23. Kesepakatan

5K 419 48
                                    


Raina baru ingat ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan suaminya. Sikap suaminya akhir-akhir ini benar-benar diluar ekspektasi Raina dulu. Vano benar-benar sudah melunak sekarang atau mungkin Vano sudah mulai mencintai nya.

Sekarang saat tidur mereka akan berpelukan dan tidak terlepas sampai pagi hari. Benar-benar manis. Tapi itulah yang membuat Raina tidak tenang akhir-akhir ini sebelum mereka berdua membahas masalah ini. Raina takut jika kebahagian yang ia dapat akhir-akhir ini adalah sebuah tanda perpisahan untuk nya nanti atau seperti kenangan manis sebelum perpisahan. Ia tidak mau jatuh terlalu dalam dengan pesona Vano jika nantinya hubungan ini akan berakhir dan mereka tidak akan bersama selamanya.

"Saat Mas Vano pulang nanti aku harus membahas tentang masalah ini. Agar aku merasa tenang nantinya"

Vano sudah pulang dari kantor, ia sekarang pulang sore tidak seperti dulu yang kadang larut malam atau malah sampai tidak pulang kerumah.

Setelah mereka makan malam biasanya mereka akan menghabiskan waktu mereka di ruang tengah.

"Mas" panggil Raina di dalam pelukan suaminya.

Mereka seperti pasangan suami istri yang baru menikah. Lebih tepatnya seperti pengantin baru yang sedang mabuk kasmaran. Jika dilihat.

"Hm?" gumam Vano sebagai jawaban.

"Ada yang mau aku bicarain sama kamu"

"Apa?" Vano menatap mata istrinya.

Raina ingin melepas pelukan mereka tapi dicegah oleh Vano.

Raina menatap mata suaminya yang sedang menatap nya juga. Meminta penjelasan.

"Kita ke ruang kerja kamu" ujar Raina.

Vano yang tidak mengerti pun mengerutkan dahinya berpikir. Kesempatan itulah yang diambil Raina untuk melepaskan diri dari pelukan suaminya.

Raina berjalan menuju ruang kerja Vano disusul Vano di belakang nya.

Mereka masuk ke ruang kerja Vano. Vano masih bingung dan belum paham dengan apa yang akan dibicarakan istrinya sampai harus di ruang kerja nya. Membuat Vano penasaran saja.

"Ada apa? Kenapa harus ke ruang kerja saya" tanya Vano penasaran.

Raina tidak menjawab ia mendekat ke arah meja kerja Vano yang diatas nya terdapat banyak berkas. Berkas-berkas penting perusahaan nya.

Tangan Raina meraih salah satu berkas disana yang sangat ia ingat dengan jelas apa isi didalam berkas tersebut. Map itu berisi sebuah kenyataan pahit yang akan ia terima nantinya.

Vano yang melihat berkas yang diambil Raina merasa gugup. Pertanyaan-pertanyaan berkeliaran di dalam kepala nya.

"Apa Raina mengetahui isi berkas itu?" batin Vano bertanya.

"Aku tau apa isi berkas ini Mas" seperti menjawab pertanyaan dari Vano di dalam hati.

"Kamu udah nyiapin ini jauh-jauh hari kan? Aku udah tau cukup lama" ujar Raina. Dengan senyum tulus kearah Vano.

Vano mematung di tempatnya berdiri. Ia tidak menyangka kalau istrinya itu sudah mengetahui hal itu.

"Kamu mau cerai kapan?" tanya Raina. Ia sekarang berada di depan Vano. Menatap mata suaminya dengan tatapan teduh nya.

Vano tidak menjawab, ia tidak bisa menjawab pertanyaan bodoh seperti itu. Tapi itu kesalahan nya. Kenapa ia harus menyiapkan surat itu. Surat yang akan menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.

"Kita buat kesepakatan aja Mas" ujar Raina lagi ketika tidak mendapat jawaban dari Vano suaminya.

Vano menatap Raina dengan wajah bingung, semua perkataan Raina membingungkan.

zebra(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang