini terlihat masih baik-baik saja. Pasti kalian tau, karena Doni pergi keluar kota mengurus bisnisnya dan Dara yang kembali ke negara suaminya, Brunei Darussalam untuk beberapa minggu.

Dara hanya mempunyai satu orang putra yang saat ini sedang menempuh pendidikan perkuliahan di Thailand. Derren Adiputra.

"Gimana sekolahnya Kak, lancarkan?" tanya Meysha kepada Tirani.

Tirani tersenyum, "iya Ma, alhamdulillah lancar"

Meysha membalas senyuman Tirani dan beralih menatap Ceppy. "Kalau Ceppy juga lancarkan home schoolling, ya?"

"Iya dong Ma, alhamdulillah lancar juga," jawab Ceppy semangat.

"Ya udah kalo gitu Kakak ayok buruan makannya, nanti takut telat." Tirani mengangguk dan kembali memakan sarapannya.

***

"Pengumuman-pengumuman." Suara yang menggelegar di dalam sekolahan itu membuat para siswa/i yang sedang menjalankan KBM nya, mulai dari yang berada didalam kelas hingga diluar kelas berhenti melakukan aktivitasnya. Guna mendengar sebuah informasi agar lebih jelas lagi.

"Harap kepada seluruh siswa/i berkumpul di lapangan utama sekarang juga, sekian, terima kasih." Sebuah informasi itu langsung memdapatkan sebuah sorakan bahagia dari para muridnya.

Tak menunggu waktu lama pun, lapangan utama sudah dipenuhi ribuan siswa/i.

Ada yang kipas-kipas kepanasan, ada yang berdiri saja tanpa melakukan apa-apa, ada yang bercanda, ada yang selfie sampai boomerang, bahkan dibarisan depan sudah ada yang mengambil barisan duduk.

Ya jika ada sebuah informasi, mereka semua akan dikumpulkan di lapangan utama dalam keadaan sudah membentuk barisan perkelas berjajar duduk rapi.

Didepan sana sudah terdapat beberapa guru yang berdiri.

"Baiklah, jadi disini kita akan berdoa bersama untuk para pemain futsal yang akan berangkat ke luar kota besok," ucap Kepala Sekolah menggunakan mic.

Para siswa/i pun hanya mengangguk-ngangguk paham.

Tirani bergulat dengan pikirannya, bisakah dia menjalani hari-harinya tanpa Davit? Ya, Davit adalah seorang kapten futsal, yang otomatis juga akan ikut pergi ke luar kota bersama rombongannya.

"Hayo loh pasti mikirin doi," goda Nalia.

Tirani memasang muka sedih, disana dia bisa melihat Kepala Sekolah yang masih memberikan amanat dan, Davit yang berada diantara barisan para pemain futsal.

"Kunci suatu hubungan itu saling percaya," ucap Sega tiba-tiba. "Jadi, lo harus percaya sama Davit. Kasih kepercayaan penuh sama dia, yakin, komitmen yang kalian buat selama ini ngga akan sia-sia, Ra"

Tirani menatap Sega, "em i-iya Ga"

"Gue yakin, lo pasti bisa." Sega menggenggam tangan Tirani erat.

"Temen gue pasti bisa." Nalia yang hanya menjadi pendengar diantara keduanya pun memeluk Tirani dan Sega, yang membuat mereka saling berpelukan.

***

"Norak sih," gerutu Nalia.

Saat ini, Tirani, Nalia, Sega, Davit, Bagas dan Kelen sedang berada disebuah mall.

Sebenarnya keinginan ini dibuat oleh Davit secara tiba-tiba. Awalnya Tirani menolak, karena besok mereka harus berangkat ke luar kota jadi butuh istirahat yang cukup. Davit tetap bersikeras untuk mengajaknya jalan-jalan, ya walau pada akhirnya mereka berakhir disebuah bangunan perbelanjaan ini.

"Bagus banget ini sumpah," ujar Kelen.

"Mata lo katarak ya, ngga bisa bedain mana yang bagus mana yang jelek." Sejak tadi Nalia sudah dibuat kesal oleh Kelen.

"Biasa aja atuh Neng," ujar Kelen. "Woi kalian berdua ngapain?" teriaknya kepada Davit dan Tirani.

Tirani menghembuskan napasnya pelan, sedangkan Davit menatapnya datar.

"Lo bisa ngga sih ngga usah teriak-teriak?" ucap Nalia. "Malu bego diliatin orang." Ya memang benar, beberapa pengunjung disana tengah memperhatikan Kelen dan Nalia saat ini karena posisi mereka dekat.

Kelen menggaruk tengkuknya kaku. "Bukan gitu maksud gue, sumpah." Nalia memutar bola matanya malas, pasalnya Kelen memang selalu memalukan dimanapun tempat ia berada.

"Ini bagus ya," ucap Sega kepada Bagas.

"Hmmm." Bagas tengah sibuk melihat-lihat boneka kodok yang berada didepannya.

"Yang ini juga bagus deh," ucap Sega lagi.

Namun kali ini, tak ada respon apapun dari Bagas. Membuat Sega menarik senyumnya kebawah:(

"Ini cantik," ujar Bagas tiba-tiba membuat Sega menoleh dan mendapati Bagas sudah berada disampingnya. "Kayak kamu"

Sega menegang, "a-apasih"

"Uhuuuuuy, goda adek dong bang." Lagi, lagi dan lagi. Kelen menghancurkan suasana dengan teriakannya. Kini dia sudah berada tepat ditengah-tengah Sega dan Bagas.

"Lo bisa juga ya ngegombal anak orang," ujar Kelen. "Sumpah sih ini, perdana!!"

"Lebay," ucap Sega dan Nalia secara bersamaan.

"Tuh kan, haduuuh udah deh langsung nikah aja"

"KELEN!!" teriak Sega tertahan.

Tangan Sega ditarik oleh Bagas, "anak setan harus dijauhin." Sega menunduk malu, pipinya terasa panas. Dia berjalan dengan pandangan melihat tangannya yang masih digenggam oleh Bagas.

***

"Terima kasih Davit sudah mengisi hari-hari Tira dengan baik," ucap Meysha berterima kasih kepada Davit.

Tirani sedang berada dikamarnya mengganti baju. Sejak kepulangannya dari mall, dia mengajak Davit untuk mampir terlebih dulu kerumahnya. Kebetulan saat itu Meysha sedang berada dihalaman rumahnya tengah menyiram bunga.

"Iya Tante, itu sudah tugas Davit," balasnya tersenyum.

"Tante percayakan Tira ke kamu nak, Davit. Jadi Tante mohon, tolong jaga dan bahagiakan dia," mohon Meysha kepada Davit. Karena dia tau, dia belum bisa menjadi seorang ibu yang baik.

"Davit janji, akan menjaga dan membahagiakan Tirani," ucapnya lalu menatap keatas, dimana letak kamar Tirani berada.

Meysha tersenyum mendengar pernyataan dari kekasih anaknya ini, "Tante yakin, kamu bisa"

🍒🍒🍒
Ehhem akhirnya update huhuu
Maaciw buat kalian yang masih mau baca cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen yah:)

Part ini ngga sampe 1.000 kata yah, kenapa? Ngga papa hhhe. Selamat bertemu di part selanjutnya❤

24 September 2020
@desy_jambi08

TIRANI [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang