27. Hamil?

5.3K 379 25
                                    

Akhir-akhir ini Raina lebih banyak diam. Dan Vano lebih cerewet dari biasanya. Raina diam karena ia memiliki alasan ia takut jika apa yang diperkirakan oleh nya menjadi kenyataan. Raina sudah telat datang bulan, tapi ia tidak mengalami gejala-gejala orang hamil. Seperti mual atau pusing tidak sama sekali.

Hari ini Raina bertekad untuk pergi ke rumah sakit. Ia harus memastikan  hal ini, jika memang benar adanya dirinya hamil. Raina harus siap dengan perkataan nya sebelum nya. Siap untuk mengakhiri semuanya. Agar suaminya bahagia dan tidak tertekan karena kehadiran nya.

"Enggak mau saya antar?" tanya Vano kepada Raina. Saat ini mereka sedang berada di depan rumah.

Raina menggeleng, dirinya tidak mungkin mau diantar karena tadi Raina berbohong ingin mengunjungi kantor Ayah nya. Bukan ke rumah sakit.

"Saya berangkat ya, pakai sopir saja nanti." mengelus kepala Raina sayang. Raina yang sudah terbiasa diperlakukan seperti itu masih saja tersipu malu.

"Hati-hati Mas" ujar Raina setelah mencium tangan suaminya.

Vano masuk kedalam mobil, menjalankan mobilnya membelah kemacetan.

Raina menatap kosong kepergian suaminya. Mengehal nafas sebelum masuk ke dalam rumah.

"Jika memang aku hamil, aku harus segera pergi dari sini" ujar Raina, saat ini ia berada di kamar. Untuk mengambil tas nya, sebelum pergi ke rumah sakit.

"Mengikhlaskan semuanya, mencoba tegar walau sebenarnya aku tidak bisa" air mata mulai menetes di pipi nya.

Raina turun, berpamitan kepada Bibi setelah itu ia menuju mobil yang sudah dikendarai oleh sopir. Raina tidak diperbolehkan Vano menyetir sendiri semenjak hubungan mereka membaik entah karena apa Raina juga tidak tahu dan tidak ingin tahu.

"Antar saya ke Atmaja corp ya pak" dengan suara lembut.

"Baik Nyonya" jawab sopir itu patuh. Ya, Raina harus ke kantor terlebih dahulu karena pasti pak sopir akan memberitahu Vano, setelah nanti pak sopir pergi ia akan meminjam mobil Ayah nya yang ada di kantor. Mobil yang disediakan Ayahnya dikantor ketika ada karyawan yang membutuhkan mendadak.

"Terima kasih pak, bapak bisa pulang. Nanti saya kabari kalau saya sudah selesai." ujar Raina di samping jendela kemudi, saat ia sudah turun dari mobil. Yang dijawab anggukan hormat.

Raina memastikan terlebih dahulu mobil suaminya itu sudah hilang dari pandangan, baru ia pergi ke arah parkiran mobil yang bersebelahan dengan pos satpam.

"Bu Raina" sapa salah satu satpam yang mengenal Raina.

Raina mengangguk dan tersenyum, "Pak kunci untuk mobil kantor mana? Saya mau pinjam sebentar"

"Ada di saya Bu, ini." memberikan kunci mobil tersebut.

"Terima kasih pak" satpam itu mengangguk. Tidak mungkin anak bosnya meminjam mobil tidak ia ijin kan bisa dipecat dia.

Raina masuk ke dalam mobil, melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang.

Saat sudah berada di rumah sakit, Raina segera menemui dokter kandungan.

"Dugaan kamu benar, selamat ya atas kehamilan nya. Usia nya masih tiga minggu." ujar dokter itu, dokter ber nametag Rahayu.

"Velly pasti senang dengar ini, sebentar lagi bakal punya cucu" imbuhnya lagi.

"Terima kasih dok" Raina senang dengan kabar gembira ini.

"Suami kamu kenapa gak sekalian diajak, biar bisa lihat calon anak kalian?"

"Suami saya sibuk kerja dok" disertai cengiran nya. Membuat dokter Rahayu tersenyum maklum.

"Ini resep obat nya ya, vitamin buat calon anak kamu. Ini hasil pemeriksaan tadi dan hasil usg nya." menyerahkan nya kepada Raina yang disambut dengan tangan terbuka.

"Terima kasih dok"

Dokter Rahayu tersenyum, dokter Rahayu adalah teman Bunda Raina dan juga teman Mamah Cica. Dokter Rahayu mengenal baik Raina dan sudah menganggap Raina seperti putri nya sendiri.

Raina menuju ke apotik, ia akan menebus vitamin untuk calon anak nya.

Saat dimobil, Raina termenung. Ia meraba perut nya yang masih rata.

"Bunda senang kamu telah hadir sayang, dan Bunda juga sedih karena sebentar lagi kita akan berpisah dari Ayah kamu." sungguh ia tidak bisa kuat dengan situasi seperti ini.

Raina melajukan mobil nya menuju kantor Ayahnya.

"Terima kasih ya pak" menyerahkan kunci mobil tadi ke satpam tadi.

"Sama-sama Bu" jawab nya sopan.

Raina berjalan menuju kantor Ayahnya. Ia ingin bercerita tentang masalah di rumah tangganya tapi ia malu dan tidak ingin membuat mereka kecewa.

Raina memutuskan untuk berkunjung sebentar. Dan melepas rindu nya, juga ingin menyalurkan kebahagiaan dan juga kesedihan yang ia rasakan lewat pelukan hangat.

"Ayah" panggil Raina ketika ia sudah berada di ruangan Candra.

Candra yang menyadari keberadaan putrinya di kantor pun segera beranjak dari duduk nya dan memeluk putrinya erat. Sangat erat seperti tidak ingin melepaskan nya.

Raina balas memeluk erat Ayah nya. Tanpa aba-aba air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga, membasahi kemeja Ayahnya.

Cukup merasa tenang Raina melepaskan pelukan nya, ia menatap mata Ayah nya dan tersenyum hangat.

Candra yang ditatap seperti itu benar-benar merasa kecewa dengan dirinya dan bersalah dengan putrinya. Karena dirinya dan istri kehidupan Raina hancur, tidak bahagia.

"Maaf kan Ayah sayang" batin Candra.

"Duduk sayang" suruh Candra kepada putrinya yang masih berdiri itu.

Raina menuju sofa, mendudukan dirinya disana, "Bunda mana?" baru menyadari kalau Bunda nya tidak ada diruangan Ayah nya.

"Keluar sebentar tadi, mungkin bentar lagi kesini." setelah mengucapkan itu. Dari pintu, masuk lah orang yang tadi mereka bicarakan.

Velly yang menyadari kehadiran putri nya itu segera menghampiri dan memeluk nya erat, seperti mereka sudah tidak bertemu lama.

"Kamu apa kabar sayang?" tanya Velly cemas dengan keadaan putri nya. Apalagi semenjak ia tau bagaimana kehidupan rumah tangga putri nya yang tidak berjalan lancar.

"Baik Bun" tersenyum hangat ke arah Bunda nya. Velly yang mengetahui jawaban dan senyum yang diberikan putrinya adalah palsu hanya tersenyum kecut.

"Kenapa kamu masih berbohong Rai, Bunda semakin merasa bersalah sama kamu."

"Aku kangen sama Bunda sama Ayah" ujar Raina.

"Suami kamu gak ikut?" tanya Velly penasaran.

"Enggak, Mas Vano kan sibuk Bun" diakhiri dengan tawa renyah nya.

Membuat Velly semakin tidak kuat melihat putri nya seperti ini. Jelas Velly tau kalau putri nya tidak bahagia tapi kenapa ia tidak jujur saja. Kenapa harus berbohong. Kenapa harus menutupi semuanya. Padahal Velly adalah ibu nya.

"Keadaan kamu baik sayang?" tanya Candra ke putri nya. Yang dijawab Raina dengan anggukan kepala. Bahwa ia baik Ayah dan Bunda nya tidak perlu khawatir. Walau semua itu hanya kebohongan. Raina selalu menutupi kesedihan nya dengan senyuman nya yang seolah-olah selalu merasa bahagia itu.

"Tidak perlu pura-pura bahagia di depan Ayah dan Bunda Rai." perkataan Candra membuat Raina mematung. Tidak mungkin Ayah nya tau tentang rumah tangga nya. Tidak!



Vano gimana ya nanti

Raina juga gimana.

Bunda sama Ayah udah tau ternyata. 🙂

Karena author baik hati padahal baru kemarin up tapi komen nya pada suruh up lagi. Baiklah aku up. Udah ya mingdep lagi 😂

Thankyou juga yang udah masukin 'DuDa' ke perpustakaan kalian.

zebra(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang