Bertemu (2)

2.6K 86 5
                                    

Setelah apa yang Liena dengar benar-benar dimengerti olehnya, dia berjalan pelan memasuki kamarnya. Di dalam dia melihat Liera yang terbaring di kasur. Wajahnya datar. Damai. Seperti tak ada sesuatu pun yang terjadi pada dirinya beberapa saat yang lalu.

Liena duduk di tepi ranjang. Menatap paras cantik kembarannya itu. 'Kayak lagi ngaca' itu yang sering dia ucapkan saat menatap Liera. Ya walau ada beberapa perbedaan antara keduanya, mereka tetap terlihat mirip.

Perlahan tapi pasti alis Liera bergerak. Tanda dirinya terbangun perlahan. Di bukanya matanya dan langsung menatap Liena. Liena tersentak. Takut kejadian tadi terulang lagi. Entah apa yang terjadi pada Liera, dirinya langsung tersenyum pada kembarannya itu. Liena yang tak sanggup berkata-kata saking kagetnya, hanya membalas Liera dengan senyuman ragu. Liera terkekeh.

"Kenapa sih?" tanyanya polos.

"Dia lupa apa pura-pura lupa sih? Apa jangan-jangan amnesia? Apa tadi dia dibuat pingsan sama ibu dengan cara dipentokin kepalanya ke dinding? Ah, gak mungkin! Kok dia kayak gak inget kejadian tadi sih? Ah tahu ah!" Liena membatin. Membiarkan Liera yang masih tiduran kebingungan.

Liera's POV On

"Ini Liena kenapa coba?" tanyaku membatin. Aku mengangkat tubuhku agar duduk lalu berusaha mengingat apa yang terjadi tadi. Hmmm... Perasaan tadi aku lagi mantengin Rean sama Rian ngobrol. Terus... Oh, ya, tadi aku tahu Rean ternyata sukanya eh, cintanya sama Liena. Terus aku kesel, terus aku pulang, terus aku masuk kamar, terus kok aku pegang pisau ya? Terus aku ketemu Liena. Terus Liena kayak ngehindar gitu. Emang aku kenapa? Terus... Apaan lagi ya? Eh, tunggu dulu! Itu dia! Itu... Aku yakin karena itu. Liena, melihat penyakitku kambuh! Penyakit itu. Thantophobia atau apapun namanya itu. Aku juga gak terlalu mengerti. Itu sejenis penyakit yang menyebabkan diriku tergerak oleh emosi. Rumit memang, tapi itulah penyakit yang ada pada diriku. Jadi, Liena, melihatnya. Tapi apa dia sadar?

"Liera," panggil Liena ragu. Ya aku tahu dia pasti takut aku akan bersikap kayak tadi. Haduh, bisa diintrograsi ini mah.

"Kamu...,"

"Ketemu Rian yuk," potongku.

"Eh?"

"Ketemu Rian yuk," aku mengulang.

"Hmmm... Maksudnya?"

"Ketemu Rian. Afrian Fauzi. Itu... kembarannya Rean. Ayo," aku bangkit. Berdiri di depan Liena.

"Ke mana?" Liena bingung. Aduh, ini kok kembaranku jadi lemot ya.

"Aku mau ketemu Rian. Kan belum pernah. Sekalian ajak Rean juga deh. Terus kita ngapain kek,"

"Tapi kan besok sekolah," Liena mengingatkan.

"Memangnya kita mau pergi sampai besok?" tanyaku seraya berjalan menuju lemari, untuk mengganti baju seragamku. "Telpon mereka dong,"

Entah apa yang Liena lamunkan, ucapanku membuatnya kembali ke dunia nyata lalu segera mengambil handphone-nya untuk menelpon Rean. Atau Rian.

Saat Liena sedang menelpon, sambil memilih baju, aku mencoba mendengarkan percakapannya. Ini nguping ceritanya???

"Halo, Re. Bisa kita ketemu?" ucapan itu membuatku tahu, Liena sedang menelpon Rean. Tapi kenapa Rean? Hmmm...

Liena's POV On

"Ada apa?" tanya Rean.

"Sekalian ajak Rian juga ya, Liera mau ketemu," aku tak menjawab pertanyaan Rean. Banyak nanya sih.

"Lho, bukannya Liera gak tahu tentang Rian?" tanya Rean dengan sedikit kaget dan bingung. Untung suaranya dia gak terlalu besar, jadi Liera gak mendengar ini. Kalau dengar, sudahlah aku...

Twins LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang