4. Pernikahan

4.3K 316 21
                                    


Pernikahan ini yang sangat di idamkan oleh Raina memakai gaun pengantin impian nya, dekorasi yang sangat indah sesuai dengan permintaan nya dan lagi suami yang amat ia cintai. Bahagia? Emm seperti nya itu hanya topeng, karena Raina kecewa dengan suami nya saat ini karena apa? Karena suami nya sedari tadi tidak mau mengukir senyum barang sedetik. Membuat semua tamu menatap horor ke arah Raina yang seperti buronan.

Tapi ada satu hal yang membuat Raina senang karena Vano mengucapkan ijab kabul dengan lancar satu tarikan nafas tanpa pengulangan. Membuat Raina berpikir positif bahwa Vano sudah mulai mencintai nya. Buktinya ia berusaha menghafal ijab kabul dan berusaha untuk tidak gugup saat akad tadi.

"Mas senyum sedikit aja" mohon Raina kepada Vano. Saat tamu tamu mulai naik ke atas panggung resepsi.

Raina sudah mengubah panggilan untuk suaminya, tidak mungkin kan kalau masih memanggil Kak nanti dikira mereka adik kakak lagi.

"Jangan jutek gitu Mas gak enak dilihat tamu" tambah Raina karena melihat Vano tidak memberikan respon apapun.

Walaupun tidak diberi respon Raina tidak mau kalah ia selalu mengajak suami nya itu mengobrol. Lebih tepat nya tidak mengobrol karena kalau mengobrol dua orang berbicara lah ini cuma Raina yang berbicara sedangkan Vano hanya bergumam, mengendikan bahu dan kadang malah hanya diam mendengarkan. Benar benar membosankan.

"Mas mau makan? Aku ambilin" ujar Raina saat masuk ke kamar Vano. Setelah acara resepsi berakhir mereka semua sepakat untuk pulang kerumah masing-masing memang tidak ada rencana mau menginap di hotel tempat resepsi.

"Tidak perlu" jawab Vano sekena nya.

"Mas tadi belum makan loh" pasalnya tadi suaminya itu belum makan sama sekali di acara resepsi mereka.

"Bisa diem enggak?!" bentaknya.

"Saya capek mau istirahat! Kalau kamu mau makan, silahkan keluar dan makan sendiri. Gak usah ajak saya" imbuhnya lagi sebelum masuk ke kamar mandi.

Raina hanya tersenyum kecut baru satu hari jadi istri belum ada 24 jam udah dibentak gini gimana seumur hidup. "Ayah sama Bunda aja gak pernah bentak aku hiks hiks". segera menghapus air mata nya agar tidak dilihat oleh Vano bisa besar kepala nanti dia.

"Sabar ya Raina!!!" ucap Raina didepan cermin, berusaha memberi dirinya sendiri semangat.

Ia segera keluar dari dalam kamar karena sedari tadi perutnya sudah keroncongan minta di isi.

"Bibi" sapa Raina ke salah satu Bibi yang bekerja disini karena ia tidak ingat satu persatu nama nya.

"Nyonya Muda" balas nya dengan tersenyum ramah.

"Jangan panggil gitu Bi"

"Gak apa apa atuh, mau ambil makan?" tebak Bibi dan telat sasaran.

"Iya Bi laper" jawab Raina dengan cengengesan.

"Pengantin baru kok malam pertama lapar" goda Bibi. Berani.

"Bibi apaan si" seperti nya pipi sudah seperti kepiting rebus.

Bibi membalas nya dengan tertawa terpingkal. Raina memang bukan gadis galak dia periang dan hangat ke semua orang. Itulah yang membuat Bibi tidak takut akan kena semprot oleh Nyonya muda nya yang baru beberapa jam lalu masuk ke rumah ini.

"Udah ya Bi, Raina mau ambil makan" menuju ke tempat dimana lauk pauk berada. Yaitu dilaci atas.

"Iya Nyonya silahkan. Bibi tak ke kamar dulu sudah malam. Nanti kalau sudah selesai piring nya gak usah dicuci ya biar Bibi cuci besok" terang Bibi.

"Nanti aku cuci gak apa apa kok Bi" jawab Raina cepat.

"Jangan! nanti saya dimarahin Nyonya Cica".

"Ya udah deh Bi, makasih ya" putus Raina akhirnya karena tidak ingin berdebat malam malam.

Setelah mengambil makan ia segera mengahabiskan nya di meja makan saat sudah selesai sesuai perintah Bibi ia hanya menaruh nya di tempat cuci piring.

"Minum teh enak nih, kayak nya tadi aku bawa di koper" monolog Raina. Bergegas menuju ke kamar mengambil teh yang tadi ia bawa dari rumah.

Bukan apa-apa hanya saja Raina lebih suka teh buatan sendiri dan kopi buatan sendiri daripada kopi buatan pabrik. Oh iya Raina memang tau banyak tentang perkopian dan per teh an karena ia memiliki coffee shop yang sangat terkenal di jakarta walaupun tidak banyak yang tau kalau coffee shop itu miliknya. Coffee shop by Zebra. Zebra? Zeivano dan Braina tidak ada yang tau tentang hal ini karena jujur Raina akan malu jika semua orang tau arti singkatan Zebra di coffee shop nya.

"Ini dia! Untung bawa banyak buat stok" ujar Raina segera pergi keluar dari kamar.

Tidak butuh waktu lama untuk menyeduh air panas, teh melati dengan campuran susu pun sudah jadi siap untuk dinikmati kebetulan udara malam ini cukup dingin.

"Hmm" menghirup aroma dari teh yang tadi di buat.

"Enak nya" gumam Raina pelan sembari meminum teh nya.

"Buatin saya" ucap seseorang di belakang Raina. Membuat Raina refleks berdiri. Untung tadi dia tidak sedang minum kalau minum pasti sudah nyembur kemana mana.

"Mas! Bikin orang kaget kamu"

"Siapa suruh kamu kagetan" balas Vano cuek. Berlalu pergi mencari tempat duduk untuk ia tempati.

"Bentar aku buatin" Raina kemudian tidak ingin memperpanjang masalah. Nanti malah suami nya ini ngambek.

"Jago masak juga kamu" Vano disela sela menunggu teh nya jadi.

"Enggak juga, aku cuma bisa beberapa enggak handal dalam memasak" Raina jujur karena ia masih chef amatiran yang kadang memasak enak kadang tidak enak. Entah apa alasan nya.

"Ini Mas" menyondorkan teh hangat seperti yang tadi ku buat untuk Mas Vano suamiku.

"Hmm" berdeham singkat.

Kami berdua duduk berhadapan tapi saling diam dengan pikiran masing masing. Sambil menikmati kehangatan dan ketenangan yang diberikan teh hangat tadi. Membuat badan sedikit rileks.

Teh yang kami minum pun akhirnya tandas, Raina mengambil cangkir tadi dan menaruh nya di temoat cuci piring.

"Enggak usah dicuci biar Bibi aja" ucap Vano.

"Iya Mas, tadi Bibi juga bilang gitu ke aku" jawab Raina dengan senyum tipis di bibirnya.

Saat ingin pergi dari dapur aku mendengar suara perut berbunyi sepertinya ada yang lapar. Tapi pura pura gak lapar. Tadi di tawarin nolak hahah.

"Mas laper ya? Makan gih aku ambilin ya? Nanti ku tinggal deh kalau malu tak lihat haha" ujar Raina menggoda suami nya.

"Kurang ajar kamu" ketus Vano.

"Maaf Mas" dengan menampilkan muka bersalah yang dibuat buat"

Tanpa pikir panjang aku menyiapkan makan malam untuk Mas Vano setelah itu baru aku meninggalkan dapur menuju ke kamar Mas Vano.

"Gengsi nya tinggi banget, semoga semua akan baik baik saja kedepan nya" Braina Zeizara Atmaja

Aku berusaha menjauh tapi tidak bisa.  Hati dan pikiran ku tidak bisa sejalan" Zeivano Abigail Wijatmoko.





Insyaallah akan up secepat mungkin.

Terimakasih.
Jaga kesehatan ya kalian semua.
Buat yang udah vote and comment makasiiiii banyakk banyakkk

Lopyouuuu all❤❤❤❤❤







zebra(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang