-_Perbanyak bersyukur
Tanpa kita ketahui, dengan bersyukur
membuat hidup mu menjadi lebih tenang _-***
Tirani menghela napasnya pelan, perlahan berjalan masuk ke dalam area rumahnya. Dapat dia lihat, mobil Dara sudah terparkir disana.
"Aku ngga boleh lemah."
Di bukanya pintu utama itu. Suasana rumah sangat sepi, kemana para penghuninya. Merasa acuh, Tirani berjalan dan masuk ke dalam kamarnya. Membanting dirinya di sebuah sofa kamar dan memejamkan matanya.
Krek.
Tirani menoleh dan mendapati Ceppy berada di ambang pintu."Ceppy, ada apa?"
Ceppy menundukkan kepalanya lalu menggeleng pelan. Tirani di buat bingung oleh adiknya ini. Dia berjongkok tepat di depan kursi roda Ceppy.
"Ada masalah?" tanyanya lembut. "Ayo, bilang ke kakak."
Air mata turun menerobos pipi Ceppy, Tirani memeluknya erat. Tak biasanya Ceppy memendam semua masalah sendiri.
"Kak, ma-maaf."
Tirani menggeleng cepat dengan tangan kanan mengelus rambut adiknya lembut. "Kamu ngga salah, kenapa kamu minta maaf?"
Ceppy bungkam, kini hanya isakan kecilnya yang terdengar. "Adik kakak, ngga boleh cengeng, oke." Ceppy mengangguk dan memeluk kakaknya erat, sangat erat.
Suara deru mobil di luar sana, membuat pelukan kedua adik kakak ini terlepas.
"Kayaknya papa udah pulang. Kamu ngga boleh nangis lagi. Mana senyumnya?"
Ceppy mengangkat kedua bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Dengan telaten, Tirani membawa adiknya turun ke lantai satu. Dia sangat berhati-hati. Sudah tiba di lantai satu, dia melihat Meysha dan Dara sudah terlebih dahulu menyambut kedatangan kepala keluarga yang baru saja pulang dari bisnisnya.
Dara menatapnya tajam membuat Tirani hanya bisa menunduk. Meysha mengusap punggung adik iparnya itu.
"Papa," teriak Ceppy ketika Doni keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah mereka.
Doni menghampiri Meysha terlebih dahulu sebagai status istrinya, tas yang baru saja dia pegang langsung di ambil alih Meysha. Lalu, Dara mencium salaman dari kakaknya. Dan, Ceppy, Doni langsung memeluk dia. Sangat erat.
Tirani yang menyaksikan dua orang itu, papa dan adiknya yang tengah berpelukan sangat erat seperti menyalurkan sebuah rindu, hanya bisa meringis perih. Dia juga rindu, bahkan rindunya bukan hanya ketika Doni pergi mengurus bisnis. Tetapi, sudah sejak beberapa tahun yang lalu.
Pelukan hangat dari seorang ayah, Tirani rindu, sangat.
Melepas pelukannya, Doni mengusap rambut anaknya pelan. "Papa ada bawa sesuatu buat anak papa." Doni langsung berjalan kembali dan membuka jok belakang mobilnya.
Dengan menenteng empat paper bag itu, Doni memberikan Meysha dan Dara masing-masing satu paper bag. Kali ini dia sudah berdiri di hadapan Ceppy, Doni melirik Tirani tajam terlebih dahulu, sebelum...
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI [t a m a t]
Teen FictionTiranisya. Kebahagiaan itu sungguh sulit ia dapatkan. Ntah sudah berapa banyak luka yang tergores apik di hatinya. Dia tetap tangguh. Kesalahpahaman yang terjadi berdampak besar untuk hidupnya. Ini semua bukan salah dia. Melainkan salah seseorang y...