[4] Divination Book

180 34 54
                                    

-------

"Buku itu mengatakan sebentar lagi akan ada kehancuran di tempat ini, dimana akan terjadi peperangan besar, itu tertulis di bagian 'The Chaos Chapter' " lanjut Jake.

Mendengar penuturan Jake tentu semua orang terkejut, apa tadi? Kehancuran? Tapi apa penyebabnya.

"Kak jangan bercanda" ujar Ni-ki.

"Aku serius Nik, jika tidak percaya baca sendiri" entah darimana tiba tiba terdapat sebuah buku di tangan Jake.

Dengan segera Jake menyuruh untuk berkumpul, setelah berkumpul lantas Jake membuka buku itu hingga terpampang jelas.

____________________________________

"THE CHAOS CHAPTER"

' Sebuah pulau ajaib indah, dimana kesempurnaan dan keajaiban akan terwujud namun menyimpan sebuah kutukan mengerikan yang menimpa para penghuninya. ke egoisan dan keserakahan telah menyelimuti jiwa yang akan membawa kehancuran, Tepat di saat ketujuh jiwa pembawa kutukan datang disitulah semuanya berakhir, perpecahan tak terelakan menyisakan kesempurnaan menjadi  kesialan'

____________________________________

Tepat setelah membaca itu mereka semua terdiam, apa maksudnya ini.

"Tujuh jiwa pembawa kutukan? Apa maksud nya?" Tanya Sunoo penasaran.

"Awalnya aku berfikir itu kita, karena bagaimanapun itu semua di mulai dari generasi kita bukan? Tapi aku menyadari sesuatu kita tidak mempunyai Jiwa lagi bukan? Kita hanya lah sebuah cangkang yang tidak memiliki jiwa sama sekali" jelas Jake yang membuat mereka mengangguk paham.

"Jadi sudah pasti mereka bukan? Dan karena mereka sekarang ada disini apa berarti semuanya akan di mulai?" Tanya Sunghoon.

"Seperti nya iya, tapi semoga saja itu bukan mereka kita hanya perlu bersiap untuk menghadapi nya jika itu benar benar terjadi" jelas Heeseung lagi.

"Kak apa perlu kita memberi tau mereka?" Tanya Sunoo.

"Bukannya itu akan membuat mereka panik dan juga merasa bersalah? Kupikir itu hanya akan memperburuk keadaan jika memberi tau mereka" jelas Ni-ki yang di setujui oleh Heeseung.

"Ramalan ini belum tentu benar bukan, jadi lebih baik jangan beri tau mereka dulu" usul Heeseung.





"Kehancuran?"

-------

Bughh..

"YAK CHOI BEOMGYU SIALAN!! BERHENTI!!" Teriak Yeonjun saat Beomgyu terus menerus menghajar Taehyun.

"Ini semua karena dia, kita kehilangan Soobin!!!" Ujar Beomgyu dengan emosi yang tak terkendali, bahkan duri sudah memenuhi bahunya.

"Cih aku? Kau sendiri bisa tidak menahannya?" Tanya Taehyun meremehkan Beomgyu yang tentu membuat Beomgyu tersulut emosi lagi.

"Kalian pikir dengan seperti ini akan membuat buku itu ada pada kita?" Tanya Hueningkai menatap miris ke arah Beomgyu dan juga Taehyun.

"Kalian ke kanak Kanakan dan juga bodoh" lanjut Hueningkai.

Mendengar itu Beomgyu melayangkan tatapan tajam ke arah Hueningkai yang hanya di balas kekehan. Taehyun bangun dari posisi awal nya mengelap sudut bibirnya yang terluka karena ulah Beomgyu.

"Dia memang bodoh" ujar Taehyun sambil menepuk bahu Beomgyu.

"Sialan, seharusnya aku membunuh mu dari dulu Taehyun!!" Ucap Beomgyu.

"Lalu? Kau mau membunuh ku dengan menggunakan selimut lagi tuan? Astaga kau ini benar benar bodoh ya" balas Taehyun lalu berjalan menghampiri Yeonjun.

"Sialan kau!!" Umpat Beomgyu, sedetik kemudian duri di bahunya menyusut menandakan dia sudah tidak terlalu tersulut emosi.

Yeonjun hanya menggeleng pasrah melihat tingkah yang lainnya, ia mendongakkan kepalanya melihat ke atas langit yang di hiasi bintang bintang.

"Aku benci dirimu" sinis Beomgyu membuat Yeonjun melihat ke arah Beomgyu.

"Siapa?" Tanya Yeonjun.

"Kau!!" Jawab Beomgyu membuat Yeonjun mengernyit heran.

"Aku? Kenapa aku?"

"Kenapa kau tidak membakar boneka itu bersamaan dengan pintu itu? Bukannya semua nya akan lebih mudah jika gadis itu pergi juga? Kita sudah menghancurkan portal menuju pulau ini namun kau malah menyimpan boneka itu membuat gadis itu membuat portal lain" omel Beomgyu panjang lebar membuat Yeonjun terkekeh geli.

"Hey, kau tau? Itu bukan aku namun jiwa Yeonjun yang asli. Bukannya kalian meninggalkan ku karena tau itu jiwa yang asli?" Tanya Yeonjun yang membuat Beomgyu berfikir.

"Bukannya sudah ku bilang? Dia Bodoh" ucap Taehyun dengan penuh penekanan pada kata 'bodoh'

"Seharusnya kau mengaca Beom, kau juga bodoh ya" ucap Hueningkai.

"Apa maksud mu?" Tanya Beomgyu

"Kau lupa? Buku itu sudah ada di tangan mu dulu di ruangan nomor 17, dan kau malah kehilangan buku itu membuat Soobin mengambilnya kembali" jelas Hueningkai.

"Jadi kau menyalahkan ku? Salahkan orang orang aneh itu yang tiba tiba mau merebut buku nya ya!!" Jawab Beomgyu tak terima di ledeki Hueningkai.

"Heol itu kau saja yang pecundang ya" jawab Hueningkai lagi dengan santai nya, yang membuat Beomgyu makin tersulut emosi.

"Berhenti bertengkar, itu membuat telinga ku mau pecah saja rasanya" ujar Yeonjun muak dengan pertengkaran.

"Baik baik, mari sedikit flashback saja bagiamana?" Tanya Taehyun.

"Apa maksudmu?" Tanya Yeonjun bingung.

"Kalian ingat? Saat Yeonjun lari lari ketakutan karena di kejar oleh kucing itu?" Ucap Taehyun.

"Ahhh di saat tanduk nya patah?" Tanya Hueningkai antusias yang di balas anggukan oleh Taehyun.

"Ahh iya aku ingat, aku yang menolong nya pada saat itu" tawa Hueningkai.

"Kau tau? Muka Yeonjun sangat lah lucu, dia sangat ketakutan saat itu" tawa Beomgyu membuat Yeonjun mendengus kesal.

"Ya kau pikir saja bagaimana aku tidak takut, saat terbangun aku sudah mendapati ada tanduk di kepalaku itu mengerikan" jelas Yeonjun meringis ngeri saat mengingat kejadian dahulu.

"Oya bagaimana rasanya saat tanduk mu patah, apa itu sakit?" Tanya Taehyun penasaran.

"Sakit, rasanya seperti mau meninggal" jawab Yeonjun yang membuatnya mendapatkan tatapan tajam.

"Kau tau? Kau terlalu lebay" sinis Beomgyu membuat Yeonjun mendengus kesal.

"WAAA AKU MENDAPATKAN NYA!!!" Heboh Hueningkai membuat semua orang terkejut.

"Apa yang kau dapatkan?" Tanya Beomgyu penasaran.

"Capung" jawab Hueningkai cengengesan tanpa dosa membuat yang lainnya menatap Hueningkai datar.

"Ku pikir kau mendapatkan apa" jawab Taehyun sinis.

Seperti itulah malam mereka di warnai dengan obrolan ringan mengingat kejadian di kejadian kebersamaan mereka dahulu, awal pertemuan mereka dan sebagainya.

Tanpa mereka sadari tak jauh dari tempat itu, seorang lelaki layak nya bangsa elf nya menatap langit dengan tatapan sendu meringkuk di bawah rindang nya pohon.

"Binnie juga rindu Moment itu..." lirih Soobin.

------

Magic island {ENHYPEN & TXT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang