-_Semakin hari, umurku memang bertambah. Tapi hidupku selalu berkurang_-
***
Kenapa semua orang seolah mempermainkan hidup Tirani?
Berkepanjangan. Akhirnya Tirani sering sekali menganggap hidupnya tak seberuntung orang lain. Padahal sejak dulu, ia selalu menanamkan sifat bersyukur.
"Aku percaya kalau Tuhan sedang menguji hambanya ini. Tapi Tuhan ... Arrggh, kamu ngga boleh gini, Tirani."
Sejak tadi Tirani meracau. Gara-gara pesan yang Davit kirimkan tadi, ia terbangun. Sekarang Tirani tak dapat tidur dengan nyenyak.
Bayangan-bayangan saat ia bersama Davit selalu muncul.
"Bangkit. Bangkit. Bangkit."
***
"Kamu yakin, Ra?"
Di kamar itu, Meysha tengah memperhatikan Tirani yang sedang bersiap-siap. Ia menatap khawatir anaknya. Padahal sejak tadi Tirani sudah meyakinkan Meysha.
Ia mengangguk. Tangannya dengan lincah membenarkan hijab yang ia kenakan. "Ngga papa, Mama. Tira udah mikirin ini dari semalam. Mama percaya sama Tira, 'kan?"
Meysha menatap anaknya. Ia berhembus pelan sebelum mengangguk. "Kalau ada apa-apa langsung hubungi Mama, ya, Ra."
"Iya, Mama."
Setelah itu Meysha membantu Tirani membenarkan letak gamis yang digunakan anaknya. Sedikit mengancingkan dan mengikat. Ia dengan bangga melihat anaknya yang sudah tumbuh dewasa. Namun rasa penyesalanlah yang lebih mendominasi untuk saat ini dan selamanya.
"Lagi pula Tira menganggap pertemuan ini sebagai akhir, Ma. Apapun yang nanti Davit ucapkan untuk Tira, keputusan Tira sudah bulat, Ma. Tira ngga papa."
Anaknya itu kembali meyakinkan.
"Mama ngga perlu khawatirin Tira, ya. Tira ngga akan pedulikan apapun itu kecuali Mama dan Papa. Tira udah janji sama Mama Papa, 'kan?"
Meysha mengangguk pelan. "Mama percaya kamu."
Tirani sudah berjanji. Ia akan mewujudkan keinginan Papanya. Ya, walaupun kecanggungan masih ada diantara mereka, setidaknya Doni sudah menunjukkan rasa pedulinya pada Tirani. Sedikit tapi itu adalah awal yang bagus.
Tirani tersenyum. Ia akan bisa melalui ini semua. Ia bisa mengatasinya.
Apapun itu, kebahagiaan Papa dan Mama adalah yang utama saat ini.
***
Sudah jam 09.46 wib tapi keadaan taman komplek Tirani masih ramai. Diantara komplek-komplek yang ada di daerah Tirani, memang komplek yang ia tempatilah penduduknya ramah tamah. Mereka bahkan sering menghabiskan waktu bersama seperti mengadakan arisan bulanan, berkumpul bersama setiap tiga bulan sekali, dan jika ada keluarga yang baru saja terlahir seorang anak maka berbondong-bondong mereka menjenguknya.
Tirani baru saja tiba. Disana ia dapat melihat berbagai macam interaksi. Tak sesekali pun ia disapa oleh penghuni kompleknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI [t a m a t]
Teen FictionTiranisya. Kebahagiaan itu sungguh sulit ia dapatkan. Ntah sudah berapa banyak luka yang tergores apik di hatinya. Dia tetap tangguh. Kesalahpahaman yang terjadi berdampak besar untuk hidupnya. Ini semua bukan salah dia. Melainkan salah seseorang y...