UNTIL.THEN Part 14 - Victor

68 16 13
                                    

Aku berjalan menyusuri lorong kelas B, dari jauh kulihat Victor sedang duduk di bangku luar.

"Yuk!"

Sudah hampir 2 minggu berturut-turut sepulang sekolah aku dan Victor mempersiapkan materi untuk kompetisi.

Miss Roxane mendampingi kami di minggu pertama, sekarang hanya tinggal kami berdua saja.

"Eh Mina! Di kelas itu aja ya? Soalnya yg ini masih dibersihin."
Victor menunjuk 2 kelas di depan.

"Oke"
Aku berjalan mengikuti Victor.

•••••••

Kamipun membahas bermacam-macam bahan yang akan kami pakai nanti. Victor menulis dan menghafal vocab sulit, pronunciation dan menggarap speech-nya.

Aku mempelajari tekhnik debat, cara menyusun poin penting, dan berargumen.

"Vic ini kesimpulanya udah gue tulis di bawah ya."

"Wah thanks a lot Mina!"

Kringggggggg..
Mina melihat ke arah jam dinding di atas papan tulis. Jam 5 sore!

"Rekor baru nih, udahan?"
Victor melepas kacamatanya. Mata hitamnya yang biasanya jernih tampak lelah.

"Boleh! Gue masih mau ke perpus bentar, lo kalo mau balik, duluan aja!"

"Mau ngapain?"

"Pinjem kamus!"

Jangan tanya Google translate di jaman ini! Untuk mendapat akses internet saja biasanya aku perlu ke warnet dan membayar 6000 rupiah per jam-nya.

"Bareng aja, gua juga mau cari buku."
Balas Victor antusias.

•••••••

Sesampainya di perpustakaan, Mina mengisi daftar pengunjung di bagian administrasi. Dia mulai mencari kamus bahasa inggris, karena perpus akan tutup sebentar lagi. Mina melihat buku tebal warna ungu yang ia kenal ada di rak kiri atas.

*Ah tak sampai!*
Aku mencoba menjangkaunya dengan memanjangkan tanganku. Kujinjitkan kakiku, jemariku menggapai-gapai ke atas. Tetap tidak dapat! Dengan mudahnya Victor mengambil kamus tadi dan memberikanya padaku. Aku baru sadar ternyata dia cukup tinggi.

"Thanks!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thanks!"

"You are welcome! Kalo perlu bantuan bilang aja ya! Ga usah sungkan sama gua! Ok?"
Victor tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapih. Setelah menulis buku yang kupinjam, akupun bergegas keluar.

•••••••

"Makan dulu gak?"
Victor menawarkan untuk istirahat sejenak di Warung Bude. Mina mengangguk, mengiyakan ajakan Victor.

"Bude Indomie gorengnya 2 ya pake telor."
Aku memesan lalu melihat ke dalam etalase berharap masih ada sisa gorengan.

"Aden pesen apa?"

"Samain aja Bu!'

Setelahnya kami duduk dan menunggu makanan kami matang. Hanya warung Bude yang masih buka karena letaknya paling ujung luar sekolah tembus keluar jalan, jadi kalau malam Bude jualan sisi satunya. Aroma mie goreng tercium semakin mendekat. Bude meletakan pesanan kami di atas meja. Victor mengambil garpu dari dalam wadah, merobek tissue dan mulai mengelapnya.

"Nih Mina!"
Victor menyerahkan garpu yang ia bersihkan tadi ke Mina.

"Thanks!"

"Lo kecil mungil makanya banyak ya?"

"Hmm.. Who can resist Indomie sih? Hehe.."

"Hahaha well gua cuma bisa makan kalo di luaran gini, nyokap gua strict banget."
Victor menyisir naik rambutnya ke atas menggunakan jari.

"Berapa Bude?"
Aku menghampiri warung Bude untuk mengembalikan mangkok yang sudah kosong.

"Udah dibayar sama si aden tadi."
Bude mengarahkan jempolnya ke Victor.

"Eh jangan!"

"Kali ini gua traktir anggep aja ungkapan terima kasih soalnya lo kan uda bantuin speech gua sampe sore gini."

"Duh ga enak lah lagian gue ikhlas kok Vic."
Mina menyodorkan uang ke Victor.

"Gua tau kok, santai aja Mina! Next time! Next time lo yang traktir gua! How?"

"Bener yah?"

"Yup! Sekarang simpen duit lo dalem kantong!"

"Thank you Vic!"

"Sama-sama Mina!"

•••••••

👇 Vote here ⭐ Thank you! 🌟

UNTIL.THEN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang