Sepatu Cinderella

2.4K 81 11
                                    


****'s POV ON

"Woy, lo tuh ya, beresin dong rak sepatu lo!" suara kakak gue yang gak ketulungan gede, cetar membahana badai bagai syahrini, terdengar di telinga gue. Otomatis gue meringis. "Gue tahu lo itu cowok dan cowok itu gak suka bersih-bersih, tapi seenggaknya lo beresin tuh rak sepatu lo yang acak-acakan. Pantesan aja mama suka marah-marah sama lo perihal rak sepatu,"

Dia kakak atau ibu tiri? Serem bener.

"Lo, denger gak sih gue ngomong apa?" tanyanya yang ngelihat gue masih diem dengerin omelannya dia yang gak berhenti-henti. Di pikir ngomong sama tembok apa, yang gak bakal dibales.

"Ya, gue denger. Dan karena gue udah denger, lebih baik, sekarang lo keluar dari kamar gue, Kak,"

"Oke, tapi jangan lupa, itu diberesin,"

"Iya, kakakku tersayang yang paling cantik...," dan seditik setelah seluruh badannya melewati pintu kamar gue, gue banting tuh pintu dengan kencang yang sukses membuat kakak gue kaget.

Setelah dia keluar, gue langsung berjalan perlahan menuju rak sepatu gue yang berantakannya udah kayak kapal pecah kalau kata mama. Lebay banget deh, padahal kan, rak sepatu ini cuma gak terawat aja. Masa sepatu gue yang di mana-mana, tongkat penyangga yang lepas dan ada beberapa yang masuk di sepatu gue, dan posisi rak yang udah gak berdiri tegak lagi, dibilang kayak kapal pecah. Ini mah biasa kali kalau buat anak laki-laki. Mereka yang gak pernah lihat rak sepatu laki-laki atau gue yang emang berantakan sih?

Karena gue sayang sama mama dan kakak gue, akhirnya, gue beresin nih rak sepatu, dari mulai mendirikan rak sepatu, lalu menaruh satu per satu sepatu yang berserakan di lantai.

Tiba-tiba, gue menemukan sepasang sepatu warna pink ukuran anak SD. Tunggu, ini sepatu siapa? Gak mungkin sepatu kakak gue karena kakak gue itu tomboi, gak suka warna pink. Terus, ini sepatu siapa ya? Kok gue lupa.

Gue lalu membolak-balik sepatu itu dan menemukan sebuah clue tentang siapa pemilik sepatu itu.

LA

Ini nama pemilik sepatu apa nama kota sih?

Tunggu! Sepatu kecil. LA. Pink. Oh, gue inget sekarang! Ini kan sepatu dia. Sepatu orang yang pernah gue bully waktu kecil. Ya, gue inget! Ini sengaja gue simpen buat ngingetin gue sama dia. Dia yang entah mengapa membuat gue menjadi merasakan cinta monyet untuk yang pertama kalinya. Gue juga inget, kapan gue ambil ini sepatu.

-flashback on-

Saat ini dia sedang mencuci sepatu geng The Cool. Cukup aneh memang menyuruhnya mencuci sepatu di saat kami bisa minta orang tua kami untuk mencucikannya.

Aku lalu menghampirinya dengan memikirkan kata-kata ejekan yang selalu kuucapkan di saat bertemu dengannya. Membuat kesan awal yang menyebalkan. Sebenarnya sih tujuannya agar dia membalas apa yang kuucapkan. Lagipula, aku menghampirinya juga karena aku ingin mengobrol. Semua anggota The Cool sudah melakukan aktifitas-aktifitas lain selain mengobrol yang sayangnya tidak membuatku tertarik sedikit pun untuk ikut melakukannya.

"Udah selesai belum sih? Lama amat nyuci sepatu doang. Masih kecil harus sudah bisa nyuci dong. Harus mandiri," ya, itulah yang kuucapkan padanya.

"Ya, ini aku juga lagi cuciin. Aku juga sudah berusaha biar cepet kok," balas dia. Benarkan dijawab. Iyalah, aku gitu.

Sebenarnya aku bingung sama dia. Apa sih yang membuatnya begitu kuat dengan tekadnya, yaitu menjadi korban palak terakhir The Cool. Oh, bukan palak, bully kurasa. Mengingat dirinya yang sering disuruh melakukan berbagai macam hal dari yang kecil sampai yang besar. Dengan beberapa detik setelah menghela nafas karena memikirkan hal dengan singkat, aku pun bertanya.

Twins LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang