Setelah makan siang aku di temani sekertaris Opa, Mutia, mengelilingi perusahaan, dia sangat ramah!, kira kira umurnya sekitaran tigapuluhan keatas.
Setelah Opa menjelaskan, siapa aku sebenarnya, dia langsung menunduk hormat, yang aku balas dengan menggelengkan kepalaku kuat kuat, dan mengatakan.
"Aku tidak ingin orang orang menetahui identitasku yang asli, aku hanya ingin mereka mengetahui, kalau aku ini hanya CEO, cabang Wina yang di pindah, tugaskan keIndonesia!", yang segerah di angguki olehnya, tanda mengerti.
Kami mengelilingi perusahaan mulai dari direksi keungan, sampai kepergudangan, mereka belum tahu siapa aku, aku melarang Mutia, memberitahukannya, sebelum aku benar benar masuk bekerja, sepanjang perjalanan, ada yang memberikanku senyuman manis saat kami berpapasan, ada juga yang mengacuhkanku, bahkan ada juga yang membicarakanku dalam bahasa mandarin, siapa aku?, berani beraninya datang dan berkeliaran di kantor dengan hannya memakai pakaian santai.
Dasar bodoh!, dia kira aku tidak tahu berbahasa mandarin, itu makanan sehari hariku, dari Opa Markus, untuk jaga jaga katanya jika ada rekan bisnis yang berbahasa mandarin, sekarang aku di gosipkan dengan bahasa mandarin, Mutia yang mengetahui kekesalanku, mengangguk meminta maaf dan saat itu juga aku melihat beberapa orang perempuan tengah menatap dan membicarakan, seorang laki laki, yang tengah melintas, dengan acuh, kami sempat bertatapan, dia memandangku heran!, mungkin karna hanya aku yang memakai pakaian santai di sini lengkap dengan tas selempang kecil, tapi itu hanya sebentar, karna sekarang hanya pandangan dingin dan tidak sukanya yang aku lihat, sekilas dan dia berlalu dengan tegas!, menuju ruangannya.
Aku menatap kearah Mutia meminta jawaban mengindahkan gadis gadis yang menatapku tidak suka, karna sempat di perhatikan oleh, seorang yang mereka idolakan, Mutia yang mengerti pandanganku, segerah menjawan, "Dia Pak Mario, kepala Direksi Produksi dan Pemasaran, dia sangat tegas!, tidak pandang bulu dan dominan dingin terhadap orang orang di sekitarnya, terutama bawahannya, tapi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi perempuan yang ada di sekitarnya, mereka merasa tertanyang untuk mendapat dan menahlukkannya, aku mengangguk tanda mengerti, tapi aku tidak tertarik untuk ikut menahlukkannya, karna apa?, apa lagi kalau bukan tantangan gila, dari kedua Opaku tersayang, yang menantangku untuk segerah Menikah di umurku yang hampir mencapai angka dua puluh lima tahun!, dalam tenggang waktu tiga bulan Ini, tepat tanggal lima november, tepat di hari ulang tahunku. kalau tidah mereka sendiri yang akan turuntangan menjodohkanku dengan seorang yang mereka yakini dapat menjadi suamiku, dan tentu saja aku sangat memprotesnya, aku meyakinkan mereka? bahwa aku bisah mencari calon imamku sendiri!, dalam waktu kurang dari tiga bulan, sesuai perjanjian kami, dan jadilah aku di sini di Indonesia, mencari pasangan hidupku di antara berjuta juta penduduk indonesia, karna mereka menekankan aku harus menikah dengan produk dalam negri, tidak pakai impor imporan.
Gila!!, Itu lah yang terlintas di kepalaku saat mereka mengatakan itu.
****
Sekarang aku ada di sebuah restoran yang katanya menjadi tempat kami berkumpul, para sahabat sahabatku yang baik hati, saking baik hatinya aku sudah menunggu selama delapan belas memit, tapi batang hidung mereka belum muncul juga.
Siapa yang merencanakan pertemuan dan siapa yang menunggu?, aneh, benar benar khas mereka, kalau aku, mungkin sudah di pecat jadi cucu oleh Opa Markur, Paman Habrian?, jangan di tanya dua belas, tiga belas, Opa, dua belas, paman, tiga belas, Eduardo?, dia saja yang bandel tidak tertolong!, keras kepala, dan satu lagi kebal dengan cerama keduanya setiap hari.
Tadi saat aku sedang asyik asyiknya mengelilingi kantor sambil bercengkrama dengan Mbak Mutia, mereka menelfonku, satu persatu, memintaku untuk segera bertemu di Restoran yang khusus menyajikan makanan makanan khas Indonesia, yang saat ini aku tengah duduk manis di dalamnya, persis di paling ujung!, dekat dengan kaca besar hitam, mungkin penghubung antara bagian dalam restoran dan bagian luarnya, agar orang yang di dalamnya bisa memperhatikan dengan jelas daerah bagian luar, dan dengan terpaksa aku mengakhiri petualanganku dengan Mbak Mutia , samar samar aku mendengar berapa orang orang, heboh, memanggil Kebo?.
"Eh..!!", aku mencerna panggilan Kobo, itu.
Aku, dengan segerah aku menoleh kearah kepalaku kearah sumber suara itu,dengan sangat jelas aku melihat, Ayunda dengan jas Putih kebesarannya menandakan dia adalah seorang Dokter, Dokter spesialia kecantikan, khasnya centil, cantik, tapi cerewetnya tidak ketulungan, Sesil, dengan stelah kantornya, kata sexy tergambar jelas dengan tubuhnya yang semampai, dia juga cantik, pintar, tapi kadang o'on, saat berhadapan dengan yang namanya laki laki, mudah terjerat kedalam pesonanya, terbukti saat ini dia sedang patah hati, dan terakhir Ibu kepala sekolah kita yang terkesan Imit, dan cantik, dengan stelan batiknya, tapi jangan tertipu dengan wujudnya, dia sangat pemarah, tegas, terkesan galak, kami yang notabenenya adalah sahabatnya sangat takut jika dia sedang mengamuk, tapi dia yang paling dewasa di antara kami berempat, siapa lagi dia kalau bukan Ibu kepala sekolah kita Prisil , kenapa dia jadi kepala sekolah?, karna dia mendapatkan warisan sekolah dari kakeknya lain lagi dengan kedua kakaknya, mereka di wariskan sebuah perusahaan besar, awalnya dia sempat protes, tapi lama kelamaan menerimanya juga.
Alasannya, karna dia bisa menyalurkan bakat terpendamnya yaitu mengamuk, persiapkan saja mental mentalmu para anak anak yang menjadi murit muritnya haha...
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Game {Story 3}.
Teen FictionIni Kisah hidup Liliana si gadis Milioneir dan Sahabat sahabatnya Ayunda seorang Ahli kecantikan yang jatuh hati pada seorang Brondong, seorang adik kelas yang selalu mengejar cintanya semasa SMA, Prisil seorang kepala sekola cantik, tapi sangat gal...
