26. Gosip Pagi

96 6 0
                                    

PERHATIAN!!
VOTE YA QAQAQ. JANGAN LUPA. BIAR SEMANGAT UP-NYA JUGA, HEHE. INTINYA, JANGAN LUPA VOTE SEBELUM ATAU SESUDAH MEMBACA, OKEY.

-_Jangan percaya dari apa yang kita lihat
Tapi dengarkan dulu dari yang kini dengar_-

***

"Gue bisa bunuh dia sekarang juga kalo lo mau."

Satu kalimat yang di ucapkan dengan tegas dan satu tarikan napas, mampu membuat Tirani merasa gelisah. Walaupun Putra sudah meminta maaf padanya saat menyelesaikan kalimat itu, tak memungkinkan dirinya untuk tidak terus memikirkannya. Seolah-olah terhipnotis oleh satu kalimat yang membuat malam ini terasa mencekam.

"Ngga," cicitnya.

***

"Gila, romantis banget."

"Ini cewenya cantik, lho."

"Masih cantikan Tirani kemana-mana, mah. Selain cantik juga pinter. Juara umum, bukan maen."

"Yang ini anak cheers, berbakat."

"So, ini tuh mesra gitu."

Pagi ini, berbagai macam ucapan tak mengenakkan hati sudah Tirani terima.

Untung, Putra sudah memberi tahu pasal Davit yang menggendong Sinta. Tapi ya namanya cewek, ngga mungkin itu semua tidak menjadi beban pikiran. Seakan tuli, Tirani merasa bodo amat setiap temannya menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan Davit tengah menggendong seorang anak cherrs.

"Ra."

"Iya?"

"Foto yang itu, seriusan?"

Tirani menghela napasnya pelan. Ini dia baru saja baru ke dalam kelas, dari perpustakaan. Sudah harus menerima pertanyaan ini. Dan kali ini adalah teman sekelas yang duduk di sampingnya.

"Ngga kok."

Toh, memang benar apa yang di katakan Tirani. Siapa sih yang usil membagikan foto itu hingga tersebar dan menjadi isu terhangat hari ini.

"Tapi rame banget yang .."

"Udah biarin aja," cegah Tirani cepat.

"RA!!!!"

"Ngga usah teriak-teriak woi."

Nalia yang ada di ambang pintu kelas berkacak pinggang. Sedangkan Sega sudah lebih dulu masuk ke dalam kelasnya, menghampiri Tirani.

"Kuping gue panas banget denger gosip kentang itu," ucap Nalia menggebu-gebu. Dia sangat risih karena sepanjang jalan selalu saja ada yang menanyakan perihal foto itu.

"Iya lagian lo ladenin sih." Sega memijit pelipisnya pusing.

Nalia melotot ke arah Sega. "Kok gue sih?! Tira tuh yang ngga mau jawab pertanyaan mereka, jadinya pada tanya ke kita."

"Ya udah kacangin aja."

"Aah bodo. Pusing gue."

"Hello epibadeh!!" Putra datang dengan membawa di tangan kanannya sekantong plastik hitam yang lumayan besar. "Lo pasti belum makan."

Tirani tercengang menatap plastik di hadapannya. "Ngga kebanyakan, Put?"

Putra menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "gue ngga tau apa kesukaan lo."

Tirani berterima kasih kepada Putra. Lagian, ini semua tidak akan mungkin habis pada dirinya. Ada Sega dan Nalia yang nanti akan dia berikan juga.

"Kata tante Meysha, lo berangkat pagi-pagi banget. Kenapa?"

"Biasa, OSIS." Putra mengangguk-anggukkan kepalanya, menjawab pertanyaan Tirani.

Saat ini mereka berempat menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas Tirani, mereka memakan makanan dan minuman yang di bawa Putra tadi. Karena itu semua sudah lebih dari cukup.

"Oh iya, tadi di kelas gue rame banget ngomongin soal foto Davit. Muak banget gue denger ocehan mereka yang belum tentu bener," ungkap Putra.

"Ya gitulah. Mereka hanya menyimpulkan dari apa yang mereka lihat, bukan dari yang mereka dengar." Tirani tersenyum sambil kembali mengigit rotinya.

"Lagian, mau berapa kali kita jelasin ke mereka. Belum tentu mereka percaya, kan?" Tirani menjeda ucapannya. "Karena menurutnya sebuah picture yang mereka pegang sudah bukti yang kuat."

Yups, betul apa yang di katakan oleh Tirani.

Jangan mudah percaya dari apa yang kita lihat. Tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

Jangan karena sebuah bukti yang ntah itu akurat atau tidak, dengan semudah itu kalian percaya seratus persen.

So, kalian itu pintar. Sebelum menyimpulkan sesuatu, gunakan akal, hati, dan pikiran kalian. Oke.

Sega mengacungkan kedua jempolnya mendengar penuturan Tirani. "Gue setuju. Padahal mereka ngga tau apa yang sebenarnya terjadi."

Tirani mengangguk membenarkan ucapan Sega.

"Lagian, apa untungnya mereka ngurusin hubungan orang?" Nalia yang sedari tadi diam, kini melontarkan sebuah pertanyaan kepada temannya.

"Lebih tepatnya, ngga ada untung sama sekali," sarkas Putra.

Tirani mengedikkan kedua bahunya. Toh, yang menjalani hubungan ini dirinya dan Davit. Lagian, komunikasi antara keduanya juga masih berjalan lancar. Setiap malam Davit selalu mengabarinya walau hanya sekata saja. Karena Tirani juga mengerti, disana Davit harus banyak istirahat.

🍒🍒🍒
Holla, kembali lagi nih
Jangan lupa vote dan komen yah:)

Sengaja part ini dikit, hehe.
Semoga part berikutnya banyak ya, aamiin. Oh iya, hm, apa ya. Dah lah.

04 November 2020
@desy_jambi08
@wattpad.denosa_

TIRANI [t a m a t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang