2. Pertemuan

4.6K 291 28
                                    


Sesuai dengan perkataan Bunda nya Raina akan bertemu dengan Vano hari ini di Cafe Mustard. Dengan perasaan campur aduk Raina bersiap diri mencoba tampil sebaik mungkin sehingga membuat Vano membalas cinta nya. Apakah Raina terlalu berharap? Tidak! Karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dengan dress selutut berwarna peach dengan high heels kaca membuat penampilan nya begitu feminim dan dewasa.

"Cantiknya anak Bunda" ujar Velly kepada putrinya. Membuat kedua pipi Raina bersemu merah karena malu.

"Bunda! Jangan gitu lah" balas Raina dengan merajuk.

"Pipi nya merah tuh haha, udah yuk kita berangkat sekarang". ajak Velly

"Iya Bun ayo, Ayah udah nunggu di mobil dari tadi pasti" ujar Raina menimpali Bunda nya.

"Itu karena nunggu kamu gak selesai dari tadi dandan nya" balas Velly membuat putrinya kicep tidak bisa membela diri.

"salah mulu perasaan" batin Raina berbicara di dalam batin wkwk.

"Lama banget" ujar Candra Ayah Raina yang sedari tadi menunggu putrinya dan istri yang ber dandan lama sekali.

"Raina tuh Yah, dandan lama banget" imbuh Velly menyalahkan putrinya.

"Salahin terus! Kan Bunda yang nyuruh dandan cantik biar Kak Vano klepek klepek sama Raina tapi malah Raina disalahin".

"Salah enggak mau disalahin, gimana si kamu!" balas Velly ketus tidak mau kalah. Emak emak emang gak mau ngalah. Yang muda ngalah aja ya biar awet muda.

"Udah diem!" ujar Candra melihat kedua perempuan berbeda generasi yang ada disamping dan belakang nya. "Jadi gak nih? Apa mau debat kusir lagi? Biar gak usah pergi?" tambahnya.

"Ayo Yah, berangkat sekarang keburu ditunggu Cica nanti" akhirnya Emak mengalah.

"Dari tadi diem kan malah udah sampai paling" balasnya dengan muka jutek kearah istri dan anaknya.

Sekitar tiga puluh lima menit akhirnya mereka sampai di Cafe Mustard by Cica. Raina adalah orang yang paling grogi saat ini. Bagaimana tidak ia sudah berusaha melupakan cinta nya tapi diingatkan kembali dan ia sebentar lagi akan bertemu dengan orang itu. Bagaimana Vano sekarang?  Apakah ada yang berbeda atau tetap sama? Atau malah Vano akan langsung menolaknya ketika tau Raina lah yang akan dijodohkan dengan nya. Semua pertanyaan itu tiba-tiba hinggap di isi kepala nya.

"Apa kau masih tidak akan pernah mencintai ku?" batin Raina.

"Raina masuk duluan ya, Ayah sama Bunda mau ketemu temen sebentar" suruh Ayah Raina ketika mereka semya sudah ada di depan pintu masuk Cafe.

"Loh,,, kok gitu si Yah. Gak mau ah! aku mau ikut Ayah sama Bunda dulu kalau gitu" tolak Raina.

"Cuma bentar kok, ngobrol dikit aja pumpung ketemu disini, mereka udah nunggu di parkiran gak sengaja ketemu disini soalnya jadi sekalian. Bentar ya" tambah Velly. Setelh mengucapkan itu mereka berdua langsung pergi meninggalkan Raina sendirian.

"Ck, gitu deh sebel kan jadinya" dengan perasaan dongkol memasuki Cafe. "Meja nomer berapa coba?" tanya nya pada diri sendiri. Diri sendiri ditanya in ya kagak tau lah.

Selama beberapa menit mengelilingi Cafe seperti orang kehilangan arah hingga akhirnya menemukan sosok yng tidak asing bagi Raina yaitu Tante Cica, setelahnya pandangan nya beralih pada laki-laki yang ia ketahui Om Praja Papah Vano. Hingga matanya tertuju pada sosok laki-laki dewasa mapan bertubuh atletis. Mereka sepertinya sedang berdebat entah itu masalah apa tapi dari kejauhan sangat kentara juga diselingi dengan candaan dan gurauan.

"Duh roti sobek 6 apa 8 itu wkwk" batin Raina. Otak nya Raina ngeres nih.

"Kak Vano makin ganteng ya, mapan lagi udah cocok jadi daddy untuk anak anak kita" ujar Raina dengan senyum-senyum sendir. Waras neng? Wkwkw.

"Samperin gak ya? Kalau di samperin takut. Kalau gak disamperin malah bingung disini mau ngapain ya kali cuma berdiri disinu kayak patung selamat datang" ujar Raina dengan perasaan campur aduk.

"Samperin ah, penasaran juga aku sama Kak Vano".

Setelah mengucapkan itu Raina dengan percaya diri melangkah kedepan menuju ke tempat dimana Vano berada pujaan hatinya gituuu ceritanyaa ceilahh.

"Assalamualaikum" dengan senyuman manis yang terukir di wajah cantik nya.

Semua orang yang ada dimeja itu reflek mendongak melihat siapa yang mengganggu sesi debat mereka yang belum bisa dipastikan siapa yang menang dan siapa yang kalah.

"Kamu? Raina bukan?" dengan mengernyitkan dahi tanda berpikir. Sok sok an mikir nih Cica.

"Iya Tan" dengan mengangguk mengiyakan.

"Duhh!! Makin cantik kamu sekarang" ujar Tante Cica dengan memeluk ku erat. Maklum gaess udah lama gak ketemu.

"Tante bisa saja" balasku. Sepertinya pipiku sudah memerah karena dipuji seperti itu oleh calon mertua. Ceilahh wkwk.

"Duduk dulu Rai" perintah Tante Cica saat sudah melepaskan pelukan nya.

"Iya Tan" dengan segera menduduk kan pantatku ke kursi sofa empuk. Jangan salah salah ya Cafe ini memiliki banyak ruangan yang fungsinya berbeda-beda ada yang untuk santai dengan keluarga, ada yang romantis, dan ada juga yang private room seperti yang saat ini sedang ku tempati.

"kok aku jadi deg-deg an salting gini ya ckck" batin Raina.

"Bunda sama Ayah kamu dimana?" tanya Tante Cica. Baru sadar dia kalau aku datang seorang diri.

"Tadi gak sengaja ketemu rekan kerja nya Tan jadi ngobrol bentar di depan" jelasku dengan senyum yang masih terpatri diwajah cantik ku.

"Oh begitu, yaudah kamu mau pesan makan apa?" tawar Tante Cica.

"Sama in aja Tan" ya kali mau request makan malu lah pasti kalau kebanyakan pesen nya.

"Yakin?" tanya Tante Cica memastikan.

"Iya Tan, yakinn" jawab Raina pasti.

"Oke baiklah"

"Sekarang umur kamu berapa?" Tanya Om Praja to the point yang sedari tadi hanya diam. Akhirnya mengeluarkan suaranya.

"19 tahun Om"

"Masih muda ya" diiringi tawa. Tawa ngejek atau tawa apa nih.

"Hehe iya Om" berusaha sesantai mungkin walaupun aslinya deg-deg an karena dari tadi ada sepasang mata yang melihat ku. Setajam mata elang yang melihat ku sedari tadi. Tanpa mau beralih menatap yang lain. Cantik nih aku kayaknya haha.

"Eh Vano, kamu ngelihatnya kok gak kedip" goda Tante Cica ke anaknya.

"Hmm?" dengan gelagapan membalas perkataan Mamah nya yang tidak begitu jelas ia dengarkan karena sangking fokus nya melihat gadis di depannya ini. Seperti pernah melihat tapi dimana.

"Kamu gak inget ya? Biar Mamah jelasin dia itu anak nya Tante Velly sama Om Candra dia juga temen Xessa adik kamu".

Nampaknya ia mulai berpikir keras karena garis-garis halus di dahinya mulai terlihat jelas. Udah tua ya gaes.

Tidak ada balasan apapun setelah berpikir keras tadi. Membuat ku penasaran. Apa Kak Vano mengingatku? Atau tidak? Entahlah ku merasa bingung dengan semua nya yang terjadi begitu cepat.

"Ternyata seperti itu, pantas saja aku tidak asing. Tapi mengapa kamu yang harus di jodohkan denganku? Padahal aku tidak mencintaimu" Zeivano Abigail Wijatmoko.

"Cinta bisa datang kapan saja tanpa kita sadari" Braina Zeizara Atmaja.

❤❤yuhuuu jan lupa like and comment
Kalian yang berbaik hati memberikan vote and comment.
Loppyouuuu

Ada insiden kecil aku udah up tapi ilang :( aku up lagi malah double jadi bingung akhirnya ku hapuss eh malah bener ilang semuaaa maaf ya atas ketidak nyamanan nya ketika kalian baru baca tiba tiba ilang atua gimana tadi😊

zebra(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang